Penghuni Surga Itu.......

November 25, 2013
Para sahabat sedang berkumpul bersama Rasulullah Saww. Tiba-tiba Rasul Saww berkata, “Sebentar lagi akan muncul di depan kalian seorang penghuni surga!”. Tak lama kemudian tampaklah seoran lelaki Anshar. Janggutnya basah dengan air wudhu. Ia mengepit sandal di tangan kirinya.

Keesokan harinya, Nabi berkata seperti itu, dan sekali lagi muncul orang yang sama. Begitulah peristiwa itu berulang hingga tiga kali. Pada kali ketiga, setelah Rasulullah Saww meninggalkan tempat, Abdullah bin Amr (salah seoarang sahabat) menyusul orang itu dan mengemukakan hasratnya untuk menginap di rumah orang tersebut selama tiga hari.

Selama tiga hari, Abdullah tinggal bersama orang itu. Ia tidak melihat orang itu bangun pada malam hari kecuali ketika membalikkan tubuhnya sembari zikir dan takbir. Ia bangun menjelang subuh. Singkat kata, tak ada yang istimewa dari amalan orang itu, yang membuatnya sebagai salah satu penghuni surga seperti sabda Nabi.

Akhirnya Abdullah pun berterus-terang. Ia menceritakan kisah sabda Nabi di atas sembari menanyakan amal apa yang telah dilakukannya sehingga Nabi bersabda demikian.
Orang itu berkata, “aku tidak lebih dari apa yang telah anda lihat. Hanya saja aku tidak pernah menyimpan niat jelek, kebencian, atau dengki terhadap kebaikkan yang telah diberikan Allah kepada orang Islam yang lain.”

Mendengar hal itu, Abdullah berujar, “Hadza llati qad balaghta bika wa hiya ilati la uthiq.” Itulah yang menyebabkan anda sampai pada kedudukan anda. Tetapi, itu juga yang tidak mampu aku lakukan.”

Seperti Abdullah bin Amar, niscaya kita pun tak mampu melakukan hal yang sama dilakukan oleh sahabat Anshar yang menurut Nabi adalah penghuni surga.

Selama ini, saya, anda dan kita sangat disibukkan oleh ritual-ritual shaleh, namun di saat yang sama melupakan ritual sosial. Kita sibuk memperindah fisik dengan ragam ibadah lahir, tetapi lupa kepada mempercantik hati, menghiasnya dengan ikhlas, ketulusan, “tawadhu”, dan bersih dari kebencian serta iri hati terhadap sesama muslim.

Saya, anda dan kita -mungkin- rajin shalat di tengah malam buta dan berpuasa di siang harinya. Larut dalam alunan zikir yang panjang dan melelahkan. Tetapi di balik itu semua, sujud, kosongnya perut, dan basahnya bibir oleh kalimat “tasbih” tetap tak bisa menghapus kedengkian, iri hati dan kebencian terhadap sesama muslim.

Secara ritual shaleh, sahabat Anshar di atas termasuk biasa-biasa saja. Namun, secara sosial, ia termasuk luar biasa. Sebelum tetangganya meminta maaf atas perlakuan buruk terhadapnya, ia telah jauh memaafkannya. Sebelum hari berganti, fajar menjelang, ia telah tertidur lelap dengan tidak membawa kedengkian.

Kita boleh jadi selalu bangun tengah malam, tetapi sebelum tidur kita masih menyimpan kebencian kepada sesama muslim.

Hanya karena orang Islam yang lain tidak sepaham dengan kita, kita tidak ingin melihat dia bersama kita. Tak jarang kita memendam kebencian yang sangat hanya karena madzhab tetangga yang berbeda dengan kita. Bahkan tak jarang kita tak bisa tidur karena melihat orang lain lebih maju dari kita.

Sungguh, hari ini kita merindukan kemunculan para penghuni surga. Dan mungkin penghuni surga itu bisa saya, anda atau bahkan kita.

sumber : Dewa Gilang
Penghuni Surga Itu....... Penghuni Surga Itu....... Reviewed by Himam Miladi on November 25, 2013 Rating: 5

Berburu Pahala Ala Indonesia

November 25, 2013
Indonesia memang unik. Di negeri ini ada sekelompok orang yang berlomba memburu pahala dengan cara yang tak lazim. Mereka berebut mengambil porsi pahala sebesar mungkin yang dijanjikan, dengan mengancam, melukai, membunuh, mengusir, membakar serta menjarah harta benda sekelompok orang.

Targetnya-pun bebas, bisa anak kecil, wanita dan orang tua. Mereka seakan dihadirkan di dunia untuk menjadi alasan mengumpulkan poin pahala. Agaknya mereka yakin bahwa semakin luas area perusakan dan pembakaran, maka semakin luas pula area surga yang nanti akan diperolehnya. Semakin banyak wanita yang dijandakan serta anak yang diyatimkan, maka semakin tinggi pula tingkat relegiusitasnya.

Karena sayembara pahala inilah, maka logika diliburkan. Empati dan rasa bersalah harus dikubur dalam-dalam, nyaris secuilpun tak tampak di raut wajah mereka. Begitu kolosalnya aksi rebut pahala ini sehingga jerit tangis tertelan oleh teriakan euforia dan pekik membahana yang membawa-bawa nama tuhan.

Saking cintanya mereka dengan “kebenaran”, sehingga tak jarang rumah ibadah-pun mereka sasar. Rumah yang seharusnya menjadi tempat untuk mengagungkan Sang Pencipta, di tangan mereka berubah menjadi panggung pertunjukkan drama dari “teologi horor”.

Mengapa mereka berbuat demikian? Jawabannya hanya satu, “sesat”. Lalu apakah karena “sesat”, maka mereka diperbolehkan untuk dibantai, dan dirusak rumah ibadahnya? Apakah menjadi” sesat” adalah sebuah dosa? Apa kerugian bagi orang lain jika saya -misalnya- adalah orang yang “sesat”? Tidak bolehkah orang “sesat” hidup di negeri ini?. Tidak bolehkah orang "sesat" bermukim di bumi ini? Bukankah, jika Allah berkehendak, Allah akan meniadakan semua orang "sesat" tersebut, dan menggantinya dengan hamba-hambanya yang penurut semua? Faktanya, Allah masih membiarkan orang-orang "sesat" itu tetap bermukim di bumi-Nya.

Satu pertanyaan, jika ada segolongan pihak yang dianggap “sesat”? Maka, bantu saya, dengan pilihan kata apakah saya harus menyebut serta memanggil mereka, yang menyerang kaum "sesat" tersebut?

inspirasi : kompasiana

Berburu Pahala Ala Indonesia Berburu Pahala Ala Indonesia Reviewed by Himam Miladi on November 25, 2013 Rating: 5

Menjawab Fitnah Gus Dur Berkata "Al Quran Itu Kitab Suci Porno"

November 24, 2013
Beberapa pihak yang tak suka dan membenci almarhum Gus Dur, selalu mengandalkan argumen fitnah, bahwa Gus Dur pernah mengatakan Al Quran itu "porno".  Informasi kabar angin yang berhasil dikumpulkan bahwa pernyataan Gus Dur itu pertama kali diucapkan pada saat acara radio “Kongkow Bareng Gus Dur” di Kantor Berita 68H, Jakarta, yang mengudara saban Sabtu. Melalui ucapan di radio itu-lah, perkataan Gus Dur kemudian tersebar, banyak dikutip oleh media dan segera menimbulkan kehebohan.

Menurut Muhammad Guntur Romli, salah satu pengisi acara di Kabar Berita tersebut, Gus Dur sama sekali tak pernah melontarkan pernyataan bahwa Alquran adalah kitab suci porno. Pernyataan Gus Dur yang lengkap ialah sebagai berikut:
“Porno itu letaknya ada dalam persepsi seseorang. Kalau orang kepalanya ngeres, dia akan curiga bahwa Alquran itu kitab suci porno, karena ada ayat-ayat tentang menyusui. Bagi yang ngeres, menyusui berarti mengeluarkan dan men-tetek, dan ada juga roman-romanan antara Zulaikha dan Yusuf.” (Lihat “Ustad, Saya Sudah Di Surga”, M. Guntur Romli).

Jika kita membaca secara lengkap dan memahami konteks pernyataan Gus Dur, maka diketahui bahwa tidak benar Gus Dur mengatakan “Alquran adalah kitab suci porno”. Satu-satunya yang mendukung adanya pernyataan itu adalah ucapan Gus Dur yang dipenggal secara licik dan dipelintir sedemikian rupa. Sehingga beredarlah kabar angin bahwa Gus Dur mengatakan hal demikian.

Ini persis dengan anda memenggal ayat “Fa Wail Lil Mushallin” (celaka-lah untuk orang yang shalat), tapi tidak melanjutkan bacaan ayat-nya secara utuh. Pemenggalan ayat itu akan menimbulkan persepsi yang salah dan tidak mendapatkan gambaran yang seutuhnya tentang substansi yang ingin disampaikan oleh Tuhan.
Demikian pula dengan kasus Gus Dur. Ucapan yang dipenggal tentu akan menimbulkan persepsi yang salah dan tidak memahami substansi menyeluruh pernyataan Gus Dur. Akhirnya publik-pun hanya menilai apa yang dibawa oleh media tanpa menyeledikinya lebih jauh mengenai konteks ucapan dan isi ucapan yang menyeluruh.

sumber: kompasiana
Menjawab Fitnah Gus Dur Berkata "Al Quran Itu Kitab Suci Porno" Menjawab Fitnah Gus Dur Berkata "Al Quran Itu Kitab Suci Porno" Reviewed by Himam Miladi on November 24, 2013 Rating: 5

Menjawab Fitnah Gus Dur Mengganti Assalamualaikum Dengan Selamat Pagi

November 24, 2013
Terlahir dengan nama Abdurrahman Ad-Dakhil, sosok pria yang merupakan cucu dari pendiri NU, Hasyim Asy’ari, ini memang benar-benar sesuai dengan namanya (Ad-Dakhil). Ad-Dakhil sendiri bisa berarti “sang pendobrak” atau “sang penakluk”.
Sepak terjangnya mendobrak kejumudan berpikir umat muslim di Indonesia. Entah karena pemikirannya yang terlalu maju atau ucapannya sering dipelintir oleh media, wacana-wacana Gus Dur kerap menjadi perbincangan dan kehebohan di kalangan umat.

Jangankan orang luar pagar NU, orang dalam pagar-pun sering dibuat pening oleh Tingkah polah dan berbagai wacana Gus Dur. Sehingga tak terlalu berlebihan bila pengamat politik, Fachri Ali, pernah berujar bahwa Gus Dur itu bak “orang asing di tengah NU”.
Salah satu wacana yang paling kontroversial, dan juga paling sering diputar ulang, entah untuk diperbincangkan secara ilmiah atau sekedar untuk memojokkan tokoh yang memiliki garis keturunan “darah biru NU” itu, ialah wacananya mengganti ucapan salam dalam Islam (Assalamualaikum) dengan “selamat pagi”.

Lalu benarkah Gus Dur pernah mengucapkan wacana tersebut?. Untuk menjawabnya saya akan mengutip keterangan dari artikel Ahmad Tohari berjudul “Kulo Ndherek Gus”. Ahmad Tohari sendiri adalah redaktur senior di Majalah Amanah. Majalah yang pertama kali memuat berita perihal tersebut. Berikut kutipannya:

Adalah Edy Yumaedi almarhum. Suatu siang, pada 1987, wartawan majalah Amanah itu bergegas masuk ke ruang redaksi di Jalan Kramat VI Jakarta. Dengan wajah gembira dia meminta beberapa redaktur, di antaranya saya, mendengar laporannya. Dia baru selesai mewawancarai Gus Dur. Topik wawancaranya adalah pluralitas internal umat Islam Indonesia.
Rekaman wawancara-pun diputra. Intinya Gus Dur mengatakan, kemajemukan di dalam masyarakat muslim di Indonesia sudah menjadi kenyataan sejak berabad lalu……Namun, ujar Gus Dur, kemajemukan itu harus tetap terikat di dalam ukhuwah Islamiyyah atau persaudaraan Islam.

Gus Dur tidak suka terhadap istilah Islam KTP atau Islam abangan, baginya, semua orang yang sudah bersyahadat dan berkelakuan baik, ya muslim. Mereka yang bertamu masih memberi salam dengan ucapan “kulo nuwun”, “punteun” atau selamat pagi, ya muslim karena syahadatnya.
“Kalau begitu Gus, ucapan Assalamu’alaikum bisa diganti dengan selamat pagi?”, tanya Edy Yumaedi.
“Ya bagaimana kalau petani atau orang-orang lugu itu bisanya bilang “kulo nuwun”, punteun atau selamat pagi? Mereka kan belum terbiasa mengucapkan kalimat dalam bahasa arab kayak kamu?”.

Itulah inti pendapat Gus Dur dalam wawancara dengan Edy Yumaedi. Edy mengusulkan agar wawancara itu dimuat dalam majalah Amanah edisi depan dengan penekanan bahwa Gus Dur menganjurkan mengganti Assalamu’alaikum dengan “selamat pagi”. Alasannya cukup konyol. Menurut Edy, majalah Amanah yang kala itu baru berumur satu tahun, harus membuat gebrakan dalam rangka menarik perhatian pasar.

“Kan nanti Gus Dur akan membantah. Dan bantahan itu kita muat pada edisi berikut. Nah, jadi malah ramai kan? Ini cuma taktik pasar kok,” Edy ngotot.
Singkat kata dalam artikel Ahmad Tohari itu digelarlah rapat pemimpin redaksi. Ada yang pro dan juga ada yang kontra. Celakanya yang pro lebih banyak. Akhirnya terbitlah majalah Amanah edisi Assalamu’alaikum tersebut, yang kemudian menjadi polemik dan kontroversi di kalangan umat.

Dengan membaca artikel yang berisikan pernyataan dari Ahmad Tohari di atas, maka tak ditemukan satu-pun kalimat Gus Dur langsung mengenai penggantian Assalamu’alaikum dengan selamat pagi. Namun, api telah terlanjur merembet sehingga membakar hangus suatu bangunan.

Berawal dari majalah Amanah-lah polemik itu kemudian bergulir dan dikutip oleh media lainnya. Lebih celakanya lagi, hingga Beliau wafat (Gus Dur) kontroversi mengenai “selamat pagi” itu terus menyertai Gus Dur. Bahkan melebar hingga kepada bahwa Gus Dur ingin mengganti shalat dengan ucapan selamat.

sumber : kompasiana

Menjawab Fitnah Gus Dur Mengganti Assalamualaikum Dengan Selamat Pagi Menjawab Fitnah Gus Dur Mengganti Assalamualaikum Dengan Selamat Pagi Reviewed by Himam Miladi on November 24, 2013 Rating: 5

Bonek: Legenda Suporter Pertama Dan Terbesar Di Indonesia

November 24, 2013
“Apa yang menjadi misi kita? Apa?”, teriaknya keras-keras. “Membalikkan sejarah,” jawab semua pemain dengan serentak. Demikian dialog antara Agil Haji Ali, manajer Persebaya, dan para pemain yang direkam dengan baik oleh Majalah Tempo Edisi 2 April 1988.
Dialog di atas terjadi saat final kompetisi Divisi Utama Perserikatan yang mempertemukan tim Persebaya Surabaya dan Persija Jakarta. Nyatanya, malam itu Persebaya memang “membalikkan sejarah”. “Green Force”, julukan Persebaya kala itu berhasil menumbangkan Persija dengan skor tipis 3-2.

Malam itu juga, tak hanya Persebaya yang bisa “membalikkan sejarah”, namun suporter sepak bola-pun turut “membalikkan sejarah”. Era baru bagi suporter di Indonesia telah dimulai pada malam itu, meski pada tahun 1986 telah terlihat cikal-bakalnya.

Adalah suporter Persebaya-lah yang berhasil “membalikkan sejarah” dan memulai babak baru dalam soal dukung-mendukung kesebelasan yang menjadi kesayangan. Salah satu berita di Majalah Tempo edisi 2 April 1988 merekam bagaimana Persebaya dan suporternya menjadi titik awal dari perubahan perilaku suporter di Indonesia.

Suporter Persebaya datang ke Jakarta secara berduyun-duyun, dengan dikoordinasi oleh Jawa Pos dalam gerakan “tret…tret…tret”. Mereka hadir lengkap dengan kaos yang seragam, syal berikut spanduk legendaris sepanjang 200 meter yang bertuliskan “Kami Haus Akan Golmu”!. Belakangan Suporter Persebaya itu dikenal dengan sebutan “Bonek”.
Sebelum Bonek “Tret…tret…tret…” ke Jakarta, supoter di Indonesia lebih merupakan suporter yang bersifat traditional. Mereka datang ke stadion hanya sekedar mendukung kesebelasannya. Belum ada atribut seperti kaos, syal dan spanduk yang dibawa oleh supoter secara massif ke tribun stadion. Dari sudut pandang ini, nama Bonek bisa kita sebut mengawali evolusi identitas suporter Indonesia.

Evolusi selanjutnya Bonek terlihat pada logo. Di saat suporter lainnya belum mempunyai logo yang sama, maka Bonek telah seragam dengan logo lengendarisnya, “Wong Mangap” atau “Ndas Mangap”. Logo ini lah yang membuat Bonek beda dengan suporter lainnya.
Selama ini logo suporter identik dengan logo klubnya. Bonek berbeda. Ia tidak memakai “bajul ijo” sebagai logonya, tetapi sosok pria “mangap” berambut panjang tak beraturan dengan ikat kepala bertuliskan Persebaya (kala itu) tengah berteriak lantang. Sosok ciptaan Mister Muchtar itu lah yang akhirnya menjadi ikon dari “Bonek”.

Masih banyak evolusi-evolusi supoter tanah air yang dimulai dari Bonek. Terlalu panjang untuk disebutkan satu-persatu dengan sebuah artikel pendek. Meski demikian hal itu tak mengurangi sama sekali pengakuan terhadap “Bonek”, bahwa Bonek adalah komunitas suporter pertama sekaligus terbesar di Indonesia.


sumber : kompasiana
Bonek: Legenda Suporter Pertama Dan Terbesar Di Indonesia Bonek: Legenda Suporter Pertama Dan Terbesar Di Indonesia Reviewed by Himam Miladi on November 24, 2013 Rating: 5

Kisah Nenek Pemungut Daun

November 22, 2013
Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh.
Usai jualan, ia pergi ke masjid agung di kota itu. Ia berwudhu dan melakukan shalat Zuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang terlihat berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak ada satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersikan halaman masjid dengan cara itu.
Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Hingga suatu hari pengurus masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan yang ada sebelum perempuan itu datang.
Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai shalat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan sebab mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya.
“Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.”
Singkat cerita nenek itu dibiarkan untuk mengumpulkan dedaunan seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu, mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat; pertama, hanya kiai yang boleh mengetahuinya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.
Sekarang ia sudah meninggal dunia, dan anda dapat mendengarkan rahasia itu.
“Saya ini perempuan bodoh, pak kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya ini tidak mungkin selamat pada haru akhirat tanpa syafaat dari Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya memungut selembar daun, saya ucapkan satu shalawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membaca shalawat kepadanya.”

Kisah itu diceritakan kembali oleh Jalalluddin Rahmat, dalam bukunya Rindu Rasul.

Dalam kisah itu, perempuan tua bukan saja mengungkapkan cinta Rassul dalam bentuknya yang tulus, namun ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal di hadapan Tuhan. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spritual yang luhur. Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung kepada rahmat Allah. Dan -dalam Islam- siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasulullah SAW?.
Perempuan tua itu adalah gambaran dari mayoritas masyarakat Indonesia. Mereka yang menjalankan agamanya dengan penuh keterbatasan ilmu. Mereka tidak mengetahui dalil-dalil dari Alquran dan Hadis. Namun mereka mencintai Nabi-nya. Dengan segala keterbatasan itu mereka hendak menunjukkan kecintaan kepada Rasulullah SAW.


sumber : kompasiana
Kisah Nenek Pemungut Daun Kisah Nenek Pemungut Daun Reviewed by Himam Miladi on November 22, 2013 Rating: 5

Pelatih Asing Indonesia, Dari Choo Seng Quee Hingga Jacksen F Tiago

November 21, 2013
Orang Singapura Choo Seng Quee membuka parade pelatih asing yang melatih tim nasional Indonesia. Paman Choo mengawali perjalanan timnas dengan sebuah kekalahan 0-3 dari India di pesta olahraga Asia, Asian Games 1951. Selepas Choo, tahun 1954 masuk pelatih yang kemudian hari menjadi legenda di Indonesia, namanya Antun “Tony” Puganick orang Yugoslavia, didatangkan berkat lobi kuat Soekarno dan Josef Broz Tito sang Presiden Yugoslavia kala itu. Tugas pertama Tony adalah menyatukan bakat pemain Indonesia yang tersebar dari Aceh hingga Maluku, Tony pun melakukan blusukan ke beberapa daerah untuk mencari pemain yang pantas untuk timnas.

Tugas pertama Tony yaitu Asian Games 1954, pertai pertama timnas mengalahkan Samurai Biru (Jepang) 5-3. Selanjutnya India dikalahkan 4-0. Sayangnya di semifinal timnas kalah dari Rep. China (Taiwan) yang waktu itu merupakan macan Asia. Di perebutan perunggu timnas lagi-lagi kalah dari Burma 4-5. Dua tahun setelah hasil kurang bagus, timnas melakukan tour Eropa untuk sebuah ujicoba menjelang Olimpiade Melbourne 1956. Timnas bermain gagah walau akhirnya kalah dari Yugoslavia 2-4, Kroasia 2-5, Jerman Barat 1-3 dan Cekoslowakia 1-5. Sepulang dari Eropa, timnas berlaga di Olimpiade, setelah menang WO dari Vietnam, Garuda melawan Beruang Merah Uni Sovyet.

Sadar akan kekuatan lawan Tony Puganick berujar ke pemainnya “Kalian ingin bermain bola atau mengubah sejarah?”. Sebuah ucapan yang menjadi pembakar laskar Garuda menahan imbang para Kamerad 0-0 di hari pertama. Timnas memang gagal mengalahkan tim terkuat di dunia saat itu tapi dunia memberi hormat kepada perjuangan Garuda. Jejak Tony di timnas diakhiri dengan sebuah medali perunggu Asian Games 1958. Raihan tersebut merupakan yang terbaik sampai hari ini.

Selepas Tony Puganick, pelatih asing berikutnya adalah Wiel Coerver. Wiel Coerver merupakan pelatih klub top Belanda, Feyenoord. Dia nyaris membawa timnas lolos ke olimpiade Montreal  1976, sebuah tendangan penalti dari Anjasmara yang melayang mengubur mimpi timnas ke olimpiade. Setelah sukses bersama Hongkong Frans Van Balkom ditarik menjadi juru taktik Garuda. Pelatih Belanda hanya setahun bersama Garuda dan sebuah Perak Sea Games 1979 adalah karya pelatih Belanda ini.

Tongkat estafet Allenatore PSSI diteruskan oleh Marek Janota dari Polandia dan selanjutnya Bernd Fischer dari Jerman, keduanya hanya setahun di kursi panas PSSI pulang dengan prestasi yang kurang bagus. Setelah masa Fisher, PSSI selama tujuh tahun lebih percaya kepada pelatih domestik dan lebih mempercayakan pelatih asing di level junior.
Tahun 1987 Indonesia kedatangan Anatoli Polosin dari Rusia. Wajahnya yang dingin mengsiyaratkan pribadi yang tak kenal kompromi. Diawal-awal melatihnya timnas kurang maksimal. Gagal di Piala Kemerdekaan dan Perunggu Sea Games 1989 adalah pencapaiannya. Ciri melatih yang mengutamakan kekuatan fisik sempat di cemooh oleh banyak pihak termasuk para pemain tapi Polosin tidak menggubris. Gaya melatihnya dikenal dengan istilah “shadow football”. Tempaan fisik dan disiplin yang kemudian hari membawa garuda terbang tinggi dengan sebuah Emas Sea Games 1991 di Manila. Anatoli Polosin dianggap salah satu pelatih asing yang sukses melatih di Indonesia.

Gaya pelatih Eropa tImur yang disiplin membuat PSSI kembali mencari pelatih dari sana. Maka terpilih lah Ivan Toplak. Pelatih ini sukses membawa Yugoslavia meraih perunggu di olimpiade Los Angeles 1984. Asa tinggi digantung ke “Orang tua” dari Yugoslavia ini. Sayangnya ekspektasi tersebut jauh dari harapan. Timnas yang beranggotakan banyak pemain tua gagal total di Sea Games 1993 dan Pra Piala Dunia 1994, Ivan Toplak yang bergaji Rp. 300 juta setahun didepak.

Penggantinya adalah Romano Matte dari Italia yang pernah bersama klub Sampdoria. Berbeda dengan Toplak yang gemar memakai tenaga tua, Romano Matte lebih percaya kepada anak muda alumni Primavera. Sempat memberi harapan dengan permainan energik,sayangnya gagal di Sea Games 1995. Romano Matte meninggalkan kursi panas PSSI tanpa trofi. Dua tahun kemudian PSSI memilih Henk Wullems yang sukses bersama Klub Bandung Raya. Meneer Wullems merupakan allenatore asing ke-10. Bermain bagus dan atraktif dengan pemain yang hebat di posisinya, timnas yang selangkah lagi terbang tinggi pupus ditangan Thailand di final Sea Games 1997. Henk Wullems hanya setahun memimpin Garuda. Sekali lagi sayap garuda dipatahkan Gajah Putih.

Setelah memecat Bernard Schumm yang gagal di Sea Games 1999. Pelatih asing berikutnya Ivan Kolev dari Bulgaria. Kolev memimpin timnas meraih runner up di Tiger Cup dan penyisihan Piala Asia 2004. Usai piala Asia 2004 Kolev digantikan pelatih dari Inggris yang sukses bersama Thailand, Peter Withe. Cerita sukses bersama Gajah Putih gagal ditularkan bersama Garuda. Sempat memberi harapan dengan hasil bagus di penyisihan dan semifinal AFF Cup 2004, garuda melempem di partai puncak dikalahkan negeri Singa Singapura. Menurut Withe salah satu kelemahan pemain timnas saat itu adalah panik ketika ditekan pemain lain. Menjelang piala Asia 2007 Withe digantikan oleh Kolev.

Era Kolev hanya sebentar di piala Asia 2007. Pelatih asing berikutnya adalah Alfred Riedl, PSSI kepincut dengan prestasi si Opa dari Austria yang sukses membawa Vietnam runner up di Piala AFF 1998, Sea Games 2003 dan 2005. Riedl dengan sekumpulan pemain berbakatnya tampil dominan di Piala AFF 2010 hingga semifinal. Sebuah kekalahan telak dari musuh bubuyutan serumpun Malaysia mengubur mimpi kita meraih juara, lagi-lagi Riedl hanya mampu meraih posisi ke-2 di level ASEAN.

Setelah itu PSSI menunjuk Wim Rijsbergen dari Belanda berhasil memimpin garuda ke babak ketiga Pra Piala Dunia 2014. Prestasi lain dari Wim adalah bisa menahan imbang 0-0 Arab Saudi di partai Ujicoba. Tidak lama Wim membesuk timnas, pasca kritikan kerasnya kepada pemain PSSI mendepaknya. Padahal kritikan dari pelatih adalah hal wajar seharusnya menjadi cambuk untuk berprestasi. Luis Manuel Blanco dari Argentina sempat beberapa saat memimpin latihan timnas. Masa kepelatihan yang singkat tanpa sebuah partai, Blanco meninggalkan Indonesia.

Suksesor berikutnya Jacksen F. Tiago orang Brasil yang lama diatmosfer sepakbola Indonesia. Jacksen memimpian timnas di kualifikasi piala Asia 2015, walau gagal (hanya sekali seri lawan China), sentuhan Jacksen membawa perubahan bagi permainan timnas.
Meski sudah mampu membawa perubahan, JFT hanya bertahan beberapa bulan saja. Dengan berbagai manuver dan alasan, PSSI akhirnya memanggil kembali Alfred Riedl. Pemanggilan ini tak pelak menuai kontroversi. Mengingat, Alfred Riedl pernah memimpin "timnas tandingan", padahal dia tahu sudah ada timnas yang resmi dan legal. Pun, ditambah dengan fakta, setelah memimpin "timnas TRG", Alfred Riedl praktis menjadi pengangguran. Tak ada timnas ataupun klub yang dilatihnya. Seolah Alfred Riedl memang sengaja menunggu panggilan dari PSSI.

sumber : kompasiana
Pelatih Asing Indonesia, Dari Choo Seng Quee Hingga Jacksen F Tiago Pelatih Asing Indonesia, Dari Choo Seng Quee Hingga Jacksen F Tiago Reviewed by Himam Miladi on November 21, 2013 Rating: 5

Ada Ivan Kolev Diantara Peter White Dan Alfred Riedl

November 19, 2013
Dalam 12 tahun mengikuti perkembangan tim nasional saya mencermati ada tiga orang pelatih asing yang menonjol dengan dua orang membawa perubahan fundamental dari segi pola permainan dan satu orang membawa ketenaran. Peter White, Ivan Kolev dan Alfred Riedl merupakan pelatih yang dulu dipuja di awal namun terpuruk di akhir. Kisah perjalanan tiga orang ini dalam menangani tim nasional disertai juga pendapat Saya mengenai ketiga-tiganya.
1. Peter White
Pria yang lahir pada 30 Agustus 1951 adalah Pahlawan Aston Villa di final Piala Champion tahun 1981. Saat itu gol semata wayang White berhasil mengalahkan Bayern Muenchen di final dengan skor 1-0 untuk keunggulan Aston Villa. Setelah pensiun pada tahun 1990 sebagai pemain, White meneruskan karir nya sebagai pelatih Wimbledon di tahun 1991, di tahun 1998 White mulai melatih tim nasional, Thailand adalah negara pertama yang ditangani pria berkebangsaan Inggris.
Warga negara Indonesia pada tahun 2000 dan 2002 tentu tidak akan melupakan betapa perkasanya tim nasional Thailand, selalu bermain cepat dengan umpan direct football yang membuat repot pemain-pemain kita ketika itu seperti Nur’alim, Aji Santoso dan Sugiantoro. Thailand pada masa tersebut adalah raja asia tenggara, Indonesia hanya spesialis runner-up. Publik juga tidak akan melupakan bagaimana tim nasional harus kalah adu penalti pada final Piala Tiger (AFF Cup) 2002 di Senayan Jakarta, kala itu sistem satu tuan rumah yang berlaku tidak membuat gentar Thailand yang bertindak sebagai tamu, alhasil Peter White berhasil membawa Thailand untuk kedua kalinya menjadi Juara di level Asia Tenggara setelah menang adu penalti.
Prestasinya tersebut ternyata membuat kepincut PSSI yang ketika itu di pimpin oleh Nurdin Halid. PSSI akhirnya menawari kontrak kepada White untuk menangani tim nasional selepas kegagalan lolos ke perempat final Piala Asia 2004 di Cina. White langsung membuat gebrakan, Indonesia di tangannya di ajarkan taktik dan formasi yang dianggap modern oleh dunia yaitu 4-4-2, formasi ini mengundang kritik luar biasa dari Benny Dollo dan Sutan Harhara yang menganggap formasi 4-4-2 tidak berhasil karena pemain Indonesia belum mampu memahaminya, bahkan Benny menyarakan agar kembali ke formasi konservatif 3-5-2 yang dianut hampir seluruh klub Indonesia. White punya pendirian dan menghiraukan seluruh kritik tersebut, selain itu publik juga mengenang White yang berhasil mengangkat mutiara hitam yang paling berkilau ketika itu, Boaz Solossa. White juga membuat publik terkejut dengan meninggalkan pujaan hati pendukung Jack Mania yaitu Bambang Pamungkas, di sisi lain White lebih memilih Ilham Jaya Kesuma (van Nistelroy-nya Persita Tangerang) dan Kurniawan Dwi Yulianto sebagai pelapis IJK. Strategi White ketika itu adalah memaksimalkan serangan dari sisi lapangan  yang diemban oleh Boaz dan Budi dengan bantuan holding midfielder dan deep playmaker yang ketika itu dijalankan oleh Ponaryo Astaman. White yakin tim yang dibentuknya akan membawa tim nasional menjadi juara di level Asia Tenggara sekaligus mencapai perempat final di Piala Asia 2007.
Pada kejuaraan Piala Tiger 2004 yang dihelat di Vietnam dan Malaysia, Indonesia bergabung di grup A bersama Vietnam, Singapura, Kamboja dan Laos. Dengan 3 kemenangan (vs Laos 6-0, vs Vietnam 3-0, Kamboja 8-0) 1 seri (vs Singapura 0-0) dan 17 gol tanpa kebobolan, publik Indonesia optimis White dan pasukannya mampu melepas dahaga akan gelar tim senior apalagi saat itu permainan menyerang dan penuh determinasi membuat semua pihak sangat mengunggulkan Indonesia, apalagi seteru beratnya Thailand gagal lolos ke semifinal. Pada semifinal, supporter di Senayan terkejut tatkala Malaysia membungkam Indonesia 2-1, namun White meyakinkan pemainnya  untuk mengalahkan Malaysia di Shah Alam dan mengatakan bahwa tim nasional akan mempersembahkan gelar untuk korban tsunami. Hasilnya Indonesia bermain gila dan ngotot dengan membantai Malaysia 4-1 setelah sebelumnya tertinggal 1-0. Sayangnya, di final taktik kotor Agu Casmir  dkk dengan mencederai Boaz menyebabkan harapan meraih gelar pertama Piala AFF musnah, Indonesia di tekuk Singapura kandang-tandang dengan skor 3-1 dan 2-1.
Setelah kekalahan mengejutkan di Piala AFF 2004, Peter White kembali menargetkan timnas untuk masuk final di Piala AFF 2006 yang digelar di Singapura dan Thailand. Indonesia berada di grup neraka bersama Singapura, Vietnam dan Laos, dengan modal determinasi dan kecepatan yang menjadi ciri khas tim nasional ketika itu, White gagal total. Tim nasional hanya mampu sekali menang (vs Laos) dan dua kali imbang (vs Vietnam dan vs Singapore), hasil ini membuat berang petinggi PSSI dan tentu saja publik, tuntutan agar White segera dipecat sangat tinggi. Pemecatan yang membuat was-was petinggi PSSI karena Piala Asia 2007 sudah di depan mata dan sangat riskan memecat pelatih yang hanya berselang 6 bulan dengan turnamen prestisius. Keputusan pemecatan akhirnya dilakukan oleh Nurdin Halid kepada White. Kini, pahlawan Aston Vila tersebut memilih untuk tinggal di Australia, warisannya berupa formasi 4-4-2 yang dapat bertransformasi menjadi 4-3-3 kini diadopsi oleh tim nasional masa kini dan klub-klub Indonesia, dengan pola permainan menyerang lewat sayap dan direct football.

2. Ivan Venko Kolev
Ivan Venko Kolev atau lebih dikenal dengan Ivan Kolev  adalah pelatih yang malang melintang di Indonesia sejak tahun 2000 hingga 2011. Kolev ditunjuk sebagai pelatih tim nasional setelah sukses menangani Persija Jakarta, dibawahnya Persija berhasil meraih gelar Piala Invitasi di Brunai Darussalam pada tahun 2000. Tim nasional Indonesia di tangan Kolev mampu lolos ke putaran final Piala Asia 2004 setelah jadi runner-up di bawah Arab Saudi.
Lolosnya Indonesia ke putaran final Piala Asia 2004 yang digelar di Cina menjadikan Kolev populer di mata pers, hal ini dikarenakan Indonesia lolos kualifikasi melalui pertandingan sistem turnamen yang diselenggarakan di luar Indonesia. Di Cina 2004, Kolev menorehkan sejarah saat tim nasional mampu meraih kemenangan pertama di ajang Piala Asia. Ketika itu, Kolev berhasil membawa tim nasional mengalahkan Qatar 2-1 yang lebih diunggulkan, publik tentu masih ingat Philip Trousier, pelatih yang mampu membawa Jepang lolos ke perdelapan final Piala Dunia 2002, langsung dipecat oleh federasi sepakbola Qatar. Tendangan geledek ponaryo astaman memastikan kemenangan bersejarah Indonesia. Namun, kekalahan dari Cina 0-5 dan Bahrain 3-1 membuat mimpi lolos pertama kali ke perempat final gagal. Kegagalan ini disinyalir karena ingkar janjinya Nurdin Halid cs. memberikan bonus atas kemenangan melawan Qatar yang membuat pemain tidak fokus dan konsentrasi saat melawan Cina dan Bahrain.
Usai Piala Asia 2004 Kolev dipecat dan digantikan oleh Peter White, namun Kolev kembali dipanggil oleh PSSI untuk menangani Indonesia di Piala Asia 2007, bertindak sebagai tuan rumah, publik saat itu merasa pesimis tim nasional akan mampu melewati putaran grup yang diselenggarakan di Jakarta, Kuala Lumpur, Bangkok dan Ho Chi Minh City. Saat itu, Saya merasakan putus asa bahwa Indonesia akan jadi bulan-bulanan Republik Korea, Arab Saudi dan Bahrain ditambah lagi rekor melawan ketiganya tidak memihak Indonesia. Sebelum penyelenggaraan, kabar buruk menimpa timnas, Boaz Solossa cedera patah kaki saat pertandingan uji coba melawan Hong Kong. Namun, Kolev menyatakan publik jangan khawatir terhadap cedera Boaz, dirinya masih memiliki Budi Sudarsono dan Ellie Aiboy yang mampu menggantikan peran Boaz.
Jakarta, 10 Juli 2007 dihadapan 60.000 pendukung setianya, Indonesia menjawab keraguan publik ketika itu dengan mengalahkan Bahrain 2-1. Dua gol dari Budi Sudarsono dan Bambang Pamungkas membuat publik Indonesia kesurupan ‘Piala Asia’. Ekspektasi tinggi mulai dipasang publik, dukungan mengalir deras, tak kurang Presiden dan Wakil Presiden yang ketika itu dijabat oleh Yudhoyono-Kalla menyaksikan langsung tim nasional berlatih. Saban hari, berita dipenuhi persiapan tim nasional, cerita heroik saat mengalahkan Bahrain dan informasi antrian tiket untuk menyaksikan timnas menghadapi Arab Saudi dan Korea. Namun, cerita kelam di 2004 terulang kembali, Indonesia gagal takluk di tangan Arab Saudi 1-2 dan Rep. Korea 0-1, saat itu tidak ada hujatan dan cacian atas kekalahan Indonesia atas dua langganan Piala Dunia. Publik Indonesia menilai kekalahan tipis tersebut disebabkan keberpihakan wasit saat melawan Saudi dan stamina pemain sudah terkuras ketika melawan Rep. Korea. Ajang Piala Asia 2007 juga mencatat sejarah Irak menjadi Juara Piala Asia dan lolosnya Vietnam ke perempat final di bawah kepelatihan Alfred Riedl. Piala Asia 2007 juga menjadi tonggak sejarah saat seluruh suporter ketika itu meninggalkan warna bendera klub menjadi warna merah putih.
Seusai Piala Asia 2007, supporter mulai berharap tim nasional mampu berbicara banyak di kualifikasi Piala Dunia 2010, sayangnya Kolev gagal mengangkat performa Indonesia di ajang kualifikasi. Indonesia gagal lolos ke babak III, pada babak ini Indonesia dibantai Suriah di kandang dan tandang. Peninggalan Kolev berupa pola satu striker dan dua penyerang sayap bayangan sayangnya tidak diikuti oleh Benny Dolo. Setelah dipecat dari tim nasional Kolev kembali menangani sejumlah klub seperti Mitra Kukar, Sriwijaya dan Persib Bandung.

3. Alfred Riedl
Pria asal Austria ini mulai terkenal saat berhasil menorehkan sejarah lolosnya Vietnam ke perempat final Piala Asia 2007, Vietnam yang bertindak sebagai tuan rumah bersama Indonesia, Thailand dan Malaysia berhasil menyingkirkan Qatar dan Uni Emirat Arab. Ketika itu, Vietnam yang baru dilanda skandal pengaturan skor dan korupsi pesepakbolanya ternyata melewati ekspektasi publiknya sendiri.
Boleh dikatakan Vietnam hanya aji mumpung, mengingat mereka lolos otomatis sebagai tuan rumah dan keberhasilan ke perempat final tidak terlepas dari hasil mengejutkan takluknya Qatar atas Uni Emirat Arab, padahal di pertandingan akhir Vietnam ditaklukkan Jepang 1-4. Setelah berputar-putar di Laos dan Vietnam, Riedl dikontrak oleh Nirwan Bakrie untuk persiapan menghadapi Piala AFF Suzuki Cup 2010.
Riedl pada awalnya mendapat kritik dari pengurus PSSI yang menganggapnya tidak becus mengangkat prestasi timnas, menurut Nurdin Halid (ketua umum) dirinya tidak habis pikir dalam uji coba Indonesia hanya menang 3-0 melawan tim Maladewa. Nurdin juga menganggap prestasi Riedl ketika menangani Vietnam tidak akan menular ke Indonesia. Anggapan Nurdin boleh dikatakan salah, dalam pertandingan pertama di Piala AFF Suzuki 2010 menghadapi musuh sebangsa dan setanah air, yaitu Malaysia, Indonesia menang besar 5-1. Selanjutnya, publik seolah dihipnotis oleh wajah judes dan anti senyum Riedl yang berhasil membawa Indonesia lolos ke final menghadapi Malaysia. Sayangnya, kali ini Riedl harus kalah karena pemainnya sudah mulai sombong, pongah dan merasa jadi juara. Riedl selama turnamen banyak mengeluh dan hanya diam ketika para pemainnya jadi artis dan disibukkan dengan wawancara dari infotainment dan televisi.
Di bawah kepelatihan Riedl, publik menganggap inilah permainan terbaik yang ditampilkan Indonesia sepanjang sejarah, bahkan ada anggapan bahwa Riedl adalah pelatih terbaik sepanjang masa, mungkin publik yang mengelu-elukan Riedl ketika itu belum mengenal nama-nama seperti Polosin, Coever, White atau bahkan Kolev, mungkin juga publik lupa bahwa Kolev pernah melakukan yang lebih hebat dibanding Riedl dengan membawa Indonesia menang di dua pertandingan Piala Asia. Padahal pola permainan yang dilakukan Riedl tidak ada perubahan signifikan dalam pola menyerang, bahkan boleh dikatakan permainan bertahan Indonesia sangat buruk ketika menghadapi serangan balik. Pola menyerang lewat sayap dan mengandalkan deep playmaker dengan satu striker finisher serta satu bomber  dengan strategi direct football boleh dikatakan mewarisi apa yang dilakukan oleh White dan Kolev.
Usai Piala AFF 2010, Riedl menjadi pesakitan, hal ini dikarenakan PSSI tidak bisa menerima kekalahan pada kualifikasi Olimpiade 2012 London dari Turkmenistan. PSSI juga terpaksa memutuskan kontrak dengan Riedl karena dianggap yang bersangkutan tidak memiliki kontrak resmi dengan PSSI. Riedl dikabarkan hanya dikontrak oleh Nirwan Bakrie. Begitulah nasib Alfred Riedl, setelah hanya jadi penasehat teknis di Laos dirinya kembali menangani “tim nasional” La Nyala.
Demikian sekilas pandangan dan sari cerita tentang perjalanan tiga pelatih asing yang pernah menangani PSSI di bawah era Nurdin Halid. Jika ditanya mana yang terbaik diantara ketiganya? Saya tidak ragu mengatakan Peter White, dirinya berhasil menciptakan pondasi permainan tim nasional yang baru (modern) dengan strategi direct football dan memanfaatkan forward winger, determinasi tim nasional di luar kandang pun sangat luar biasa. Namun, Peter tidak seberuntung Alfred yang dicap “pelatih terbaik” sepanjang masa.

sumber : kompasiana
Ada Ivan Kolev Diantara Peter White Dan Alfred Riedl Ada Ivan Kolev Diantara Peter White Dan Alfred Riedl Reviewed by Himam Miladi on November 19, 2013 Rating: 5

Sepakbola Indonesia: Menikmati Peran Sebagai Pecundang

November 15, 2013
Timnas Indonesia Senior dikalahkan China 0-1 sekaligus hampir pasti tersingkir dari Piala Asia 2015 di Australia. Indonesia dengan gigih dikalahkan oleh China. Energi Timnas U-19 ternyata tak menular ke Timnas Senior sama sekali. Namun yang penting dicatat justru peran penting Indonesia di FIFA. Dan juga, yang menghibur adalah Timnas Indonesia bermain luar biasa bagus terutama di babak kedua. Kenapa hasilnya selalu buruk dan hanya mendapatkan hasil bermain baik tapi seri atau kalah? Apa yang salah? Tak ada. Takdir mungkin. Mari kita renungkan hakikat sepakbola, khususnya Timnas Indonesia.
Itulah sepakbola. Setiap negara anggota FIFA memiliki peran masing-masing - seperti juga kehidupan. Spanyol sebelum menjuarai Piala Dunia 2010 tercatat sebagai negara yang ‘dikutuk’ dan tak mampu keluar dari kutukan ‘tak berprestasi’ meskipun memiliki talenta. Sebaliknya Jerman menjadi negara yang dengan tenang selalu ‘ditakdirkan’ lolos ke minimal ‘perempat final’ di Piala Dunia dan Piala Eropa sampai mendapat julukan negara Spesialis Turnamen.
Inggris pun mendapatkan julukan ‘negara dengan prestasi Piala Dunia dan Piala Eropa hanya dalam bentuk sumbangan pemain dunia dan spesialis meramaikan dan diramaikan media’ dengan catatan hanya sekali Juara Dunia 1966 yang hasilnya merupakan catatan ‘kecelakaan’ menjadi Juara Piala Dunia.
Nah, Indonesia tampaknya memiliki peran dalam FIFA sebagai ‘Timnas yang bermain bagus dan nyaris menang’ seperti Spanyol yang ‘terkutuk’. Bukti terkutuknya adalah Indonesia selalu ‘nyaris dan hampir’ menang, hampir lolos, hampir juara. Buktinya: Indonesia nyaris lolos ke Piala Dunia 1982 hanya kalah oleh Korea. Indonesia nyaris masuk ke Final Asian Games 1984 hanya kalah melawan Arab Saudi. Indonesia nyaris menjuarai Piala AFF 2010 hanya kalah oleh Malaysia. Bahkan untuk urusan pertandingan pun demikian: nyaris menceploskan bola, nyaris dan nyaris. Apa penyebabnya? Takdir.
Nah, untuk menghapus ‘kutukan nyaris’, maka sebaiknya dilakukan pertobatan. Pertobatan sepakbola nasional disertai usaha. Bukankah Allah tak akan mengubah suatu kaum jika kaum itu sendiri tak mengubahnya? Contohnya. Australia yang dikutuk selalu gagal lolos ke Piala Dunia dan kekalahan menyesakkan melawan Argentina di babak play off 1998 memaksa Australia bergabung dengan Asia, AFC - karena Oseania dinilai tak kompetitif dan selalu di-play-off kan dengan Amerika Latin. Upaya itu berhasil dan Australia menjadi kekuatan sepakbola Asia yang hebat.
Jadi, kalau Timnas Indonesia selalu bermain baik namun hasilnya kalah atau seri, maka itu namanya pecundang. Nah, menjalani peran kalah atau seri melulu pun merupakan sumbangan bagi dunia sepakbola dunia. Kan dalam sepakbola seperti kehidupan harus ada yang menjadi pemenang, peseri, pekalah. Dan…peran seperti itu juga mulia. Tanpa ada yang menjadi pecundang, maka tak akan ada pemenang. Tanpa ada yang menang tak akan ada yang kalah.
Oleh sebab itu, maka sebenarnya dari segi kehidupan filosofis sepakbola, Indonesia telah berbuat dan berperan baik yakni menjadi: pecundang dan pekalah. Demikian pula, Indonesia juga berperan dan menyumbangkan diri - sesuai kemampuannya dan takdirnya - menjadi pecundang. Ini luar biasa. Tak semua negara mau dan mampu menjadi pecundang. Indonesia sebagai negara besar menampilkan kebesaran hati, jiwa dan raga dan mau berkorban demi kemajuan sepakbola dunia: menjadi pecundang. Ini yang wajib diapresiasi. Membanggakan.
Bahkan negara sekelas Singapura pun tak mau berperan menjadi pecundang dan pernah memenangi Piala AFF. Australia tak mau berperan menjadi terkutuk dan pindah konfederasi. Spanyol tak mau berperan menjadi terkutuk sehingga mengubah gaya permainan ‘tiki-taka’ yang membuat sepakbola tak menarik dan membosankan: hasilnya Spanyol juara Piala Dunia dan Eropa.
Bermain bagus adalah biasa dan selalu dilakukan oleh Timnas Indonesia. Yang jarang dilakukan adalah bermain menang. Dalam catatan prestasi di FIFA atau catatan sepakbola mana pun yang dicatat hanya hasil pertandingan. Tak pernah ada catatan misalnya: Indonesia 0-1 China dengan catatan Indonesia bermain bagus di babak kedua. Mexico 5-1 New Zealand dengan catatan New Zealand bermain penuh semangat dan seharusnya lebih baik hasilnya. Tidak demikian. Dalam sepakbola yang dicatat bukan cara bermainnnya, namun hasilnya: menang, kalah, seri. Itu saja.
Namun catatan penting adalah Indonesia mendapatkan pahala dari perannya sebagai Timnas yang berbesar hati mau menjalani peran sebagai pecundang: suatu peran yang sangat terhormat dan membutuhkan kesabaran dan kebesaran hati dan jiwa karena tak semua negara mau menerima peran tersebut. Dan, Indonesia dengan bangga menyambut baik peran tersebut di kancah sepakbola Asia Tenggara - tak pernah Juara AFF, Asia - tak pernah Juara Asia dan FIFA - tak pernah lolos Piala Dunia. Jadi penyebab kekalahan lawan China dan Indonesia tersingkir adalah peran Indonesia secara alamiah takdir dari sononya.


Tulisan oleh : Ninoy N Karundeng
Sumber : kompasiana
Sepakbola Indonesia: Menikmati Peran Sebagai Pecundang Sepakbola Indonesia: Menikmati Peran Sebagai Pecundang Reviewed by Himam Miladi on November 15, 2013 Rating: 5

Kisah 3 Kaleng Coca Cola

November 09, 2013
Ada 3 kaleng coca-cola, ketiga kaleng tersebut diproduksi di pabrik yang sama.Ketika tiba harinya, sebuah truk datang ke pabrik, mengangkut kaleng-kaleng coca-cola dan menuju ke tempat yang berbeda untuk pendistribusian.

Pemberhentian pertama adalah supermaket lokal. 
Kaleng coca-cola pertama di turunkan disini. Kaleng itu dipajang di rak bersama dengan kaleng coca-cola lainnya dan diberi harga Rp. 4.000.


Pemberhentian kedua adalah pusat perbelanjaan besar. 

Di sana , kaleng kedua diturunkan. Kaleng tersebut ditempatkan di dalam kulkas supaya dingin dan dijual dengan harga Rp. 7.500.


Pemberhentian terakhir adalah hotel bintang 5 yang sangat mewah. 

Kaleng coca-cola ketiga diturunkan di sana. Kaleng ini tidak ditempatkan di rak atau di dalam kulkas. Kaleng ini hanya akan dikeluarkan jika ada pesanan dari pelanggan. 
Dan ketika ada yang pesan, kaleng ini dikeluarkan bersama dengan gelas Kristal berisi batu es. Semua disajikan di atas baki dan pelayan hotel akan membuka kaleng coca-cola itu, menuangkannya ke dalam gelas dan dengan sopan menyajikannya ke pelanggan. Harganya Rp. 60.000.

Sekarang, pertanyaannya adalah :
Mengapa ketiga kaleng coca-cola tersebut memiliki harga yang berbeda padahal diproduksi dari pabrik yang sama, diantar dengan truk yang sama dan bahkan mereka memiliki rasa yang sama.

Itulah yang dinamakan efek Lingkungan.
Lingkungan Anda mencerminkan harga Anda. Lingkungan berbicara tentang RELATIONSHIP.

Apabila Anda berada di lingkungan yang bisa mengeluarkan hal terbaik dari diri Anda, maka Anda akan menjadi cemerlang. Tapi bila Anda berada di lingkungan yang meng-kerdil- kan diri Anda, maka Anda akan menjadi kerdil.!!....

Lingkungan anda, adalah ANDA. (Orang yang sama, bakat yang sama, kemampuan yang sama) + lingkungan yang berbeda = NILAI YANG BERBEDA..!!


Sebagaimana yang disabdakan Rasullulloh SAW, 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ ».

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang itu akan mengikuti agama teman dekatnya (baca:lingkungan pergaulannya). Oleh karena itu hendaknya kalian perhatikan siapakah yang kalian jadikan sebagai teman dekatnya” (HR Abu Daud no 4833, dinilai hasan oleh al Albani).

Karenanya tidaklah salah jika orang Arab memiliki pepatah

الصاحب ساحب

“Sahabat (baca:lingkungan pergaulan) itu menyeret”. Artinya lingkungan yang baik akan menyeret orang untuk menjadi baik. Sebaliknya lingkungan yang buruk akan menyeret orang untuk menjadi buruk.

Oleh karena itu, disebutkan dalam hadits yang lemah sanadnya namun insya Alloh benar kandungan isinya, agar kita mendahulukan langkah mencari lingkungan yang kondusif sebelum yang lainnya.
عَنْ سَعِيدِ بن رَافِعِ بن خَدِيجٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ جَدِّهِ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْتَمِسُوا الْجَارَ قَبْلَ الدَّارِ ، وَالرَّفِيقَ قَبْلَ الطَّرِيقِ .

Dari Said bin Rofi’ bin Khodij dari ayahnya dari kakeknya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Pilihlah tetangga sebelum menentukan untuk berdomisili di suatu tempat dan pilihlah teman perjalanan sebelum menentukan arah perjalanan” (HR Thabrani dalam al Mu’jam al Kabir no 4257, dalam al Majmauz Zawaid no 13534, al Haitsami mengatakan, “Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani namun dalam sanadnya terdapat perawi yang bernama Aban bin al Muhabbar dan dia adalah seorang yang riwayatnya ditinggalkan (matruk)”).
Kisah 3 Kaleng Coca Cola Kisah 3 Kaleng Coca Cola Reviewed by Himam Miladi on November 09, 2013 Rating: 5

Merenungi I'tiraf Abu Nawas

November 08, 2013
Di surau-surau kampung, tiap malam Jumat selepas adzan maghrib, selalu didendangkan i'tiraf,
sebuah pengakuan, puisi karya terakhir Abu Nawas, sebuah puisi religius :

Ilahiy lastu lilfirdausi ahla,
walaa aqwa ‘ala naaril jahiimi
Fahabli taubatan waghfir dzunubi,
fainnaka ghafirudz- dzanbil ‘adzimi….
(Ya Allah … aku bukanlah penghuni surga-Mu
tetapi hamba tiada kuat menerima siksa neraka-Mu
Maka kami mohon taubat dan mohon ampun atas dosaku
sesungguhnya Engkau Maha Pengampun atas dosa-dosa….)
Dzunubi mitslu a’daadir- rimali,
fahabli taubatan ya Dzal Jalaali,
Wa ‘umri naqishu fi kulli yaumi,
wa dzanbi zaaidun kaifa -htimali
(Dosa-dosaku seperti bilangan pasir di pantai,
maka anegerahilah hamba taubat, wahai Yang Memiliki Keagungan
Dan umur hamba berkurang setiap hari,
sementara dosa-dosa hamba selalu bertambah, apalah dayaku menanggungnya)
Ilahi ‘abdukal ‘aashi ataaka,
muqirran bi dzunubi wa qad da’aaka
fain taghfir fa anta lidzaka ahla,
wain tadrud faman narju siwaaka
(Ya Allah… hamba-Mu yang penuh maksiat,
datang kepada-Mu bersimpuh memohon ampunan,
Jika Engkau ampuni memang Engkau adalah Pemilik Ampunan,
Tetapi jika Engkau menolak taubatku, maka kepada siapa lagi aku berharap?)

Tujuannya, hanya sekedar mengingatkan umat untuk selalu memintai taubat dan ampunan dari Allah SWT. 
Meski sering didendangkan dan diperdengarkan syair Abu Nawas tersebut, banyak yang belum tahu, atau meragukan, siapa sebenarnya sosok Abu Nawas tersebut. Tokoh nyata, atau hanya sekedar fiksi untuk melengkapi cerita 1001 malam yang terkenal itu?
Adalah seorang Abu Ali al-Hasan ibnu Hani-al hakami. Ternyata dialah si pembuat syair tersebut dengan nick name Abu nuwas (arabic), abu novas (persia/iran). Tapi lidah Indonesia kita lebih nyaman menyebutnya dengan Abu Nawas.
Dia dilahirkan pada 145 H (747 M ) di kota Ahvaz di negeri Persia (Iran sekarang), dengan darah dari ayah Arab dan ibu Persia mengalir di tubuhnya. Ayahnya, Hani al-Hakam, merupakan anggota legiun militer Marwan II. Sementara ibunya bernama Jalban, wanita Persia yang bekerja sebagai pencuci kain. Sejak kecil ia sudah yatim. Sang ibu kemudian membawanya ke Bashrah, Irak. Di kota inilah Abu Nawas belajar berbagai ilmu pengetahuan. Masa mudanya penuh perilaku kontroversial yang membuat Abu Nawas tampil sebagai tokoh yang unik dalam khazanah sastra Arab Islam.
Dalam Al-Wasith fil Adabil ‘Arabi wa Tarikhihi, Abu Nawas digambarkan sebagai penyair multivisi, penuh canda, berlidah tajam, pengkhayal ulung, dan tokoh terkemuka sastrawan angkatan baru. Namun sayang, karya-karya ilmiahnya justru jarang dikenal di dunia intelektual. Ia hanya dipandang sebagai orang yang suka bertingkah lucu dan tidak lazim. Kepandaiannya menulis puisi menarik perhatian Khalifah Harun al-Rasyid. Melalui musikus istana, Ishaq al-Wawsuli, Abu Nawas dipanggil untuk menjadi penyair istana (sya’irul bilad).

Kembali ke al i’tiraf …..

Puisi pengakuan ini sangat menggelitik dan nakal… coba lihat, kira-kira apa yang ada di benak Tuhan ketika pertama-tama mendengar syair ini; “Ya Tuhanku… aku tidak pantas masuk surga, tapi aku tidak kuat dengan panasnya api neraka”. Tuhan mungkin berkata, berani-beraninya kamu bicara seperti itu, bukankah aku ciptakan neraka bagi hamba-hambaku yang pendosa? Supaya kamu tidak masuk neraka, maka janganlah melakukan perbuatan dosa.

Atau mungkin saja Tuhan berkata, Ya sudah… kamu nggak masuk surga, karena kamu sendiri mengakui tidak pantas kalau dirimu masuk surga. Dan kamu juga nggak usah masuk neraka karena kamu tidak kuat. Tapi sayangnya…. Di akhirat tidak ada lagi tempat lain selain surga dan neraka, lalu Kamu mau Aku taruh dimana?
Karena tahu Tuhan pasti bimbang, lalu Abu nawas melanjutkan syairnya dengan menghiba dan sedikit pujian; “Terimalah taubatku dan ampunilah dosa-dosaku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun segala dosa.

Apakah Tuhan akan luluh dengan hibaan ini? Bukankah Tuhan memang sudah menuliskan sendiri dalam al-Qur’an bahwa Tuhan memang Maha Pengampun????
Si Abu Nawas ini melanjutkan pengakuannya; “Dosaku seperti bilangan pasir di pantai.” Banyak benar dosa si Abu, ada yang bisa menghitung bilangan pasir di pantai? Apakah kali ini Tuhan tidak bimbang lagi untuk menceplsokan si Abu ke dalam neraka? Untuk mengampuni satu dosa saja Tuhan tentu masih banyak pertimbangan lain, tapi kalau sudah seperti bilangan pasir??? bukankah itu merupakan jumlah yang sangat banyak? Apakah kali ini Tuhan tidak bakal mau mendengar pengakuan yang sangat terus terang itu lalu menempatkan si Abu ke tempat seharusnya yaitu neraka?

Tapi Abu Nawas penyair hebat ini sungguh pandai mengambil hati Tuhan, dia menutup syairnya dengan negosiasi tingkat tinggi, “Jika Engkau ampuni dosaku memang Engkau adalah Pemilik Ampunan, Tetapi jika Engkau menolak taubatku, maka kepada siapa lagi aku berharap?”
Itulah penutup syair yang sampai sekarang aku masih terus bertanya-tanya, apakah Abu Nawas masuk sorga atau neraka? Wallahu a’lam.
Marilah kita sering-sering mendendangkan syair ini, walau kita banyak dosa seperti si Abu, siapa tahu Tuhan akan mengampuni dosa kita karena keindahan syairnya lalu Tuhan menempatkan kita di surga bersama baginda nabi, para sahabat, tabi tabiin, dan orang-orang yang diridhai-Nya.
Merenungi I'tiraf Abu Nawas Merenungi I'tiraf Abu Nawas Reviewed by Himam Miladi on November 08, 2013 Rating: 5

Teman Anda Malas Googling? Ajari Mereka Dengan LMGTFY

November 08, 2013


Mungkin anda pernah mengalami hal ini. Di suatu forum dunia maya, tiba-tiba ada teman yang tergolong baru bertanya tentang suatu hal. Pertanyaan itu sebenarnya sepele, dan dapat dengan mudah dicari di internet. Tapi, tetap saja teman baru ini bertanya pada anda.
Atau mungkin ada teman anda yang sering bertanya, dan anda malas untuk menjawabnya. Padahal, anda tahu teman anda tersebut sering online, dan tidak gaptek seutuhnya. Jadi merasa kesal dan tidak nyaman bukan?
Jika anda sering mengalami hal seperti diatas, mungkin website ini cocok anda rekomendasikan pada teman-teman anda yang “malas”  tersebut, bagaimana cara mencari informasi di dunia internet. Website yang bernama LMGTFY ini memang unik. Di laman About Us-nya, LMGTFY menuliskan “This is for all those people who find it more convenient to bother you with their question rather than google it for themselves”. LMGTFY sendiri merupakan singkatan dari Let Me Google That For You (Biar saya Google-kan untuk anda).

Pembuatan web LMGTFY terinspirasi dari orang-orang yang malas menggunakan mesin pencari saat membutuhkan informasi. Netter-netter pemalas ini lebih memilih bertanya kepada orang disebelahnya atau kepada orang lain yang belum tentu mengerti hal yang ditanyakannya.

Cara kerja web LMGTFY.com sangat mudah, tinggal ketik kata kunci pencarian google yang akan dicari, klik tombol cari, dan anda akan mendapatkan URL link pencarian Google dari lmgtfy.com. Link inilah yang diberikan ke teman Anda yang pemalas tadi, biar dia tahu bagaimana cara mencari informasi di Internet. Link yang diberikan oleh lmgtfy pada awalnya menampilkan halaman berupa javascript, dimana lmgtfy mendemokan bagaimana cara mencari informasi di internet. Cukup lucu, apalagi di akhir demo ditambahi kalimat “was that so hard?” Setelah itu, lmgtfy akan mengalihkan halaman tersebut langsung pada halaman pencarian google yang asli.
Teman Anda Malas Googling? Ajari Mereka Dengan LMGTFY Teman Anda Malas Googling? Ajari Mereka Dengan LMGTFY Reviewed by Himam Miladi on November 08, 2013 Rating: 5

Pantaskah Kita Mengharap Surga?

November 06, 2013
Sholat dhuha cuma dua rakaat
qiyamullail (tahajjud) juga hanya dua rakaat, itu pun sambil terkantuk-kantuk.

Sholat lima waktu?
Sudah jarang di masjid, milih ayatnya yang pendek-pendek pula…
Tanpa doa, dan segala macam puji untuk Allah,
Dilipatlah sajadah yang belum lama tergelar itu.
Lupa pula dengan sholat rawatib sebelum maupun sesudah shalat wajib.
Satu lagi, semua di atas itu belum termasuk catatan: “Kalau tidak terlambat” atau “Asal nggak bangun kesiangan”.
Dengan sholat model begini, apa pantas mengaku ahli ibadah?

Padahal Rasulullah dan para sahabat senantiasa mengisi malam-malamnya dengan derai tangis memohon ampunan kepada Allah.
Tak jarang kaki-kaki mereka bengkak oleh karena terlalu lama berdiri dalam khusyuknya.
Kalimat-kalimat pujian dan pinta tersusun indah seraya berharap….
Allah Yang Maha Mendengar mau mendengarkan keluh mereka.
Ketika adzan berkumandang, segera para sahabat meninggalkan semua aktivitas,
menuju sumber panggilan, kemudian waktu demi waktu mereka habiskan untuk bersimpuh di atas sajadah-sajadah penuh tetesan air mata.

Baca Qur’an sesempatnya, tanpa memahami arti dan maknanya
apalagi meresapi hikmah yang terkandung di dalamnya.
Ayat-ayat yang mengalir dari lidah ini tak sedikit pun membuat dada ini bergetar.
Padahal tanda-tanda orang beriman itu adalah ketika dibacakan ayat-ayat Allah maka tergetarlah hatinya.
Hanya satu dua lembar ayat yang sempat dibaca sehari, itu pun tidak rutin. Kadang lupa, kadang sibuk, kadang malas.
Yang begini ngaku beriman?

Tidak sedikit dari sahabat Rasulullah yang menahan nafas mereka …
untuk meredam getar yang menderu saat membaca ayat-ayat Allah.
Sesekali mereka terhenti, tak melanjutkan bacaannya ketika mencoba menggali makna terdalam ….
dari sebaris kalimat Allah yang baru saja dibacanya.
Tak jarang mereka hiasi mushaf di tangan mereka dengan tetes air mata.
Setiap tetes yang akan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa mereka
jatuh karena….
lidah-lidah indah yang melafazkan ayat-ayat Allah
dengan pemahaman dan pengamalan tertinggi

Bersedekah jarang, begitu juga infak.
Kalau pun ada, itu pun dipilih mata uang terkecil yang ada di dompet.
Syukur-syukur kalau ada receh.
Berbuat baik terhadap sesama juga jarang,
paling-paling kalau sedang ada kegiatan bakti sosial,
yah hitung-hitung ikut meramaikan.
Sudahlah jarang beramal, amal yang paling mudah pun masih pelit, senyum.
Apa sih susahnya senyum?
Kalau sudah seperti ini, apa pantas berharap Kebaikan dan Kasih Allah?

Rasulullah adalah manusia yang paling dirindui, senyum indahnya,
tutur lembutnya, belai kasih dan perhatiannya, juga pembelaannya bukan
semata miliki Khadijah, Aisyah, dan istri-istri beliau yang lain.
Juga bukan teruntuk Fatimah dan anak-anak Rasulullah lainnya.
Ia senantiasa penuh kasih dan tulus terhadap semua yang dijumpainya…
bahkan kepada musuhnya sekali pun.
Ia juga mengajarkan para sahabat untuk berlomba
beramal shaleh, berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya.

Setiap hari ribut dengan tetangga. Kalau bukan sebelah kanan ….
ya, tetangga sebelah kiri.
Seringkali masalahnya cuma soal sepele dan remeh remeh,
tapi permusuhan bisa berlangsung berhari-hari,
kalau perlu ditambah sumpah tujuh turunan.
Waktu demi waktu dihabiskan untuk menggunjingkan aib dan kejelekan
saudara sendiri.
Detik demi detik dada ini terus jengkel…
setiap kali melihat keberhasilan orang dan berharap orang lain celaka …
atau mendapatkan bencana.
Sudah sedemikian pekatkah hati yang tertanam dalam dada ini?
Adakah pantas hati yang seperti ini bertemu dengan Allah dan Rasulullah kelak?

Wajah indah Allah dijanjikan akan diperlihatkan hanya kepada
orang-orang beriman yang masuk ke dalam surga Allah kelak.
Tentu saja mereka yang berkesempatan hanyalah para pemilik wajah indah pula.
Tak inginkah kita menjadi bagian kelompok yang dicintai Allah itu?
Lalu kenapa masih terus bermuka masam terhadap saudara sendiri?

Dengan adik tidak akur, kepada kakak tidak hormat. Terhadap orang tua
kurang ajar, sering membantah, sering membuat kesal hati mereka,
apalah lagi mendoakan mereka, mungkin tidak pernah.
Padahal mereka tak butuh apa pun … selain sikap ramah penuh kasih
dari anak-anak yang telah mereka besarkan dengan segenap cinta.
Cinta yang berhias peluh, air mata, juga darah.
Orang-orang seperti kita ini, apa pantas berharap surga Allah?

Dari ridha orang tua lah, ridha Allah diraih.
Kaki mulia ibu lah yang disebut-sebut tempat kita merengkuh surga.
Bukankah Rasulullah yang tak ber-ibu memerintahkan untuk berbakti
kepada ibu, bahkan tiga kali beliau menyebut nama ibu sebelum kemudian
nama Ayah?

Bukankah seharusnya kita lebih bersyukur saat ……
masih bisa mendapati tangan lembut untuk dikecup, kaki mulia tempat bersimpuh,
dan wajah teduh yang teramat hangat dan menyejukkan?
Karena begitu banyak orang-orang yang tak lagi mendapatkan kesempatan itu.
Ataukah harus menunggu Allah memanggil orang-orang terkasih itu…
hingga kita baru merasa benar-benar membutuhkan kehadiran mereka?
Jangan tunggu penyesalan. …..

Bagaimanakah sikap kita ketika bersimpuh di pangkuan orang tua ….
ketika Iedul Fitri yang baru berlalu ….???
Apakah hari itu….hanya hari biasa yang dibiarkan berlalu tanpa makna………???
Apakah siang harinya….kita sudah mengantuk… .dan akhirnya tertidur lelap…?
Apakah kita merasa sulit tuk meneteskan air mata…??? atau bahkan
kita menganggap cengeng….. .??? sampai sekeras itukah hati kita….???

Ya…Allah ya Rabb-ku….. .jangan Kau paling hati kami menjadi
hati yg keras……, sehingga meneteskan air matapun susah…….
merasa bersih…… merasa suci…. merasa tak bersalah…. ..merasa tak
butuh orang lain…… merasa modernis…. .dan visionis………
Padahal dibalik cermin masa depan yang kami banggakan… ..
terlukis bayang hampa tanpa makna…..dan kebahagiaan semu penuh ragu…..
Astaghfirullaah
Yaa Allah…ampunilah segenap khilaf  kami.
Aamiin
Pantaskah Kita Mengharap Surga? Pantaskah Kita Mengharap Surga? Reviewed by Himam Miladi on November 06, 2013 Rating: 5

Mencintaimu Apa Adanya.........

November 05, 2013
Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya sungguh megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan
dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan.

Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang setuju
mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.

Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, “Sayang, aku baru membaca sebuah artikel di majalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan” katanya sambil menyodorkan majalah tersebut. “Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. 
Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia…”

Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya
mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikkan mereka bersama. Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing.

Besok pagi ketika sarapan, mereka siap mendiskusikannya. “Aku akan mulai duluan ya”, kata sang istri.
Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya, sekitar 3 halaman…

Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa airmata suaminya mulai mengalir…

“Maaf, apakah aku harus berhenti ?” tanyanya.

“Oh tidak, lanjutkan…” jawab suaminya.

Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan
manis diatas meja dan berkata dengan bahagia. “Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu”.

Dengan suara perlahan suaminya berkata 
“Aku tidak mencatat sesuatupun di kertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau
cantik dan baik bagiku. Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang…”

Sang istri tersentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hati suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa adanya… Ia menunduk dan menangis…

Dalam hidup ini, banyak kali kita merasa dikecewakan, depressi, dan sakit hati. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut.

Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan. Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan
menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah di sekeliling kita?

Saya percaya kita akan menjadi orang yang berbahagia jika kita mampu melihat dan bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang buruk.

kita bukanlah orang tanpa kekurangan, begitu pula dengan pasangan kita,kita tidak bisa membentuknya menjadi sosok tanpa cacat.. kita ingin menerima
setiap orang dalam hidup kita dengan segala kekurangannya sebagaimana mereka menerima kita dalam hidup mereka…

masa lalu adalah untuk dilupakan,tidak ada kendaraan secanggih apapun yang mampu membawa kita kembali kesana, jadi untuk apa mengungkitnya lagi? 
syukuri yang anda peroleh sekarang…
lupakan yang telah lewat...
dan berbahagialah...
Mencintaimu Apa Adanya......... Mencintaimu Apa Adanya......... Reviewed by Himam Miladi on November 05, 2013 Rating: 5

1 Muharram Bukan Untuk Memperingati Hijrahnya Rasullullah

November 04, 2013
Sampai sekarang, masih banyak terjadi kesalahan persepsi terkait peringatan tahun baru Hijriah. Tanggal 1 Muharram, yang diperingati sebagai awal tahun baru Hijriah, selalu dikaitkan dengan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad, dari Makkah ke Madinah. Padahal ini salah besar. 

Tahun Hijriah memang ditetapkan menurut awal peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad ke Madinah. Tapi, tanggal 1 Muharram sendiri bukanlah tanggal dimana peristiwa hijrah itu terjadi. Peristiwa hijrahnya Rasullullah, bersama sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a, menurut banyak riwayat terjadi di bulan Rabiul Awwal, yaitu di tanggal 12. Sebagian riwayat lain mengatakan peristiwa hijrahnya Nabi terjadi di bulan Sya'ban.

باب هجرة رسول الله صلى الله عليه وسلم بنفسه الكريمة من مكة إلى المدينة ومعه أبو بكر الصديق رضي الله عنه وذلك أول التاريخ الاسلامي كما اتفق عليه الصحابة في الدولة العمرية كما بيناه في سيرة عمر رضي الله عنه وعنهم أجمعين. قال البخاري: حدثنا مطر بن الفضل، ثنا روح، ثنا هشام ، ثنا عكرمة عن ابن عباس.قال: بعث النبي صلى الله عليه وسلم لاربعين سنة، فمكث فيها  ثلاث عشرة يوحى إليه، ثم أمر بالهجرة فهاجر عشر سنين، ومات وهو ابن ثلاث وستين سنة. وقد
كانت هجرته عليه السلام في شهر ربيع الاول سنة ثلاث عشرة من بعثته عليه السلام وذلك في يوم الاثنين كما رواه الامام أحمد عن ابن عباس أنه قال: ولد نبيكم يوم الاثنين، وخرج من مكة يوم الاثنين، ونبئ يوم الاثنين، ودخل المدينة يوم الاثنين، وتوفي يوم الاثنين

Bab Tentang Hijrahnya Rasulullah SAW hanya diri beliau yang mulia, dari Makkah menuju Madinah : “ dan bersama beliau ikut serta Abu Bakar As Siddiq RA, kejadian itu merupakan permulaan penanggalan Islam, sebagaimana kesepakatan para sahabat atas hal itu pada masa daulah Umariyah, sebagaimana yang akan kami jelaskan dalam sejarah hidup Umar RA wa anhum ajma’inAl Bukhari berkata : telah menceritakan kepadaku Mathar bin Al Fadhli, telah menceritakan kepadaku rauh, telah menceritakan kepadaku Hisyam, telah menceritakan kepadaku ‘Ikrimah dari Ibnu Abbas RA, beliau berkata : Nabi SAW diutus Umur 40 tahun, beliau menetap di Makkah selama 13 Tahun menerima wahyu, kemudian beliau diperintahkan berhijrah, lalu hijrah selama 10 tahun, dan beliau wafat dalam keadaan anak berumur 63 tahun. Hijrah Beliau AS benar-benar terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ke-13 dari diutusnya beliau AS, dan itu terjadi pada hari Senin, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ibnu Abbas RA, bahwa sesungguhnya beliau berkata : Nabi Kalian SAW dilahirkan pada hari Senin, keluar dari Makkah pada hari Senin, Memberitakan kenabian pada hari Senin, masuk Madinah Hari Senin dan Beliau wafat pada hari Senin. “  (Al Bidayah Wan Nihayah, Ibnu Katsir, Juz 3, hal.215)

Penggunaan sistem perhitungan Islam belum dilakukan di masa Rasulullah SAW masih hidup. Juga tidak dilakukan di masa khalifah pertama, Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. Secara singkat sejarah digunakannya sistem perhitungan tahun Islam bermula sejak kejadian di masa Umar bin Al-Khattab ra. Salah satu riwayat menyebutkan yaitu ketika khalifah mendapat surat balasan yang mengkritik bahwa suratnya terdahulu dikirim tanpa angka tahun. Beliau lalu bermusyawarah dengan para shahabat dan singkat kata, mereka pun berijma untuk menjadikan momentum tahun di mana terjadi peristiwa hijrah nabi sebagai awal mula perhitungan tahun dalam Islam.

Sedangkan sistem kalender qamariyah berdasarkan peredaran bulan konon sudah dikenal oleh bangsa Arab sejak lama. Demikian juga nama-nama bulannya serta jumlahnya yang 12 bulan dalam setahun. Bahkan mereka sudah menggunakan bulan Muharram sebagai bulan pertama dan Zulhijjah sebagai bulan ke-12 sebelum masa kenabian.

Sehingga yang dijadikan titik acuan tahun Hijriah hanyalah tahun dimana terjadi peristiwa hijrah Nabi SAW. Bukan bulan dimana peristiwa hijrahnya terjadi. 

Penting untuk dicatat disini adalah pilihan para shahabat menjadikan peristiwa hijrah nabi sebagai titik tolak awal perhitungan kalender Islam. Mengapa bukan berdasarkan tahun kelahiran Nabi SAW? Mengapa bukan berdasarkan tahun beliau diangkat menjadi Nabi? Mengapa bukan berdasarkan tahun Al-Quran turun pertama kali? Mengapa bukan berdasarkan tahun terjadinya perang Badar? Mengapa bukan berdasarkan tahun terjadinya pembebasan kota Mekkah? Mengapa bukan berdasarkan tahun terjadinya haji Wada (perpisahan) dan mengapa bukan berdasarkan tahun meninggalnya Rasulullah SAW?

Jawabannya adalah karena peristiwa hijrah itu menjadi momentum di mana umat Islam secara resmi menjadi sebuah badan hukum yang berdaulat, diakui keberadaannya secara hukum international. Sejak peristiwa hijrah itulah umat Islam punya sistem undang-undang formal, punya pemerintahan resmi dan punya jati diri sebagai sebuah negara yang berdaulat. Sejak itu hukum Islam tegak dan legitimate, bukan aturan liar tanpa dasar hukum. Dan sejak itulah hukum qishash dan hudud seperti memotong tangan pencuri, merajam/mencambuk pezina, menyalib pembuat huru-hara dan sebagainya mulai berlaku. Dan sejak itulah umat Islam bisa duduk sejajar dengan negara/kerajaan lain dalam percaturan dunia international.
1 Muharram Bukan Untuk Memperingati Hijrahnya Rasullullah 1 Muharram Bukan Untuk Memperingati Hijrahnya Rasullullah Reviewed by Himam Miladi on November 04, 2013 Rating: 5
Powered by Blogger.