Bagaimana Kabar Hati Kita Hari Ini?

May 06, 2022

 

Pertanyaan inilah yang semestinya perlu kita tanyakan pada diri sendiri, Bagaimana Kabar Hati Kita Hari Ini?

Setiap kali kita bertemu saudara atau teman, yang kita atau mereka tanyakan selalu sama:

Bagaimana kabarmu?

Bagaimana kabar keluargamu?

Bagaimana kabar anak-anakmu?

Bagaimana pekerjaanmu?

Sangat jarang, atau bahkan mungkin kita tidak pernah mendengar baik diri kita sendiri atau orang lain bertanya, Bagaimana hatimu hari ini?

Sekilas, pertanyaan seperti itu terdengar aneh. Tetapi, justru pertanyaan inilah yang semestinya perlu kita tanyakan, paling tidak terhadap diri kita sendiri: Bagaimana hati kita hari ini?

Menghadaplah Kepada Allah dengan Hati yang Suci

Hati adalah pusat pergerakan jasad insan. Jika hati seseorang itu sehat, maka seluruh anggota tubuh akan sehat dan sejahtera. Sebaliknya, jika hatinya kotor, maka amal perbuatan anggota tubuh juga akan rusak dan kotor, tiada guna dan tiada berpahala.

Rasulullah ()  bersabda,

أَلا وإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وإذَا فَسَدَت فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلا وَهيَ القَلْبُ.

“Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu baik, maka akan baik seluruh tubuh manusia, dan jika segumpal daging itu buruk, maka akan buruk seluruh tubuh manusia, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka, sudah sepatutnya pula kita selalu muhasabah, bertanya kepada diri sendiri, “Bila nanti ketika ajal menjemput, dengan hati apa kita akan menemui Allah?”

 

Allah berfirman,

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ ۙ ٨٨ اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ ۗ  ٨٩

(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (QS Asy-Syuura, 26: 88-89)

Nah, Allah sendiri meminta kita untuk menghadap ke hadirat-Nya dengan hati yang bersih (Qolbun Saliim). Segala apa yang ada pada diri kita tidak berguna, kecuali hati, karena hati adalah pusat dari segala sesuatu dalam diri manusia.

Ciri Hati yang Suci 

Jika di akhirat nanti kita harus menghadap Allah dengan hati yang suci, maka ketika kita masih di dunia, kita harus mempersiapkannya. Lagipula, Allah tiada melihat seperti apa kondisi tubuh kita atau keelokan wajah kita.

 Rasulullah ()  bersabda,

"‏ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ وَلاَ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ ‏

Sesungguhnya Allah tidak melihat ke tubuhmu atau ke wajahmu, tetapi Dia melihat ke hatimu," dan Rasulullah menunjuk ke arah hati dengan jari-jarinya. (HR Muslim)

 

Lalu, seperti apa hati yang bersih dan murni itu?

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ أَىُّ النَّاسِ أَفْضَلُ قَالَ ‏"‏ كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ صَدُوقِ اللِّسَانِ ‏"‏ ‏.‏ قَالُوا صَدُوقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ قَالَ ‏"‏ هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ لاَ إِثْمَ فِيهِ وَلاَ بَغْىَ وَلاَ غِلَّ وَلاَ حَسَدَ ‏"‏ 

Rasulullah () ditanya: 'Mana yang termasuk orang-orang yang terbaik?'

Rasulullah () menjawab: 'Setiap orang yang murni hatinya dan tulus dalam ucapan.'

Para sahabat bertanya lagi: 'Tulus dalam ucapan, kami tahu apa ini, tapi apa yang (dimaksud) suci hatinya?'

Rasulullah () menjawab: 'Ini adalah (hati) yang saleh dan murni, tidak ada dosa, tidak ada ketidakadilan, dendam atau iri di dalamnya.'” (HR Ibnu Majah)

Cara Menyucikan Hati

Terus, bagaimana agar hati kita menjadi bersih?

Rasulullah ()  bersabda,

إِنَّ هَذِهِ الْقُلُوبَ تَصْدَأُ كَمَا يَصْدَأُ الْحَدِيدُ إِذَا أَصَابَهُ الْمَاءُ» . قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا جِلَاؤُهَا؟ قَالَ: «كَثْرَةُ ذِكْرِ الْمَوْتِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْآنِ»

 

"Hati ini menjadi berkarat seperti halnya besi ketika terkena air." Saat ditanya apa yang bisa menjernihkan hati, Rasulullah menjawab, “Banyak mengingat kematian dan membaca Al-Quran.” (HR Baihaqi)



Di dalam hadis lain, Rasulullah (),

لاَ تُكْثِرُوا الْكَلاَمَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلاَمِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللَّهِ قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ وَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنَ اللَّهِ الْقَلْبُ الْقَاسِي

"Janganlah banyak bicara tanpa mengingat Allah. Sesungguhnya berbicara berlebihan tanpa mengingat Allah mengeraskan hati. Dan sesungguhnya orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang keras hati." (HR Tirmidhi)

Di dalam kitab Fawaaid, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah mengatakan:

“Carilah (kedamaian) hatimu di tiga tempat:  saat mendengarkan Al-Quran, saat menghadiri majelis ilmu, atau saat bersepi sendiri (dalam ibadah). Jika engkau tidak mendapatkannya, maka memohonlah kepada Allah agar Dia memberimu hati yang lain. Karena jika engkau tidak mendapatkan kedamaian itu (pada hakekatnya) engkau tak lagi memiliki hati.”

Doa Agar Hati Tetap Bersih

Sebagaimana sering berkarat, hati juga sering terbolak-balik kondisinya. Di pagi hari kita beriman, di sore hari kita bisa menjadi kafir. Rasulullah () menggambarkan hati manusia berada di antara dua jari Yang Maha Pengasih.

إِنَّ قُلُوبَ بَنِي آدَمَ كُلِّهَا بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ من أَصَابِع الرَّحْمَن كقلب وَاحِد يصرفهُ حَيْثُ يَشَاءُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الله مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ»

 “Hati semua manusia berada di antara dua jari Pengasih seolah-olah mereka adalah satu hati yang Dia putar sesuai kehendaknya.” Kemudian Rasulullah berkata, "Ya Tuhan, yang membolak-balikkan hati, arahkan hati kami kepada ketaatan-Mu!" (HR Muslim)

Rasulullah ()  juga sering berdoa meminta Allah menjaga hati kita tetap berada dalam agama yang benar, Islam:

كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ‏:‏ اللَّهُمَّ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ‏.‏

"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hati kami dalam agama-Mu." ((HR Bukhari)

Setiap pagi, setelah mengucapkan syukur kepada Allah atas segala nikmat yang kita peroleh hingga detik itu, tanyakan pada diri sendiri, bagaimana hati kita hari ini.

 

Bagaimana Kabar Hati Kita Hari Ini? Bagaimana Kabar Hati Kita Hari Ini? Reviewed by Himam Miladi on May 06, 2022 Rating: 5

4 Kisah Ujian Hidup di dalam Surah Al-Kahfi

May 05, 2022

ashabul kahfi,surah al kahfi,kisah islami
Di dalam surah Al-Kahfi, juga terkandung 4 kisah yang berhubungan dengan berbagai cobaan dari Allah yang bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari



Ada beberapa hadis tentang keutamaan membaca dan menghafal Surah Al-Kahfi (surah ke-18). Di antaranya adalah:

Dari Abu Darda, Rasulullah () bersabda: "Siapa pun yang menghafal sepuluh Ayat pertama dari Surat Al-Kahfi, akan dilindungi dari (pencobaan) Ad-Dajjal." (HR Muslim, Tirmidhi dan Abu Dawuud; Sahih)

Dalam riwayat lain, Rasulullah () bersabda: "(Barangsiapa mengingat) sepuluh Ayat terakhir Surat Al-Kahfi, dia akan dilindungi dari (pencobaan) Ad-Dajjal (Dajjal)." (Riyadus Shalihin: 1021; Sahih)

Dari Abu Said melaporkan Nabi () bersabda, "Jika seseorang membaca surat al-Kahfi pada hari Jumat, cahaya akan bersinar terang baginya sampai Jumat berikutnya." (HR Baihaqi, Hasan)

Dari Al-Barra bin Azib, melaporkan seorang pria sedang membaca Surat Al-Kahfi, dan seekor kuda diikat dengan dua tali di sampingnya. Saat dia sedang membaca, awan menaungi dia, dan ketika awan itu mulai mendekat, kuda itu mulai menginjak-injak dengan keras. Pria itu datang kepada Rasulullah () di pagi hari dan menceritakan kejadian itu kepadanya. Nabi () berkata, "Itu adalah ketenangan (sakinah) yang turun sebagai akibat dari membaca Al-Qur'an." (HR Bukhari-Muslim; Sahih)

Surah Al-Kahfi  tidak hanya memuat cerita tentang Ashabul Kahfi, para pemuda beriman yang ditidurkan oleh Allah di sebuah gua. Di dalam surah Al-Kahfi, juga terkandung 4 kisah yang berhubungan dengan berbagai cobaan dari Allah yang bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari.

1. Ujian Iman- Kisah Ashabul Kahfi (Orang-orang yang mendiami gua)

Ini adalah kisah pertama yang disebutkan dalam Surah Al-Kahfi .  Kisah para pemuda yang beriman dan tinggal di negeri yang rajanya menyembah berhala (musyrik). Suatu ketika, sang raja memerintahkan setiap rakyatnya untuk ikut menyembah berhala, dan yang tidak mau mengikutinya akan dibunuh. Namun, sekelompok pemuda bangsawan menolak dan tetap beriman kepada Allah. Agar terhindar dari kekejaman sang raja, para pemuda ini kemudian menyingkir ke sebuah gua dan dengan tekun terus beribadah kepada Allah.

اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا - ١٠

“(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.”

Allah kemudian menutup telinga mereka dan membuat para pemuda tersebut tertidur selama 309 tahun. Ketika mereka bangun, terkejutlah mereka ketika tahu berapa lama mereka sudah tertidur dan seluruh penduduk negeri mereka sudah beriman. (QS Al-Kahfi: 9-26)

2. Ujian Kekayaan - Kisah si kafir yang kaya dan si miskin yang beriman

Cerita kedua adalah tentang dua orang laki-laki. Yang satu orang kafir, kaya raya, memiliki 2 kebun anggur yang selalu berbuah. Dan yang satunya lagi miskin namun beriman.

Si orang yang kaya ini selalu membanggakan kekayaannya, dan setiap bertemu dengan si miskin dia berkata, “Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikutku lebih kuat.”

Setiap kali memasuki kebunnya, si kaya dengan sikap angkuh berkata, “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku kira hari Kiamat itu tidak akan datang, dan sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada ini.”

Kawannya, si miskin menasihati untuk selalu ingat bahwa semua yang sudah didapatkannya adalah atas kehendak Allah. Dan hendaknya selalu mengucapkan,

مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۙ لَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللّٰهِ

”Sungguh, atas kehendak Allah, semua ini terwujud, tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah.”

Hingga suatu ketika, Allah membalikkan keadaan dirinya. Kebun anggur yang selama ini dia banggakan hancur, dan harta kekayaannya musnah. Si kaya ini pun menyesal dan berkata, “Betapa sekiranya dahulu aku tidak mempersekutukan Tuhanku dengan sesuatu pun.” Namun sudah terlambat! (QS Al-Kahfi, 18: 32-44)

Hikmah dari kisah ini adalah bahwa harta dan anak-anak hanya perhiasan kehidupan dunia. Amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Allah serta lebih baik untuk menjadi harapan.

3. Ujian Ilmu Pengetahuan – Kisah Nabi Musa  (عَلَيْهِ السَّلاَم)dan Nabi Khidir (عَلَيْهِ السَّلاَم)

Kisah ketiga adalah tentang ujian ilmu pengetahuan. Suatu ketika seseorang dari Bani Israil bertanya kepada Nabi Musa  (عَلَيْهِ السَّلاَم) siapa yang paling alim (memiliki pengetahuan paling banyak di dunia ini)? Nabi Musa  (عَلَيْهِ السَّلاَم) menjawab “Aku” karena menganggap dirinya sebagai Nabi Allah memiliki sebagian besar pengetahuan di "Dunya" ini. Nabi Musa   (عَلَيْهِ السَّلاَم) lupa bahwa Dia yang yang telah menciptakan dunia ini memiliki semua pengetahuan lebih dari siapa pun. Maka Allah menegurnya karena dia tidak mengembalikan ilmu itu kepada Allah Taala. Kemudian Allah mewahyukan kepadanya, "Aku mempunyai seorang hamba di tempat pertemuan dua laut yang lebih alim daripadamu." (Riwayat al-Bukhari dari Ubay bin Ka'ab).

Dalam wahyu tersebut, Allah menyuruh Nabi Musa  (عَلَيْهِ السَّلاَم)agar menemui orang itu dengan membawa seekor ikan dalam kampil (keranjang), dan di mana saja ikan itu lepas dan hilang di situlah orang itu ditemukan. Orang yang ditemui Nabi Musa tersebut adalah Nabi Khidir  (عَلَيْهِ السَّلاَم).

Nabi Musa  (عَلَيْهِ السَّلاَم)kemudian memohon agar bisa mengikuti Nabi Khidir  (عَلَيْهِ السَّلاَم) untuk belajar.  Nabi Khidir  (عَلَيْهِ السَّلاَم)mengatakan bahwa Nabi Musa  (عَلَيْهِ السَّلاَم)tidak akan bisa sabar. Nabi Musa  (عَلَيْهِ السَّلاَم)berjanji dia akan sabar dan tidak akan bertanya apa pun sebelum Nabi Khidir  (عَلَيْهِ السَّلاَم)menjelaskan setiap perbuatan yang dilakukannya.  Ternyata Nabi Musa  (عَلَيْهِ السَّلاَم)tidak bisa bersabar menyaksikan Nabi Khidir  (عَلَيْهِ السَّلاَم)berbuat baik kepada orang yang kikir, yang tidak mau memberikan jamuan kepadanya. dan  mengomentari perbuatan Nabi Khidir  (عَلَيْهِ السَّلاَم)dengan berkata, “Jika engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk pekerjaan yang telah kaulakukan itu.” (QS Al-Kahfi, 18: 60-82)

Hikmah dari kisah ini adalah Kesabaran dalam menuntut ilmu harus dimiliki oleh semua penuntut ilmu. Tanpa kesabaran niscaya muncul ketergesa-gesaan yang pada akhirnya akan menyebabkan kegagalan.

4. Ujian Kekuasaan – Kisah Raja Dzulqarnain dan Yakjuj Makjuj

Kisah keempat adalah tentang raja besar Dzulqarnain yang bepergian ke seluruh dunia untuk membantu orang-orang yang membutuhkan dan menyebarkan kebaikan ke mana pun dia pergi.  Sesungguhnya Allah-lah yang memberikan kekuasaan kepada Dzulqarnain untuk menjelajahi alam ini sebagaimana yang dia kehendaki sehingga dia sampai kepada semua pelosok dunia dan menguasai kerajaan-kerajaan bumi. Allah juga telah memberikan kepadanya cara-cara untuk mencapai segala maksud dan tujuannya karena Allah telah memberikan kepadanya ilmu pengetahuan yang cukup, kekuasaan yang luas dan alat perlengkapan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuannya itu.

Suatu ketika Dzulqarnain sampai ke suatu negeri yang penduduknya merasa terancam dengan adanya Yakjuj Makjuj. Penduduk negeri tersebut meminta Dzulqarnain membuatkan dinding penghalang, dan mereka akan memberi imbalan. Dzulqarnain mengatakan bahwa apa yang sudah diberikan Allah kepadanya jauh lebih baik daripada imbalan apa pun yang bisa ditawarkan kepadanya.

Hikmah dari kisah ini adalah betapa pun berkuasanya seseorang, itu semua diperolehnya dari Allah, dan hendaknya kekuasaan dan kekuatan tersebut dipergunakan untuk kebaikan dan menolong umat manusia. (QS Al-Kahfi, 18: 83-99)


4 Kisah Ujian Hidup di dalam Surah Al-Kahfi 4 Kisah Ujian Hidup di dalam Surah Al-Kahfi Reviewed by Himam Miladi on May 05, 2022 Rating: 5

Jalan Termudah Menuju Surga

May 04, 2022

 

jalan termudah menuju surga
Menurut Rasulullah () ada 4 jalan termudah menuju surga

Islam agama yang memudahkan pemeluknya dalam menjalani kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Seluruh perintah dalam syariat Islam adalah demi kemaslahatan (kebaikan), sedangkan seluruh larangannya adalah untuk menghindari kemudharatan (keburukan).

Dalam sebuah hadis, Rasulullah () pernah ditanya seseorang, apa jalan termudah menuju surga. Beliau () menjawab,

: أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصِلُوا الْأَرْحَامَ، وَصَلُّوا الليل وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ

"Sebarkan kedamaian, berikan makanan, bersilaturrahimlah, sholatlah ketika orang-orang tidur, engkau akan masuk surga dengan damai". (HR Ahmad, sahih).

1.  Menebarkan Salam

Imam an-Nawawi dalam Syarah Sahih Muslim menjelaskan bahwa ucapan salam tidak sekadar kata-kata, namun mengandung arti menebarkan perdamaian , kasih sayang dan kerukunan terhadap sesama, baik kepada keluarga, tetangga, maupun terhadap sesama Muslim.

2. Memberi Makan (Bersedekah)

Nabi menganjurkan kepada kita untuk memberi makan (bersedekah), terutama bagi orang-orang yang membutuhkan. Rasulullah () bersabda,

السَّخِيُّ قَرِيبٌ مِنَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الجَنَّةِ قَرِيبٌ مِنَ النَّاسِ بَعِيدٌ مِنَ النَّارِ

“Orang dermawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan manusia, dan jauh dari neraka.” (HR Tirmidzi)

3. Menyambung Silaturahim

Rasulullah () bersabda,

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ حَاسَبَهُ اللَّهُ حِسَابًا يَسِيرًا وَأَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِهِ قَالُوا: لِمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: تُعْطِي مَنْ حَرَمَكَ، وَتَعْفُو عَمَّنْ ظَلَمَكَ، وَتَصِلُ مَنْ قَطَعَكَ» قَالَ: فَإِذَا فَعَلْتُ ذَلِكَ، فَمَا لِي يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: أَنْ تُحَاسَبَ حِسَابًا يَسِيرًا وَيُدْخِلَكَ اللَّهُ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِهِ

"Tiga hal yang menjadikan seseorang akan dihisab Allah dengan mudah dan akan dimasukkan ke surga dengan Rahmat-Nya."

Sahabat bertanya, “Bagi siapa itu wahai Rasulullah ()?”

Nabi () bersabda: “Engkau memberi (kepada) orang yang menghalangimu, engkau memaafkan orang yang mendzalimimu, dan engkau menjalin persaudaraan dengan orang yang memutuskan silaturrahim denganmu.”

Sahabat bertanya, “jika saya melakukannya, apa yang saya dapat wahai Rasulullah ()?”

Nabi () bersabda: “engkau akan dihisab dengan hisab yang ringan dan Allah akan memasukkanmu ke surga dengan rahmat-Nya."

4. Shalat Malam (Qiyamul Lail)

Nabi () bersabda:

“Seutama-utama puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama shalat sesudah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR Muslim)

Jalan Termudah Menuju Surga Jalan Termudah Menuju Surga Reviewed by Himam Miladi on May 04, 2022 Rating: 5

Jadilah Pendakwah Terpelajar dan Pembelajar

May 04, 2022

 

kewajiban berdakwah,pendakwah
Bersemangatlah menjadi pendakwah, sekalipun minimalis. Sekalipun hanya menyampaikan satu potongan ayat Al-Quran atau hadis Rasulullah

Berdakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dasarnya adalah hadis Rasulullah ():

 

وعن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم قال‏:‏ ‏ "‏بلغوا عني ولو آية

Dari Abdullah bin Amr bin Ash (Radhiallahu anhuma) melaporkan bahwa Rasulullah () bersabda, “Sampaikan dariku bahkan satu ayat (dari Al-Quran).” (HR Bukhari)

Di dalam Al-Quran, Allah berfirman mengenai kewajiban dakwah (menyeru pada agama),

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (QS At-Tahrim, 66: 6).

Ayat ini menerangkan kewajiban kita untuk memelihara diri sendiri (terlebih dahulu) dan keluarga dari siksa api neraka. Dengan kata lain, ayat ini menerangkan kewajiban berdakwah bagi setiap muslim, terutama laki-laki sebagai keluarga.

Mengenai tafsir ayat ini, Imam Qatadah berkata: "Perintahkan mereka untuk taat kepada Allah dan laranglah mereka dari perbuatan maksiat kepada-Nya. Bantulah mereka untuk mengerjakan perintah Allah. Apabila kamu melihat mereka melakukan kemaksiatan, maka tegurlah!"

Imam Ibnu Jarir juga berkata: "Kita wajib untuk mengajarkan anak-anak kita tentang agama Islam, kebaikan dan adab!"

Sedangkan Ibnu Umar berkata: "Didiklah anakmu, karena kelak kamu akan ditanya tentang pendidikan dan pengajaran seperti apa yang telah kamu berikan kepada anakmu. Anakmu juga akan ditanya tentang bagaimana dia berbakti dan berlaku taat kepadamu."

Dari penjelasan para mufassir tersebut, dapat dipahami bahwa ayat ke-6 dari QS. At-Tahriim itu merupakan sebuah perintah tegas kepada seorang muslim untuk berdakwah agar dapat menjaga keluarganya dari siksa api neraka, yaitu dengan cara memperhatikan pendidikan agama mereka dan selalu memperhatikan tindak-tanduk mereka. Karena sebuah kewajiban, maka bila perintah tersebut tidak dipatuhi atau tidak dijalankan dengan baik oleh seorang muslim, maka tentunya ada konsekuensi yang akan dia dapatkan di akhirat nanti.

Dakwah, menurut terminologi syariatnya adalah: mengajak keluar dari kegelapan menuju cahaya kebenaran. Ada 4 (empat) macam kegelapan yang mana kita harus mengajak orang keluar darinya:

·         Kegelapan syirik menuju cahaya Tauhid

·         Kegelapan kejahilan menuju ilmu

·         Kegelapan kemaksiatan menuju ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya

·         Kegelapan bidah (amalan di luar syariat) menuju sunnah Rasulullah ()

 

Allah sangat menghargai orang-orang yang berdakwah atau mengajak kebaikan. Allah berfirman,

وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ ٣٣

Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?” (QS Fusshilat, 41: 33).

Menurut kebanyakan ahli tafsir, penghargaan Allah ini ditujukan kepada setiap orang yang mengajarkan atau mengajak kepada kebaikan. Sekalipun hanya dengan satu kata kebaikan, dan dia sendiri menjadi teladan dalam kebaikan tersebut.

Dari ayat ini kita juga dapat memahami bahwa sesuatu yang paling utama dikerjakan oleh seorang muslim ialah memperbaiki diri lebih dahulu, dengan memperkuat iman di dada, menaati segala perintah Allah, dan menghentikan segala larangan-Nya. Setelah diri diperbaiki, serulah orang lain mengikuti agama Allah. Orang yang bersih jiwanya, kuat imannya, dan selalu mengerjakan amal yang saleh, ajakannya lebih diperhatikan orang, karena ia menyeru orang lain dengan keyakinan yang kuat dan dengan suara yang mantap, tidak ragu-ragu.

Tentu, semua ini hanya bisa kita lakukan apabila kita punya ilmu. Umar bin Khattab pernah berkata, “Tidak ada iman yang kokoh kecuali dengan ilmu.”

Rasulullah () memberi apresiasi yang besar kepada siapapun yang menyampaikan kebaikan. Sebagaimana yang pernah beliau () katakan kepada Ali bin Abi Thalib (radhiallahu anhu), “Wahai Ali, usahamu untuk membimbing satu orang ke jalan yang benar lebih bernilai daripada dunia dan semua isinya.” (HR Bukhari, Muslim dan Al-Hakim).

Bersemangatlah menjadi pendakwah, sekalipun minimalis. Sekalipun hanya menyampaikan satu potongan ayat Al-Quran atau hadis Rasulullah ().

Jangan patah semangat untuk berdakwah. Sebab, setiap tetes keringat kita saat mengajak kebaikan kepada orang lain akan menjadi cahaya di liang lahat kita nanti. Sebab pahala kebaikan akan terus mengalir ke buku catatan perbuatan baik kita.

Nabi () bersabda,

“Barangsiapa mengajarkan atau merintis kebaikan, lalu kebaikan itu diikuti orang, maka ia mendapat pahala dari orang yang mengikuti kebaikan tersebut, tanpa dikurangi sedikitpun. Dan barangsiapa yang merintis kejelekan, lalu kejelekan itu diikuti orang, amak ia mendapat dosa dari yang mengikuti kejelekan itu, tanpa dikurangi sedikitpun.” (HR Muslim).

Dakwah minimalis, dengan satu kata kebaikan sudah mendatangkan pahala yang besar. Apalagi jika yang kita sampaikan lebih banyak lagi. Oleh sebab itu, jadilah pendakwah yang terpelajar dan pembelajar. Artinya, sembari kita giat mengajarkan kebaikan, kita juga tiada henti menuntut ilmu kebaikan. Pahamilah, bahwa masyarakat di sekitar kita sudah berkembang pesat pengetahuan dan wawasannya.

Dari Abu Hurairah (radhiallahu anhu), mengatakan bahwa Rasulullah () bersabda, “Semua isi dunia ini terkutuk, kecuali dzikrullah, orang yang taat kepada-Nya, orang terpelajar dan pembelajar (pencari ilmu).” (HR Tirmidhi)

Jadilah Pendakwah Terpelajar dan Pembelajar Jadilah Pendakwah Terpelajar dan Pembelajar Reviewed by Himam Miladi on May 04, 2022 Rating: 5

Hikmah di Dalam Sunnah Melewati Jalan yang Berbeda Saat Idulfitri

May 01, 2022

 

setidaknya ada 20 alasan mengapa Nabi () melewati jalan yang berbeda dengan saat berangkat ketika salat Id

Salah satu sunnah Rasulullah ketika salat Hari Raya (Idulfitri & Iduladha) yang sering kita lupakan adalah mengambil jalan yang berbeda ketika pulang dari tempat salat.

 

 عَنْ جَابِرٍ، قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ‏.‏ تَابَعَهُ يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ فُلَيْحٍ‏.‏ وَحَدِيثُ جَابِرٍ أَصَحُّ‏.‏

 

Dikisahkan oleh Jabir bin `Abdullah: Pada Hari Idul Fitri Nabi () biasa kembali (setelah melakukan shalat Id) melalui jalan yang berbeda dari jalan yang dilaluinya (ketika berangkat). (Sahih Bukhari)

Apa sebenarnya tujuan dari sunnah tersebut? Mengapa Nabi () mengambil rute jalan yang berbeda ketika pulang dari salat Id?

Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.

Namun, bukan berarti kita tidak boleh menginterpretasikan hadis atau sunnah tersebut. Imam Hafiz Ibnu Hajar (rahimahullah), dalam kitabnya Fathul Bari, mengemukakan setidaknya ada 20 alasan mengapa Nabi () melakukan hal tersebut, yakni pulang dari tempat salat Id melewati jalan yang berbeda dengan saat berangkat.

Hikmah dari sunnah ini, menurut Imam Hafiz Ibnu Hajar di antaranya adalah:

  • ·         Ketika kita melewati dua jalan yang berbeda, maka para Malaikat, penghuni dan segala makhluk yang ada di kedua jalan itu akan bersaksi atas nama kita di hadapan Allah kelak pada hari kiamat, bahwa kita telah melakukan ibadah salat Id. Dengan melewati dua jalan yang berbeda, maka jumlah kesaksian yang akan kita dapatkan pun menjadi lebih banyak.
  • ·         Nabi () pulang melalui jalan yang berbeda dimaksudkan agar lebih banyak orang (yang ada di sepanjang kedua jalan) mendapat manfaat atau syafaat dari kehadiran beliau.
  • ·         Nabi () selalu memercikkan wewangian sebelum berangkat salat Id. Dengan begitu, aroma minyak musk dari badan beliau bisa menyebar di kedua jalan yang berbeda. Nabi () sendiri dikenal memancarkan aroma tubuh yang indah, tidak memabukkan namun menyenangkan siapa saja yang menghirup aroma tubuhnya.
  • ·         Demi keselamatan. Pada jaman Nabi (), masih banyak musuh-musuh Islam, baik yang terlihat secara terang-terangan (kaum kafir) maupun yang bersembunyi di balik keislamannya (kaum munafik). Dengan melewati jalan yang berbeda, Nabi () ingin meminimalkan risiko untuk melindungi dirinya dari rencana apa pun yang bisa direncanakan oleh orang-orang kafir terhadapnya saat dia kembali, seandainya beliau kembali menggunakan rute yang sama.
  • ·         Menonjolkan fitur-fitur Islam. Dengan melewati jalan yang berbeda, Nabi () ingin lebih banyak orang bisa melihat fitur-fitur Islam sehingga tertarik untuk masuk Islam.
  • ·         Mensosialisasikan Dzikrullah (Dzikir kepada Allah) kepada lebih banyak orang.
  • ·         Nabi () juga ingin lebih banyak orang bisa mengamati dan menanamkan sunnah dari dirinya.
  • ·         Melewati jalur yang berbeda juga dimaksudkan Nabi () agar lebih banyak orang bisa mengambil kesempatan untuk belajar darinya.
  • ·         Nabi () juga ingin mendapat kesempatan menjawab lebih banyak pertanyaan yang akan dimiliki orang-orang di setiap jalan yang dilaluinya.
  • ·         Nabi () ingin membantu memenuhi kebutuhan lebih banyak orang dengan melewati lebih banyak daerah.
  • ·         Dengan melewati jalan yang berbeda, Rasulullah () ingin menyapa lebih banyak umatnya, mengunjungi lebih banyak kerabatnya, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, bergabung dan memelihara ikatan persaudaraan di antara umat Islam.
  • ·         Dengan melewati jalan yang berbeda,  Rasulullah () ingin menjadikannya pertanda bahwa setelah menjalankan kewajiban ibadah puasa Ramadan, Allah mengubah dosa dan kondisi kita dengan memaafkan kita dan menjadi ridha dengan kita.

Mari kita terapkan Sunnah yang mulia ini pada Idul Fitri ini dan setiap Idul Fitri lainnya sesudahnya.

 

 

 

 

 

 

 

 


Hikmah di Dalam Sunnah Melewati Jalan yang Berbeda Saat Idulfitri Hikmah di Dalam Sunnah Melewati Jalan yang Berbeda Saat Idulfitri Reviewed by Himam Miladi on May 01, 2022 Rating: 5
Powered by Blogger.