Menggapai Puasa Yang Penuh Hikmat

June 30, 2014
“Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga”. (HR: Ahmad, Nasai & Ibnu Majah)

Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menulis, tingkatan puasa diklasifikasi menjagi tiga, yaitu, puasa umum( awam), puasa khusus(khowash), dan puasa khusus yang lebih khusus lagi(khowash al khowash).

Puasa umum adalah tingkatan yang paling rendah yaitu menahan dari makan, minum dan jima’ (berhubungan badan).
Puasa khusus, disamping menahan tiga hal itu, juga memelihara seluruh anggota tubuh dari perbuatan maksiat atau tercela.
Sedangkan puasa khusus yang lebih khusus adalah puasa hati dari segala kemaksiatan, kehendak hina, pikiran duniawi, serta mencegah memikirkan apapun yang selain Allah SWT.

Puasa level ketiga adalah puasanya para nabi, shiddiqin, dan muqarrabin ....

Puasa level kedua adalah puasanya orang-orang salih,...

Puasa level pertama adalah puasanya orang kebanyakan.

Karenanya, minimal puasa level kedua yang seharusnya kita raih selama Ramadhan, akan lebih baik jika kita bisa meraih puasa level ketiga.

Syarat untuk mencapai level puasa kedua dan ketiga adalah:

Pertama, menahan pandangan dari segala hal yang dicela dan dimakruhkan serta dari tiap-tiap yang membimbangkan dan melalaikan dari mengingat Allah.
Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa meninggalkan pandangan karena takut kepada Allah, niscaya Allah menganugerahkan padanya keimanan yang mendatangkan kemanisan dalam hatinya.”

Kedua, menjaga lidah dari perkataan sia-sia, berdusta, mengumpat, berkata keji, dan mengharuskan berdiam diri, menggunakan waktu untuk berzikir kepada Allah serta membaca al-
Qur’an. Rasul saw bersabda: “Dua perkara merusakkan puasa yaitu, mengumpat dan berbohong.”

Ketiga, menjaga pendengaran dari mendengar kata-kata yang tidak baik, karena tiap-tiap yang haram diucapkan maka haram pula mendengarnya. Rasulullah saw menjelaskan: “Yang mengumpat dan yang mendengar, berserikat dalam dosa.”

Keempat, mencegah anggota tubuh yang lain dari perbuatan dosa. Seperti mencegah tangan dan kaki dari berbuat maksiat dan mungkar, mencegah perut dari memakan makanan yang syubhat dan haram.

Kelima, tidak berlebih-lebihan dalam berbuka sampai perutnya penuh makanan. Orang yang berbuka secara berlebihan tentu tidak akan dapat memetik manfaat dan hikmah puasa. Bagaimana ia bias mengalahkan musuh Allah dan mengendalikan hawa nafsunya, jika saat berbuka justru memanjakan nafsunya dengan makanan yang berlebihan.

Keenam, hatinya senantiasa diliputi perasaan cemas ( khauf) dan harap ( raja’), karena tidak diketahui apakah puasanya diterima atau tidak oleh Allah. Rasa cemas diperlukan untuk meningkatkan kualitas puasa, sedangkan penuh harap berperanan dalam menumbuhkan
optimisme.

Semoga Allah menerima semua ibadah kita di bulan Ramadhan, dan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang beriman......
(Disarikan dari Ihya Ulumuddin).
Menggapai Puasa Yang Penuh Hikmat Menggapai Puasa Yang Penuh Hikmat Reviewed by Himam Miladi on June 30, 2014 Rating: 5

Lowongan Pekerjaan Istimewa

June 28, 2014
Sebuah lowongan istimewa telah dipersiapkan sebelum alam ini diciptakan. Lowongan ini terbuka bagi semua orang tanpa pengecualian, tanpa melihat pengalaman kerja, tanpa ijazah, tanpa koneksi. Lowongan ini terbuka bagi semua pengangguran maupun yang sedang bekerja dengan latar belakang apapun, baik direktur, gubernur, tukang becak, perampok, koruptor, pembunuh, pendeta, kyai, para dermawan, dll. Setiap pelamar dijamin pasti diterima di salah satu posisi yang disediakan, bahkan yang tidak melamar sekalipun pasti diterima !

LOWONGAN DISEDIAKAN UNTUK 2 POSISI :


A. Penghuni Syurga
B. Penghuni Neraka


UNTUK POSISI [ A ] DISEDIAKAN FASILITAS DAN KOMPENSASI SBB :


Sebelum kandidat diberi fasilitas final berupa Syurga yang kekal abadi, kandidat dijamin akan memperoleh training outdoor dan indoor, berupa :
1. Nikmat kubur.
2. Jaminan perlindungan di Padang Mahsyar.
3. Keselamatan meniti Sirath-al mustaqim.


Syurga memiliki berbagai kenikmatan yang tidak dapat dibandingkan dengan kenikmatan dunia.
Rasulullah SAW bersabda : "Demi Allah, dunia ini dibanding akhirat ibarat seseorang yang mencelupkan jarinya ke laut; air yang tersisa di jarinya ketika diangkat itulah nilai dunia" (HR Muslim).
Nikmat yang lebih indah dari syurga adalah 'merasakan' ridha Allah dan kesempatan merasakan 'wajah' Allah, inilah puncak segala kenikmatan, inilah kenikmatan yang tak mampu dibayangkan manusia, yaitu keindahan menikmati sifat-sifat dan kalam murni Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.


UNTUK POSISI [ B ] DIPASTIKAN AKAN MENIKMATI BERAGAM KESEMPATAN DIBAWAH INI :


Kandidat dipastikan mendapat berbagai fasilitas Neraka berupa alam terbuka dengan fasilitas pemanas ruangan yang bertemperatur sangat luar biasa panasnya. Bahkan bila sebutir pasir neraka dijatuhkan ke muka bumi maka mengeringlah seluruh samudera di muka bumi ini dan mendidihlah kutub es yang ada di muka bumi ini. Bahkan bila seseorang dikeluarkan dari dalamnya sekejab kemudian dipindahkan ke tumpukan api unggun yang menyala-nyala di muka bumi ini maka iapun akan merasa lega.


Neraka sangat luas, jadi para pelamar posisi ini tidak perlu khawatir tidak kebagian tempat. Para pelamar posisi ini juga tak perlu khawatir segera mati kalau dibakar, karena tubuh kita akan dibuat sedemikian rupa hingga mampu memuai kalau dibakar (seperti kerupuk bila digoreng).
Rasulullah SAW bersabda : "Di neraka gigi seorang kafir akan (memuai) hingga sebesar gunung Uhud, dan (tebal) kulitnya membentang sejauh tiga hari perjalanan" (diriwayatkan oleh Abu Hurairah, HR Muslim). Dalam hadits lain, Rasulullah saw bersabda, "Neraka dipegang oleh tujuh puluh ribu tali, dan setiap talinya di pegang oleh tujuhpuluh ribu malaikat" M (HR Muslim).
Rasulullah SAW bersabda : "Allah mempunyai malaikat yang jarak antara kedua belah matanya adalah sepanjang seratus tahun perjalanan" (Abu Daud, Ibn Hanbal).


Oh, ya. Fasilitas ini juga meliputi makanan gratis yang mampu membakar isi perut, minuman yang mampu membocorkan usus serta fasilitas kolam renang gratis yang berisi nanah dan darah. Beberapa pembantu gratis juga disiapkan untuk menyayat lidah orang-orang yang suka menyakiti hati orang lain, maupun menyeterika perut orang-orang yang tidak membayar zakat.


Selain fasilitas tersebut, para kandidat akan melewati masa training yang lamanya mencapai ribuan tahun, yaitu :


1. Training indoor didalam kubur berupa siksa kubur dan 'hidup' dalam kesengsaraan ditemani ular dan makhluk aneh lainnya serta wajah-wajah buruk selama bertahun-tahun hingga ribuan tahun di alam barzakh tergantung kualitas amal ibadahnya dan dosa-dosa yang ia lakukan.
2. Training outdoor dilakukan di padang Mahsyar selama ribuan tahun, dalam suasana kepanikan dan huru-hara yang luar biasa. Bapak, ibu, anak dan saudara-saudara kita tak mampu menolong kita karena setiap orang sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Bahkan para nabipun tidak mampu menolong, kecuali Nabi Muhammad SAW yang akan menolong umatnya yang rajin bersholawat padanya.


SYARAT-SYARAT PELAMAR :


- Tidak diperlukan ijazah
- Tidak diperlukan koneksi atau uang sogok.
- Tidak perlu bawa harta
- Tidak perlu berwajah cantik, ganteng, berbadan tegap atau seksi.
Cukup membawa dokumen asli dari keimanan dan amal karya Anda sendiri

WAKTU WAWANCARA :


Wawancara tahap 1, dilakukan 7 langkah setelah pelayat terakhir meninggalkan kuburan Anda.
Sabda Rasulullah SAW: "Sesungguhnya bila jenazah seseorang diletakkan di dalam kubur, maka jenazah itu mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarnya ke kuburan pada saat mereka meninggalkan tempat itu (hadist hasan yang diriwayatkan oleh Ahmad Hanbal).
Perlu diketahui jadwal wawancara Anda ini sudah ditentukan sejak roh ditiupkan ke tubuh Anda semasa dalam kandungan ibu.


Wawancara tahap 2 : Hanya Allah lah yang tahu.


LOKASI DAN LAMA WAWANCARA


Wawancara tahap I, dilakukan di dalam kubur (alam barzakh) selama beberapa menit hingga ribuan tahun tergantung posisi yang dilamarnya.
Wawancara tahap II, dilakukan pada hari penghisaban (hari perhitungan) selama beberapa hari hingga ribuan tahun tergantung posisi yang dilamarnya. Dalam salah satu haditsnya Rasulullah pernah bersabda bahwa jarak waktu masa pengadilan antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin adalah 500 tahun. Berbahagialah Anda yang miskin selama di dunia, yang memiliki sedikit harta untuk diminta pertanggungjawabannya (karena sebutir nasi yang Anda buang akan diminta pertanggungjawabannya).


PEWAWANCARA :


Wawancara tahap I, dilakukan oleh Malaikat Munkar dan Nakir.
Wawancara tahap II, dilakukan langsung oleh sang Penguasa Hari Kemudian


WAWANCARA HANYA BERISI 6 PERTANYAAN :

1. Siapa Tuhanmu ?
2. Apa agamamu ?
3. Siapa nabimu?
4. Apa kitabmu?
5. Dimana kiblatmu ?
6. Siapa saudaramu?
Sungguh 6 pertanyaan yang sangat mudah, tapi sayangnya tidak bisa dihapal dari sekarang karena keimanan dan amal kitalah yang akan menjawabnya..


CARA MELAMAR :


Sekali lagi, ini benar-benar rekrutmen yang sangat istimewa, tidak perlu melamar, siapa saja dijamin diterima, bahkan untuk melamarpun Anda akan dijemput secara khusus. Dijemput oleh makhluk sekaliber malaikat yang bernama Izroil. Ia akan menjemput anda kapan dan dimana saja (bisa jadi sebentar lagi).


BENARKAH LOWONGAN INI ?


Simaklah hadits dibawah ini, sesungguhnya terlalu banyak rahasia alam ini yang tidak mampu kita ketahui, apalagi mengenai akhirat.


Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya aku mampu melihat apa yang tak sanggup kalian lihat. Kudengar suara gesekan dilangit (berkriut-kriut), langit sedemikian padatnya, tak ada tempat kosong bahkan seluas empat jari sekalipun karena langit dipenuhi para malaikat yang sedang bersujud kepada Allah SWT. Demi Allah ! Sekiranya kalian mengetahui apa yang aku ketahui (tentang akhirat), niscaya kalian tidak akan pernah tertawa sedikitpun, bahkan kalian pasti akan banyak menangis (karena takut). Dan niscaya kalian tidak akan pernah bisa bersenang-senang dengan istri-istri kalian, dan niscaya kalian akan keluar berhamburan ke jalan-jalan (berteriak) untuk memohon (ampun) dan memanjatkan doa kepada Allah (meminta perlindungan dari bencana akhirat) yang akan Dia timpakan" ( HR Tirmidzi & Al-Bukhari)


Sementara jutaan Malaikat dengan penuh rasa takut dan hormat sedang bersujud kepada Allah, dan sementara Malaikat peniup Sangkakala sudah siap di depan trompetnya sejak alam ini diciptakan, sementara itu pula masih banyak diantara kita yang masih terlena dengan dunia ini. Tidak sadar ia bahwa dirinya sedang masuk dalam program penerimaan lowongan yang ada di akhirat.


MAU MELAMAR KE POSISI B ?
Mudah saja, hiduplah sesuka anda.
Lowongan Pekerjaan Istimewa Lowongan Pekerjaan Istimewa Reviewed by Himam Miladi on June 28, 2014 Rating: 5

15 alasan saya merindukan bulan Ramadhan

June 26, 2014

1. Gelar taqwa
Taqwa adalah gelar tertinggi yang dapat diraih manusia sebagai hamba Allah. Tidak ada gelar yang lebih mulia dan tinggi dari itu. Maka setiap hamba yang telah mampu meraih gelar taqwa, ia dijamin hidupnya di surga dan diberi kemudahan-kemudahan di dunia. Dan puasa adalah sarana untuk mendapatkan gelar taqwa itu.

"Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa." (QS al-Baqarah: 183)

2. Bulan pengampunan
Tidak ada manusia tanpa dosa, sebaik apapun dia. Sebaik-baik manusia bukanlah yang tanpa dosa, sebab itu tidak mungkin. Manusia yang baik adalah yang paling sedikit dosanya, lalu bertobat dan bernjanji tidak mengulangi perbuatan dosa itu lagi.

Karena dosa manusia itu setumpuk, maka Allah telah menyediakan alat penghapus yang canggih. Itulah puasa pada bulan Ramadhan. Beberapa hadis menyatakan demikian, salah satunya diriwayatkan Bukhari Muslim dan Abu Dawud, "Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan karena keimanannya dan karena mengharap ridha Allah, maka dosa-dosa sebelumnya diampuni."


4. Pintu surga dibuka dan neraka ditutup
"Kalau datang bulan Ramadhan terbuka pintu surga, tertutup pintu neraka, dan setan-setan terbelenggu."(HR Muslim)

Kenapa pintu surga terbuka? Karena sedikit saja amal perbuatan yang dilakukan, bisa mengantar seseorang ke surga. Boleh diibaratkan, bulan puasa itu bulan obral. Orang yang tidak membeli akan merugi.


5. Ibadah istimewa
Keistimewaan puasa ini dikatakan Allah lewat hadis qudsinya, "Setiap amalan anak Adam itu untuk dirinya, kecuali puasa. Itu milik-Ku dan Aku yang membalasnya karena ia (orang yang berpuasa) meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku." (HR Bukhari Muslim)

6. Dicintai Allah
Nah, sesesorang yang meneladani Allah sehingga dia dekat kepada-Nya. Bila sudah dekat, minta apa saja akan mudah dikabulkan. Bila Allah telah mencintai hambanya, dilukiskan dalam satu hadis Qudsi, "Kalau Aku telah mencintai seseorang, Aku menjadi pendengaran untuk telinganya, menjadi penglihatan untuk matanya, menjadi pegangan untuk tangannya, menjadi langkah untuk kakinya." (HR Bukhari)

7. Do'a dikabulkan
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, katakanlah bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang berdo'a apabila dia berdo'a, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku." (QS. al-Baqarah:
186)

Memperhatikan redaksi kalimat ayat di atas, berarti ada orang berdo'a tapi sebenarnya tidak berdo'a. Yaitu do'anya orang-orang yang tidak memenuhi syarat. Apa syaratnya? "maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku."

Benar, berdo'a pada Ramadhan punya tempat khusus, seperti dikatakan Nabi saw, "Tiga do'a yang tidak ditolak; orang berpuasa hingga berbuka puasa, pemimpin yang adil dan do'anya orang teraniaya. Allah mengangkat do'anya ke awan dan membukakan pintu-pintu langit. 'Demi kebesaranKu, engkau pasti Aku tolong meski tidak sekarang." (HR Ahmad dan Tirmidzi)

8. Turunnya Lailatul Qodar
Pada bulan Ramadhan Allah menurunkan satu malam yang sangat mulia. Saking mulianya Allah menggambarkan malam itu nilainya lebih dari seribu bulan (QS.al-Qadr). Dikatakan mulia, pertama lantaran malam itulah awal al-Qur'an diturunkan. Kedua, begitu banyak anugerah Allah dijatuhkan pada malam itu.

9. Meningkatkan kesehatan
Sudah banyak terbukti bahwa puasa dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya, dengan puasa maka organ-organ pencernaan dapat istirahat.

10. Penuh harapan
Saat berpuasa, ada sesuatu yang diharap-harap. Harapan itu kian besar
menjelang sore. Sehari penuh menahan lapar dan minum, lalu datang waktu
buka, wah... rasanya lega sekali. Alhamdulillah. Itulah harapan yang
terkabul. Apalagi harapan bertemu Tuhan, masya' Allah, menjadikan hidup
lebih bermakna.

"Setiap orang berpuasa selalu mendapat dua kegembiraan, yaitu tatkala
berbuka puasa dan saat bertemu dengan Tuhannya." (HR. Bukhari).

11. Masuk surga melalui pintu khusus, Rayyaan
"Sesungguhnya di surga itu ada sebuah pintu yang disebut rayyan yang akan
dilewati oleh orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat nanti, tidak
diperbolehkan seseorang melewatinya selain mereka. Ketika mereka dipanggil, mereka akan segera bangkit dan masuk semuanya kemudian ditutup." (HR.Bukhari)

12. Minum air telaganya Rasulullah saw
"Barangsiapa pada bulan Ramadhan memberi makan kepada orang yang berbuka puasa, maka itu menjadi ampunan bagi dosa-dosanya, dan mendapat pahala yang sama tanpa sedikit pun mengurangi pahala orang lain.

Mereka (para sahabat) berkata, 'Wahai Rasulullah, tidak setiap kami
mempunyai makanan untuk diberikan kepada orang yang berbuka puasa.' Beliau berkata, 'Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi buka puasa meski dengan sebutir kurma, seteguk air, atau sesisip susu...Barangsiapa memberi minum orang yang berpuasa maka Allah akan memberinya minum seteguk dari telagak dimana ia tidak akan haus hingga masuk surga." (HR. Ibnu Khuzaimah dan Baihaqi)

13. Berkumpul dengan sanak keluarga
Pada tanggal 1 Syawal ummat Islam merayakan Hari Raya Idhul Fitri. Inilah
hari kemenangan setelah berperang melawan hawa nafsu dan syetan selama bulan Ramadhan. Di Indonesia punya tradisi khusus untuk merayakan hari bahagia itu yang disebut Lebaran. Saat itu orang ramai melakukan silahtuhrahim dan saling memaafkan satu dengan yang lain. Termasuk kerabat-kerabat jauh datang berkumpul. Orang-orang yang bekerja di kota-kota pulang untuk merayakan lebaran di kampung bersama kedua orang tuanya. Maka setiap hari Raya selalu terjadi pemandangan khas, yaitu orang berduyun-duyun dan berjubel-jubel naik kendaraan mudik ke kampung halaman.

14. Qaulan tsaqiilaa
Pada malam Ramadhan ditekankan (disunnahkan) untuk melakukan shalat malam dan tadarus al-Qur'an. Shalat malam itu merupakan peneguhan jiwa, setelah siangnya sang jiwa dibersihkan dari nafsu-nafsu kotor lainnya. Ditekankan pula usai shalat
malam untuk membaca Kitab Suci al-Qur'an secara tartil (memahami maknanya).
Dengan membaca Kitab Suci itu seseorang bakal mendapat wawasan-wawasan yang luas dan mendalam, karena al-Qur'an memang sumber pengetahuan dan ilham.

Dengan keteguhan jiwa dan wawasan yang luas itulah Allah kemudian mengaruniai qaulan tsaqiilaa (perkataan yang berat). Perkataan-perkataan yang berbobot dan berwibawa. Ucapan-ucapannya selalu berisi kebenaran. Maka orang-orang yang suka melakukan shalat malam wajahnya bakal memancarkan kewibawaan.

15. Hartanya tersucikan
Setiap Muslim yang mampu pada setiap Ramadhan diwajibkan mengeluarkan zakat.
Ada dua zakat, yaitu fitrah dan maal. Zakat disamping dimaksudkan untuk menolong fakir miskin, juga guna mensucikan hartanya. Harta yang telah disucikan bakal mendatangkan barakah dan menghindarkan pemiliknya dari siksa api neraka. Harta yang barakah akan mendatangkan ketenangan, kedamaian dan kesejahteraan. Sebaliknya, harta yang tidak barakah akan mengundang kekhawatiran dan ketidaksejahteraan.
15 alasan saya merindukan bulan Ramadhan 15 alasan saya merindukan bulan Ramadhan Reviewed by Himam Miladi on June 26, 2014 Rating: 5

Jika Ini Ramadhan Terakhir Kita........

June 26, 2014
Jika Ini Ramadhan Terakhir Kita........

Masih ada kesempatan untuk melaksanakan sholat di awal waktu
Sholat yang dikerjakan.. .sungguh khusyuk lagi tawadhu'
Tubuh dan qalbu...bersatu memperhamba diri
Menghadap Rabbul Jalil... menangisi kecurangan janji
"Innasolati wanusuki wamahyaya wamamati lillahirabbil 'alamin"
[sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku, dan matiku...]

Jika Ini Ramadhan Terakhir Kita........

Tidak akan kita sia siakan walau sesaat yang berlalu
Setiap masa tak akan dibiarkan begitu saja
Di setiap kesempatan juga masa yang terluang
Alunan Al-Quran senantiasa kita bacakan dan perdengarkan kehadapan MU ...ya Rabb

Jika Ini Ramadhan Terakhir Kita........

Setiap malam kita sibukkan dengan
Bertarawih.. .berqiamullail. ..bertahajjud. ..
Mengadu...merintih. ..meminta belas kasih
"Sesungguhnya aku berharap untuk ke syurga-MU
dan....aku tak sanggup untuk ke neraka-MU"

Jika Ini Ramadhan Terakhir Kita........

Kita akan selalu bersama dengan mereka yang tersayang
Kita isi Ramadhan dengan hal yang bermanfaat
Kita buru...kita cari..suatu malam idaman
Yang lebih baik dari seribu bulan


Jika Ini Ramadhan Terakhir Kita........

Kita bakal menyediakan batin dan zahir
Mempersiapkan diri...rohani dan jasmani
Menanti-nanti jemputan Izrail
Di kiri dan kanan ...lorong-lorong ridha Ar-Rahman

Duhai Ilahi...

Andai ini Ramadhan terakhir buat kami
Jadikanlah Ramadhan ini paling berarti...paling berseri...
Menerangi kegelapan hati kami
Menyeru ke jalan menuju ridho serta kasih sayangMu ...Ya Ilahi
Yang bakal mewarnai kehidupan kami di sana nanti

Namun teman....

Tak akan ada manusia yang bakal mengetahui
Apakah Ramadhan ini merupakan yang terakhir kali bagi diri kita
Yang mampu bagi seorang hamba itu hanyalah
Berusaha...bersiap-siap ...bersedia ...meminta belas-NYA

Marhaban ya Ramadhan,

Bulan dimana nafas kita menjadi tasbih, tidur kita menjadi ibadah, amal kita diterima dan do'a kita di ijabah,

Sebelum cahaya surga padam, Sebelum hidup berakhir,
Sebelum pintu tobat tertutup, Sebelum Ramadhan datang,

Semoga kita semua senantiasa berada dalam Rahmat dan Hidayah ALLAH SWT serta selalu sehat dalam melaksanakan ibadah Ramadhan.

Taqqobalahu Minna Waminkum, Taqoballahu Ya Karim,

Jika Ini Ramadhan Terakhir Kita........ Jika Ini Ramadhan Terakhir Kita........ Reviewed by Himam Miladi on June 26, 2014 Rating: 5

Dialog Malaikat Maut Dengan Pengusaha Kaya

June 21, 2014
Ada seorang pengusaha sukses terjatuh di kamar mandi dan akhirnya stroke, sudah 7 malam dirawat di RS di ruang ICU. Di saat orang-orang terlelap dalam mimpi malam, dalam dunia roh seorang Malaikat menghampiri si pengusaha yang terbaring tak berdaya. Malaikat memulai pembicaraan,

"Kalau dalam waktu 24 jam ada 50 orang berdoa buat kesembuhanmu, maka kau akan hidup dan sebaliknya jika dalam 24 jam jumlah yang aku tetapkan belum terpenuhi, itu artinya kau akan meninggal dunia."
"Kalau hanya mencari 50 orang, itu mah gampang ..." kata si pengusaha ini dengan yakinnya.

Setelah itu Malaikat pun pergi dan berjanji akan datang 1 jam sebelum batas waktu yang sudah disepakati.
Tepat pukul 23:00, Malaikat kembali mengunjunginya, dengan antusiasnya si pengusaha bertanya, "Apakah besok pagi aku sudah pulih? Pastilah banyak yang berdoa buat aku, jumlah karyawan yang aku punya lebih dari 2000 orang, jadi kalau hanya mencari 50 orang yang berdoa pasti bukan persoalan yang sulit."

Dengan lembut si Malaikat berkata,
"aku sudah berkeliling mencari suara hati yang berdoa buatmu tapi sampai saat ini baru 3 orang yang berdoa buatmu, sementara waktumu tinggal 60 menit lagi, rasanya mustahil kalau dalam waktu dekat ini ada 50 orang yang berdoa buat kesembuhanmu."

Tanpa menunggu reaksi dari si pengusaha, si Malaikat menunjukkan layar besar berupa TV siapa 3 orang yang berdoa buat kesembuhannya. Di layar itu terlihat wajah duka dari sang istri, di sebelahnya ada 2 orang anak kecil, putra-putrinya yang berdoa dengan khusuk dan tampak ada tetesan air mata di pipi mereka.

Malaikat berkata,
"Aku akan memberitahukanmu, kenapa Tuhan rindu memberikanmu kesempatan kedua, itu karena doa istrimu yang tidak putus-putus berharap akan kesembuhanmu."



Istri Pengusaha Berdoa.
Kembali terlihat di mana si istri sedang berdoa jam 2:00 dini hari,
"Tuhan, aku tahu kalau selama hidupnya suamiku bukanlah suami atau ayah yang baik. Aku tahu dia sudah mengkhianati pernikahan kami, aku tahu dia tidak jujur dalam bisnisnya, dan kalaupun dia memberikan sumbangan, itu hanya untuk popularitas saja untuk menutupi perbuatannya yang tidak benar di hadapanMu. Tapi Tuhan, tolong pandang anak-anak yang telah Engkau titipkan pada kami, mereka masih membutuhkan seorang ayah dan hamba tidak mampu membesarkan mereka seorang diri."

Dan setelah itu istrinya berhenti berkata-kata tapi air matanya semakin deras mengalir di pipinya yang kelihatan tirus karena kurang istirahat.
Melihat peristiwa itu, tanpa terasa, air mata mengalir di pipi pengusaha ini . . . timbul penyesalan bahwa selama ini dia bukanlah suami yang baik dan ayah yang menjadi contoh bagi anak-anaknya, dan malam ini dia baru menyadari betapa besar cinta istri dan anak-anak padanya.

Waktu terus bergulir, waktu yang dia miliki hanya 10 menit lagi, melihat waktu yang makin sempit semakin menangislah si pengusaha ini, penyesalan yang luar biasa tapi waktunya sudah terlambat. Tidak mungkin dalam waktu 10 menit ada yang berdoa 47 orang.

Dengan setengah bergumam dia bertanya,
"Apakah di antara karyawanku, kerabatku, teman bisnisku, teman organisasiku tidak ada yang berdoa buatku?"

Jawab si Malaikat,
"Ada beberapa yang berdoa buatmu tapi mereka tidak tulus, bahkan ada yang mensyukuri penyakit yang kau derita saat ini, itu semua karena selama ini kamu arogan, egois dan bukanlah atasan yang baik, bahkan kau tega memecat karyawan yang tidak bersalah."

Si pengusaha tertunduk lemah, dan pasrah kalau malam ini adalah malam yang terakhir buat dia, tapi dia minta waktu sesaat untuk melihat anak dan si istri yang setia menjaganya sepanjang malam.

Air matanya tambah deras, ketika melihat anaknya yang sulung tertidur di kursi rumah sakit dan si istri yang kelihatan lelah juga tertidur di kursi sambil memangku si bungsu.

Ketika waktu menunjukkan pukul 24:00, tiba-tiba si Malaikat berkata,
"Tuhan melihat air matamu dan penyesalanmu. Kau tidak jadi meninggal, karena ada 47 orang yang berdoa buatmu tepat jam 24:00."

Dengan terheran-heran dan tidak percaya,si pengusaha bertanya siapakah yang 47 orang itu. Sambil tersenyum si Malaikat menunjukkan suatu tempat yang pernah dia kunjungi bulan lalu.

"Bukankah itu Panti Asuhan?" kata si pengusaha pelan.
"Benar, kau pernah memberi bantuan bagi mereka beberapa bulan yang lalu, walau aku tahu tujuanmu saat itu hanya untuk mencari popularitas saja dan untuk menarik perhatian pemerintah dan investor luar negeri."

"Tadi pagi, salah seorang anak panti asuhan tersebut membaca di koran kalau seorang pengusaha terkena stroke dan sudah 7 hari di ICU, setelah melihat gambar di koran dan yakin kalau pria yang sedang koma adalah kamu, pria yang pernah menolong mereka dan akhirnya anak-anak panti asuhan sepakat berdoa buat kesembuhanmu."

Sahabatku, cerita ini hanyalah sebuah gambaran agar kita lebih instropeksi diri. Saya membayangkan ketika diri saya mati nanti, apakah orang disekeliling saya akan kehilangan, atau sebaliknya mereka mengabaikan atas kematian saya, atau yang paling parah apakah mereka bersyukur malah?

Mari sahabatku, mumpung kita masih diberi umur, lakukanlah yang terbaik untuk orang-orang di sekitar kita, kaena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya.

Dan satu lagi, janganlah kita meremehkan sedekah, sesuai cerita diatas, justru sedekahnya yang menyelamatkan pengusaha tersebut.
Dialog Malaikat Maut Dengan Pengusaha Kaya Dialog Malaikat Maut Dengan Pengusaha Kaya Reviewed by Himam Miladi on June 21, 2014 Rating: 5

60 Sahabat Nabi: 'Imran Bin Hushain, Menyerupai Malaikat

June 20, 2014

Di tahun perang Khaibarlah ia datang kepada Rasulullah saw. untuk bai’at …. Dan semenjak ia menaruh tangan kanan­nya di tangan kanan Rasul, maka tangan kanannya itu mendapat penghormatan besar, hingga bersumpahlah ia pada dirinya tidak akan menggunakannya kecuali untuk perbuatan utama dan mulia ….

Ini pertanda merupakan suatu bukti jelas bahwa pemiliknya mempunyai perasaan yang amat halus ….
‘Imran bin Hushain r.a. merupakan gambaran yang tepat bagi kejujuran, sifat zuhud dan keshalehan serta mati-matian dalam mencintai Allah dan mentaati-Nya. Walaupun ia mendapat taufik dan petunjuk Allah yang tidak terkira, tetapi ia sering menangis mencucurkan air mata, ratapnya:  “Wahai, kenapa aku tidak menjadi debu yang diterbangkan angin saja … !”

Orang-orang itu takut kepada Allah bukanlah karena banyak melakukan dosa, tidak! Setelah menganut Islam, boleh dikata sedikit sekali dosa mereka! Mereka takut dan cemas karena menilai keagungan dan kebesaran-Nya, bagaimanapun mereka beribadat ruku’ dan sujud, tetapi ibadatnya, dan syukurnya itu belumlah memadai ni’mat yang mereka telah terima.

Pernah suatu saat beberapa orang shahabat menanyakan pada Rasulullah saw.:
“Ya Rasulullah, kenapa kami ini … ?
Bila kami sedang berada di sisimu, hati kami menjadi lunak hingga tidak menginginkan dunia lagi dan seolah-olah akhirat itu kami lihat dengan mata kepala … !
Tetapi demi kami meninggalkanmu dan kami berada di lingkungan keluarga, anak-anak dan dunia kami, maka kami pun telah lupa diri …
Ujar Rasulullah saw.:
“Demi Allah, Yang nyawaku berada dalam tangan-Nya! Seandainya kalian selalu berada dalam suasana seperti di sisiku, tentulah malaikat akan menampakkan dirinya
menyalami kamu .. . ! Tetapi, yah yang demikian itu hanya sewaktu-waktu … !”

Pembicaraan itu kedengaran oleh ‘Imran bin Hushain, maka timbullah keinginannya, dan seolah-olah ia bersumpah pada dirinya tidak akan berbenti dan tinggal diam, sebelum mencapai tujuan mulia tersebut, bahkan walau terpaksa menebusnya dengan nyawanya sekalipun!
Dan seolah-olah ia tidak puas dengan kehidupan sewaktu-waktu itu, tetapi ia menginginkan suatu kehidupan yang utuh dan padu, terus-menerus dan tiada henti-hentinya, memusatkan perhatian dan berhubungan selalu dengan Allah Robbul’alamin … !

Di masa pemerintahan Amirul Mu’minin Umar bin Khatthab, ‘Imran dikirim oleh khalifah ke Bashrah untuk mengajari pen­duduk dan membimbing mereka mendalami Agama. Demikian­lah di Bashrah ia melabuhkan tirainya, maka demi dikenal oleh penduduk, mereka pun berdatanganlah mengambil berkah dan meniru teladan ketaqwaannya.
Berkata Hasan Basri dan Ibnu Sirin:  “Tidak seorang pun di antara shahabat-shahabat Rasul saw. yang datang ke Bashrah, lebih utama dari ‘Imran bin Hushain … !”

Dalam beribadat dan hubungannya dengan Allah, ‘Imran tak sudi diganggu oleh sesuatu pun. la menghabiskan waktu dan seolah-olah tenggelam dalam ibadat, hingga seakan-akan ia bukan penduduk bumi yang didiaminya ini lagi … ! Sungguh, seolah-olah ia adalah Malaikat, yang hidup di lingkungan Malai­kat, bergaul dan berbicara dengannya, bertemu muka dan bersalaman dengannya … .
Dan tatkala terjadi pertentangan tajam di antara Kaum Muslimin, yaitu antara golongan Ali dan Mu’awiyah, tidak saja ‘Imran bersikap tidak memihak, bahkan juga ia meneriakkan kepada ummat agar tidak campur tangan dalam perang ter­sebut, dan agar membela serta mempertahankan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya. Katanya pada mereka: “Aku lebih suka menjadi pengembala rusa di puncak bukit sampai aku meninggal, daripada melepas anak panah ke salah satu pihak, biar meleset atau tidak … !”

Dan kepada orang-orang Islam yang ditemuinya, diamanat­kannya: “Tetaplah tinggal di mesjidmu … Dan jika ada yang memasuki mesjidmu, tinggallah di rumahmu … ! Dan jika ada lagi yang masuk hendak merampas harta atau nyawamu, maka bunuhlah dia … !”

Keimanan Imran bin Hushain membuktikan hasil gemilang. Ketika ia mengidap suatu penyakit yang selalu mengganggunya selama 30 tahun, tak pernah ia merasa kecewa atau mengeluh. Bahkan tak henti-hentinya ia beribadat kepada-Nya, baik di waktu berdiri, di waktu duduk dan berbaring .  .  .

Dan ketika para shahabatnya dan orang-orang yang men­jenguknya datang dan menghibur hatinya terhadap penyakitnya itu, ia tersenyum sambil ujarnya: “Sesungguhnya barang yang paling kusukai, ialah apa yang paling disukai Allah … !” Dan sewaktu ia hendak meninggal, wasiatnya kepada kaum kerabat­nya dan para shahabatnya, ialah: “Jika kalian telah kembali dari pemakamanku, maka sembelihlah hewan dan adakanlah jamuan … !”

Memang, sepatutnyalah mereka menyembelih hewan dan mengadakan jamuan! Karena kematian seorang Mu’min seperti ‘Imran bin Hushain bukanlah merupakan kematian yang sesungguhnya! Itu tidak lain dari pesta besar dan mulia, di mana suatu ruh yang tinggi yang ridla dan diridlai-Nya diarak ke dalam surga, yang besarnya seluas langit dan bumi yang disedia­kan bagi orang-orang yang taqwa ….


60 Sahabat Nabi: 'Imran Bin Hushain, Menyerupai Malaikat 60 Sahabat Nabi: 'Imran Bin Hushain, Menyerupai Malaikat Reviewed by Himam Miladi on June 20, 2014 Rating: 5

60 Sahabat Nabi: Abu Sufyan Bin Harits, Habis Gelap Terbitlah Terang

June 19, 2014

Ia adalah Abu Sufyan bin Harits, dan bukan Abu Sufyan bin Harb ayah Mu’awiyah. Kisahnya merupakan kisah kebenaran setelah kesesatan, sayang setelah benci dan bahagia setelah celaka …. Yaitu kisah tentang rahmat Allah yang pintu-pintu­nya terbuka lebar, demi seorang hamba menjatuhkan diri di haribaan-Nya, setelah penderitaan yang berlarut-larut … !

Bayangkan, waktu tidak kurang dari 20 tahun yang dilalui Ibnul Harits dalam kesesatan memusuhi dan memerangi Islam! Waktu 20 tahun, yakni semenjak dibangkitkan-Nya Nabi saw. sampai dekat hari pembebasan Mekah yang terkenal itu. Selama itu Abu Sufyan menjadi tulang punggung Quraisy dan sekutu-sekutunya, menggubah syair-syair untuk menjelekkan serta menjatuhkan Nabi, juga selalu mengambil bagian dalam peperangan yang dilancarkan terhadap Islam.

Saudaranya ada tiga orang, yaitu Naufal, Rabi’ah dan Ab­dullah, semuanya telah lebih dulu masuk Islam. Dan Abu Sufyan ini adalah saudara sepupu Nabi, yaitu putera dari parnannya,. Harits bin Abdul Mutthalib. Di samping itu ia juga saudara sesusu dari Nabi karena selama beberapa hari disusukan oleh ibu susu Nabi, Halimatus Sa’diyah.

Pada suatu hari nasib mujurnya membawanya kepada per­untungan membahagiakan. Dipanggilnya puteranya Ja’far dan dikatakannya kepada keluarganya bahwa mereka akan bepergian. Dan waktu ditanyakan ke mana tujuannya, jawabnya, ialah:
“Kepada Rasulullah, untuk menyerahkan diri bersama beliau kepada Allah Robbul’alamin … !”
Demikianlah ia melakukan perjalanan dengan mengendarai kuda, dibawa oleh hati yang insaf dan sadar ….

Di Abwa’ kelihatan olehnya barisan depan dari suatu pasukan besar. Maklumlah ia bahwa itu adalah tentara Islam yang menuju Mekah dengan maksud hendak membebaskannya. la bingung memikirkan apa yang hendak dilakukannya. Disebabkan sekian lamanya ia menghunus pedang memerangi Islam dan mengguna­kan lisannya untuk menjatuhkannya, mungkin Rasulullah telah menghalalkan darahnya, hingga ia bila tertangkap oleh salah seorang Muslimin, ia langsung akan menerima hukuman qishas. Maka ia harus mencari akal bagaimana caranya lebih dulu menemui Nabi sebelum iatuh ke tangan orang lain.

Abu Sufyan pun menyamar dan menyembunyikan identitas dirinya. Dengan memegang tangan puteranya Ja’far, ia berjalan kaki beberapa jauhnya, hingga akhirnya tampaklah olehnya Rasulullah bersama serombongan shahabat, maka ia menyingkir sampai rombongan itu berhenti. Tiba-tiba sambil membuka tutup mukanya, Abu Sufyan menjatuhkan dirinya di hadapan Rasulullah. Beliau memalingkan muka dari padanya, maka Abu Sufyan mendatanginya dari arah lain, tetapi Rasulullah masih menghindarkan diri daripadanya.

Dengan serempak Abu Sufyan bersama puteranya berseru: “Asyhadu alla ilaha illallah. Wa-asyhadu anna Mu.hammadar Rasulullah . . . . “. Lalu ia menghampiri Nabi saw. seraya kata­nya: “Tiada dendam dan tiada penyesalan, wahai Rasulullah”. Rasulullah pun menjawab:
“Tiada dendam dan tiada penyesalan, wahai Abu Sufyan!” Kemudian Nabi menyerahkannya kepada Ali bin Abi Thalib, katanya:  “Ajarkanlah kepada saudara sepupumu ini cara berwudlu dan sunnah, kemudian bawa lagi ke sini”.

Ali membawanya pergi, dan kemudian kembali. Maka kata Rasulullah: “Umumkanlah kepada orang-orang bahwa Rasulullah telah ridla kepada Abu Sufyan, dan mereka pun hendaklah ridla pula. . .
Demikianlah hanya sekejap saat . . . ! Rasulullah bersabda: “Hendaklah kamu menggunakan masa yang penuh berkah … !” Maka tergulunglah sudah masa-masa yang penuh kesesatan dan kesengsaraan, dan terbukalah pintu rahmat yang tiada ter­batas.

Abu Sufyan sebetulnya hampir saja masuk Islam ketika melihat sesuatu yang mengherankan hatinya ketika perang Badar, yakni sewaktu ia berperang di pihak Quraisy. Dalam peperangan itu, Abu Lahab tidak ikut serta, dan mengirimkan ‘Ash bin Hisyam sebagai gantinya. Dengan hati yang harap-harap cemas, ia menunggu-nunggu berita pertempuran, yang mulai berdatangan menyampaikan kekalahan pahit bagi pihak Quraisy.

Pada suatu hari, ketika Abu Lahab sedang duduk dekat sumur Zamzam bersama beberapa orang Quraisy, tiba-tiba kelihatan oleh mereka seorang berkuda datang menghampiri Setelah dekat, ternyata bahwa ia adalah Abu Sufyan bin Harits.
Tanpa menunggu lama Abu Lahab memanggilnya, katanya: —”Mari ke sini hai keponakanku! Pasti kamu membawa berita! Nah, ceritakanlah kepada kami bagaimana kabar di sana … !”
Ujar Abu Sufyan bin Harits:  “Demi Allah! Tiada berita, kecuali bahwa kami menemui suatu kaum yang kepada mereka kami serahkan leher-leher kami, hingga mereka sembelih sesuka hati mereka dan mereka tawan kami semau mereka . . . ! Dan Demi Allah! Aku tak dapat menyalahkan orang-orang Quraisy . . . ! Kami berhadapan dengan orang-orang serba putih mengen­darai kuda hitam belang putih, menyerbu dari antara langit dan bumi, tidak serupa dengan suatu pun dan tidak terhalang oleh suatu pun . . . !”
yang dimaksud Abu Sufyan dengan mereka ini ialah para malaikat yang ikut bertempur di samping Kaum Muslimin

Menjadi suatu pertanyaan bagi kita, kenapa ia tidak beriman ketika itu, padahal ia telah menyaksikan apa yang telah disaksikannya?
Jawabannya ialah bahwa keraguan itu merupakan jalan kepada keyakinan. Dan betapa kuatnya keraguan Abu Sufyan bin Harits, demikianlah pula keyakinannya sedemikian kukuh dan kuat jika suatu ketika ia dating nanti . . . Nah, saat petun­juk dan keyakinan itu telah tiba, dan sebagai kita lihat, ia Islam, menyerahkan dirinya kepada Tuhan Robbul’alamin… !

Mulai dari detik-detik keislamannya, Abu Sufyan mengejar dan menghabiskan waktunya dalam beribadat dan berjihad, untuk menghapus bekas-bekas masa lalu dan mengejar ketinggal­annya selama ini . . – .
Dalam peperangan-peperangan yang terjadi setelah pem­pembebasan Mekah ia selalu ikut bersama Rasulullah. Dan di waktu perang Hunain orang-orang musyrik memasang perangkapnya dan menyiapkan satu pasukan tersembunyi, dan dengan tidak diduga-duga menyerbu Kaum Muslimin hingga barisan mereka porak poranda.

Sebagian besar tentara Islam cerai berai melarikan diri, tetapi Rasulullah tiada beranjak dari kedudukannya, hanya berseru: “Hai manusia . . . ! Saya ini Nabi dan tidak dusta . . Saya adalah putra Abdul Mutthalib … !”
Maka pada saat-saat yang maha genting itu, masih ada bebe­rapa gelintir shahabat yang tidak kehilangan akal disebabkan serangan yang tiba-tiba itu. Dan di antara mereka terdapat Abu Sufyan bin Harits dan puteranya Ja’far.

Waktu itu Abu Sufyan sedang memegang kekang kuda Rasulullah. Dan ketika dilihatnya apa yang terjadi, yakinlah ia bahwa kesempatan yang dinanti-nantinya selama ini, . yaitu berjuang fi sabilillah sampai menemui syahid dan di hadapan Rasulullah, telah terbuka. Maka sambil tak lepas memegang tali kekang dengan tangan kirinya, ia menebas batang leher musuh dengan tangan kanannya.

Dalam pada itu Kaum Muslimin telah kembali ke medan pertempuran sekeliling Nabi mereka, dan akhirnya Allah mem­beri mereka kemenangan mutlak.
Tatkala suasana sudah mulai tenang, Rasulullah melihat berkeliling . . . . Kiranya didapatinya seorang Mu’min sedang memegang erat-erat tali kekangnya. Sungguh rupanya semenjak berkecamuknya peperangan sampai selesai, orang itu tetap berada di tempat itu dan tak pernah meninggalkannya.
Rasulullah menatapnya lama-lama, lalu tanyanya: “Siapa ini . . . ? Oh, saudaraku, Abu Sufyan bin Harits. . . !” Dan demi didengarnya Rasulullah mengatakan “saudaraku”, hatinya bagaikan terbang karena bahagia dan gembira. Maka diratapinya kedua kaki Rasulullah, diciuminya dan dicucinya dengan air matanya ….

Ketika itu bangkitlah jiwa penyairnya, maka digubahnya pantun menvatakan kegembiraan atas keberanian dan taufik yang telah dikaruniakan Allah kepadanya:
‘Warga Ka’ab dan ‘Amir sama mengetahui
Di pagi hari Hunain ketika barisan telah cerai berai
Bahwa aku adalah seorang ksatria berani mati
Menerjuni api peperangan tak pernah nyali
Semata mengharapkan keridlaan Ilahi
Yang Maha Asih dan kepada-Nya sekalian urusan akan kembali”.

Abu Sufyan menghadapkan dirinya sepenuhnya kepada ibadat. Dan sepeninggal Rasulullah saw. ruhnya mendambakan kepadaan agar dapat menemui Rasulullah di kampung akhirat. Demikianlah walaupun nafasnya masih turun naik, tetapi ke­padaan tetap menjadi tumpuan hidupnya … !

Pada suatu hari, orang melihatnya berada di Baqi’ sedang menggali lahad, menyiapkan dan mendatarkannya. Tatkala orang-orang menunjukkan keheranan mereka, maka katanya: “Aku sedang menyiapkan kuburku …. “.
Dan setelah tiga hari berlalu, tidak lebih, ia terbaring di rumahnya sementara keluarganya berada di sekelilingnya dan sama menangis. Dengan hati puas dan tenteram dibukanya matanya melihat mereka, lalu katanya:  “Janganlah daku ditangisi, karena semenjak masuk Islam tidak sedikit pun daku berlumur dosa … ! “

Dan sebelum kepalanya terkulai di atas dadanya, diangkat­kannya sedikit ke atas seolah-olah hendak menyampaikan selamat tinggal kepada dunia fana ini ….
60 Sahabat Nabi: Abu Sufyan Bin Harits, Habis Gelap Terbitlah Terang 60 Sahabat Nabi: Abu Sufyan Bin Harits, Habis Gelap Terbitlah Terang Reviewed by Himam Miladi on June 19, 2014 Rating: 5

60 Sahabat Nabi: Abdullah Bin 'Amr Bin 'Ash, Tekun Beribadat Dan Bertaubat

June 18, 2014

Seorang abid yang shaleh, rajin beribadat dan gemar bertaubat yang kita paparkan riwayatnya sekarang ini ialah Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash. Seandainya bapaknya menjadi guru dalam kercerdasan, kelihaian dan banyak tipu muslihat, sebaliknya Abdullah, menjadi teladan yang mempunyai kedudukan tinggi di antara ahli-ahli ibadat yang bersifat, zuhud dan terbuka. Seluruh waktu dan sepanjang kehidupannya dipergunakannya untuk beribadat. Ia berhasil mengecap manisnya iman, hingga waktu siang dan malam itu tidak cukup puas untuk menampung kebaktian serta aurat lbadatnya.

Ia lebih dulu masuk Islam daripada bapaknya. Dan semenjak ia bai’at dengan menaruh telapak tangan kanannya di telapak kanan Rasulullah saw., sementara hatinya yang tak ubahnya dengan cahaya shubuh yang cemerlang diterangi oleh nur Ilahi dan cahaya ketaatannya, pertama-tama Abdullah memusatkan perhatiannya terhadap al-Qura’n diturunkan secara ber­angsur-angsur.
Setiap turun ayat maka dihafalkan dan diusahakannya untuk memahaminya, hingga setelah semuanya selesai dan sempurna ia pun telah hafal keseluruhannya.

Dan ia menghafalkan itu bukanlah hanya sekedar mengingat hingga seolah-olah ingatannya itu menjadi musium bagi sebuah buku tebal …. tetapi dihafalkan dengan tujuan dapat diperguna­kan untuk memupuk jiwanya, dan kemudian agar ia dapat menjadi hamba Allah yang taat, menghalalkan apa yang dihalal­kanNya dan mengharamkan apa yang diharamkanNya serta memperkenankan seruannya. Kemudian tiada bosan-bosannya ia membaca, melagukan dan merenungkan isinya, menjelajahi taman-tamannya yang indah mekar, gembira ria jika kebetulan ayat-ayatnya yang mulia itu menceritakan kesenangan, sebalik­nya menangis mengucurkan air mata jika membangkitkan hal-hal yang menakutkan … !

Abdullah telah ditaqdirkan Allah menjadi seorang suci dan rajin beribadat, tidak satu pun kekuatan di dunia ini yang mampu menghalangi terbentuknya bakat yang suci ini dan tertanamnya nur Ilahi yang telah ditaqdirkan bagi dirinya itu.
Apabila tentara Islam maju ke medan laga untuk menghadapi orang-orang musyrik yang melancarkan peperangan dan per­musuhan, maka kita akan menjumpai di barisan terdepan, men­cintakan syahid dengan hati yang rindu jiwa yang asyik.

Dan jika peperangan itu telah usai, di mana kita akan me­nemuinya? Di mana lagi, kalau tidak di mesjid umum atau di mushalla rumahnya, shaum di waktu siang dan berdiri shalat di waktu malam. Lidahnya tak kenal akan percakapan tentang soal dunia walaupun yang tidak terlarang, sebaliknya tidak kering-keringnya berdzikir kepada Allah, tasbih memuji-Nya, istighfar terhadap dosanya atau membaca kitab Suci-Nya.

Untuk mengetahui betapa jauhnya Abdullah terlibat dalam beribadat, cukuplah kita perhatikan Rasulullah yang sengaja datang menyeru manusia untuk beribadat kepada Allah, terpaksa campur tangan agar ia tidak sampai keterlaluan dan berlebih­-lebihan … !
Demikianlah, seandainya salah satu segi dari pelajaran yang dapat ditarik dari kehidupan Abdullah bin Amr, menyingkapkan kemampuan luar biasa yang tersimpan dalam jiwa manusia untuk mencapai tingkat tertinggi dalam beribadat dan meninggal­kan kesenangan duniawi, seginya yang lain ialah perlindungan Agama agar orang bersikap sederhana dan tidak berlebih-lebihan dalam mencapai segala ketinggian dan kesempurnaan itu, hingga jiwa seseorang itu tetap mempunyai gairah hidup dan semangat bermasyarakat .. . , dan agar jasmaninya tetap dalam keadaan kondisi siap melaksanakan segala tugas … !

Rasulullah saw. telah mengetahui rahasia jalan dan corak kehidupan Abdullah bin Amr bin Ash hanya satu dan tidak berubah! Jika tidak pergi berjuang, maka hari-harinya itu dari mulai fajar sampai fajar berikutnya terpusat pada ibadat yang sambung-menyambung, berupa shaum, shalat dan membaca al-Quran .
Dipanggilnyalah Abdullah dan diasuruhnya agar tidak ke­terlaluan dalam beribadat itu. Tanya Rasulullah saw.:
“Kabarnya kamu selalu shaum di siang hari tak pernah berbuka, dan shalat di malam hari tak pernah tidur … ?” cukuplah shaum tiga hari dalam setiap bulan … ” Ujar Abdullah: “Aku sanggup lebih banyak dari itu . . . ! ” Sabda Nabi saw.: “Kalau begitu cukup dua hari dalam seminggu!”Jawab Abdullah: “Aku sanggup lebih banyak lagi.”Sabda Rasulullah saw.: “Jika demikian, baiklah kamu lakukan shaum yang lebih utama, yaitu shaum Nabi Daud, shaum sehari lalu berbuka sehari! (al-Hadits)

Setelah itu ditanyakan pula oleh Rasulullah saw.: — “Aku tahu bahwa kamu membaca al-Quran sampai tamat dalam satu malam . . . ! Aku khawatir kalau-kalau usiamu lanjut dan jadi bosan membacanya . . . ! Bacalah setiap sebulan sekali khatam! Atau kalau tidak, sekali dalam sepuluh hari, atau sekali dalam tiga hari … !”
Lalu sabdanya pula:
“Aku shaum dan berbuka bangun shalat malam dan tidur, juga kawin dengan perempuan. Maka siapa yang tidak suka akan Sunnahku, tidaklah termasuk golongan ummatku… !” (al-Hadits)

Dan benarlah Abdullah bin ‘Amr dikaruniai usia lanjut. Maka tatkala ia sudah tua dan tulangnya jadi lemah, ia selalu teringat nasihat Rasulullah dulu itu, lalu katanya: “Wahai malang nasib­ku, kenapa tidak laksanakan keringanan dari Rasulullah … !”
Seorang Mu’min seperti Abdullah ini, akan sulit dijumpai dalam suatu pertempuran  apapun corak pertempuran itu —yang berkecamuk di antara dua golongan Muslimin. Kalau begitu, apakah kiranya yang membawa kakinya dari Madinah ke Shiffin, dan menggabungkan diri pada barisan Mu’awiyah dalam pertempuran menghadapi Ali … ?

Selamanya sikap yang diambil oleh Abdullah ini patut untuk direnungkan, sebagaimana pula setelah memahaminya, layak untuk beroleh penghargaan dan penghormatan!
Telah kita lihat betapa Abdullah bin ‘Amr memusatkan perhatiannya terhadap ibadat, hingga dapat membahayakan nyawanya. Hal ini amat mencemaskan hati bapaknya, hingga sering dilaporkannya kepada Rasulullah.
Pada kali terakhir Rasulullah menasihatinya agar tidak berlebih-lebihan dalam beribadat itu sambil membatasi waktu-­waktunya, ‘Amr kebetulan hadir. Rasulullah mengambil tangan Abdullah dan meletakkannya di tangan bapaknya, ‘Amr, lalu katanya: “Lakukanlah apa yang kuperintahkan, dan taatilah olehmu bapakmu … !”

Dan walaupun selama ini, disebabkan akhlaq dan keagamaan­nya, Abdullah selalu taat kepada kedua orang tuanya, tetapi perintah Rasulullah secara demikian dan suasana khusus seperti itu, meninggalkan kesan yang dalam pada dirinya. Dan selama usianya yang panjang, sesaat pun Abdullah tidak lupa akan kalimat pendek ini: “Lakukanlah apa yang kuperintahkan, dan taatilah olehmu bapakmu
Kemudian, hari berganti hari, tahun berganti tahun . . . Mu’a­wiyah di Syria menolak bai’at terhadap Ali. Sebaliknya Ali menolak tunduk terhadap pembangkangan yang tak dapat dibenarkan. Maka terjadilah peperangan di antara dua golongan Kaum Muslimin. Perang Jamal telah berlalu dan sekarang datang saat perang Shiffin ….

Amr bin ‘Ash telah menentukan sikapnya berpihak kepada Mu’awiyah. Dan ia tahu benar bagaimana penghormatan Kaum Muslimin terhadap puteranya Abdullah, begitupun kepercayaan mereka terhadap Agamanya. Maka rencananya hendak membawa serta puteranya itu yang tak dapat tidak akan menguntungkan sekali pihak Mu’awiyah. Di samping itu menurut ‘Amr kehadiran Abdullah di dekatnya akan membawa nasib mujur baginya dalam peperangan. la belum lupa kenyataan-kenyataan itu di saat penyerbuan ke Syria dan waktu pertempuran Yarmuk.

Sebab itu ketika hendak berangkat ke Shiffin dipanggilnya­lah puteranya itu lalu katanya: “Hai Abdullah! Bersiap-siaplah untuk berangkat! Kamu akan berperang di pihak kami . . . !” Ujar Abdullah: “Bagaimana . . . ? Padahal Rasulullah saw. telah mengamanatkan kepadaku agar tidak menaruh senjata di atas leher orang Islam untuk selama-lamanya … !’

Dengan kecerdikannya ‘Amr mencoba meyakinkan Abdullah, bahwa maksud kepergian mereka ini hanyalah untuk membekuk pembunuh-pembunuh Utsman dan menuntutkan bela darah sucinya. Kemudian secara tila-tiba ia memasang perangkap mautnya, katanya: “Masih ingatkah kamu wahai Abdullah akan amanat terakhir yang diaampaikan Rasulullah kepadamu, ketika ia mengambil tanganmu lalu meletakkannya ke atas tanganku seraya katanya: “Taatilah bapakmu . . . !” Dan sekarang saya menghendaki sekali agar kamu turut bersama kami dan ikut berperang!”

Demikianlah Abdullah berangkat demi taatnya kepada bapak­nya. Maksudnya tiada akan memanggul senjata dan tidak akan berperang dengan seorang Muslim pun. Tetapi betapa caranya? Yah, yang penting baginya kini turut bersama bapaknya! Adapun di waktu perang nanti, maka terserahlah kepada Allah bagaimana taqdir-Nya!

Perang pun berkecamuk dengan hebat dan dahsyat …. Ahli-­ahli sejarah berbeda pendapat, apakah Abdullah ikut serta di permulaan perang itu ataukah tidak. Kita katakan “di permulaan”, karena tidak lama setelah itu, terjadilah suatu peristiwa yang menyebabkan Abdullah bin ‘Amr mengambil sikap secara terang-terangan menentang peperangan dan menentang Mu’awiyah.

Periatiwa itu dikarenakan ‘Ammar bin Yasir berperang di pihak Imam Ali. ‘Ammar ini seorang yang amat dihormati oleh para shahabat umumnya. Lebih-lebih lagi Rasulullah sudah semenjak dulu meramalkan kematiannya dan juga siapa-siapa pembunuhnya.

Ceritanya ialah bahwa ketika itu Rasulullah bersama shaha­bat-shahabatnya sedang membangun mesjid di Madinah, yakni tidak lama setelah kepindahan mereka ke sana. Batu-batu yang digunakan sebagai bahannya ialah batu-batu besar dan berat, hingga setiap orang hanya dapat mengangkat sebuah saja. Tetapi ‘Ammar, mungkin karena gairah dan semangatnya, dapat membawa dua-dua buah. Hal itu tampak oleh Rasulullah, maka dipandanginya anak muda itu dengan kedua matanya yang ter­genang air, lalu katanya: — “Kasihan anak Sumaiyah! la dibunuh oleh pihak yang durhaka . . .

Semua shahabat yang ikut bekerja pada hari itu, sama men­dengar nubuwat Rasulullah ini dan selalu ingat kepadanya. Dan Abdullah bin ‘Amr juga termasuk di antara yang mendengarnya. Di saat awal peperangan antara pihak Ali dan Mu’a­wiyah itu ‘Ammar naik ke tempat-tempat yang ketinggian dan berseru dengan sekuat suaranya membangkitkan semangat:
“Hari ini kita akan menjumpai para kekasih . . . , Nabi Muhammad beserta shahabat-shahabatnya!”

Sekelompok anak buah Mu’awiyah berembuk untuk meng­habisinya. Mereka sama-sama mengarahkan anak panah kepada­nya lalu melepaskannya secara serempak . tepat mengenai sasaran, dan langsung mengantarkan qurban ke alam syuhada dan para pahlawan . . . .

Berita tewasnya ‘Ammar ini menjalar bagai angin kencang. Dan mendengar itu Abdullah bangkit serentak, hatinya meledak dan berontak, serunya: “Apa, ‘Ammar tewas terbunuh . . . ? Dan kalian si pembunuh-pembunuhnya . . . ? Kalau begitu, kalianlah pihak yang aniaya. Kalian berperang di jalan yang sesat dan salah . . . !”

Abdullah berkeliling pada barisan Mu’awiyah sebagai juru nasihat, melemahkan semangat mereka dan menyatakan secara blak-blakan bahwa mereka adalah pihak yang aniaya, karena merekalah yang telah membunuh ‘Ammar! Duapuluh tujuh tahun yang lalu, di hadapan sekelompok shahabat-shahabatnya, Rasulullah saw. telah menyampaikan nubuwatnya bahwa ia akan dibunuh oleh pihak yang aniaya … !

Ucapan Abdullah itu disampaikan orang kepada Mu’awiyah, yang segera memanggil ‘Amr dan puteranya itu. Katanya kepada ‘Amr:  “Kenapa tidak anda membungkam anak gila itu. . Jawab Abdullah: “Saya tidak gila, hanya saya dengar Rasulullah mengatakan kepada ‘Ammar, “Kamu akan dibunuh oleh pihak yang aniaya!” “Kalau begitu, kenapa kamu ikut bersama kami?” Tanya Mu’awiyah. Ujar Abdullah: “Yah, karena Rasulullah memerintahku agar taat kepada bapakku. Dan aku telah men­taati perintahnya supaya ikut pergi, tetapi aku tidak ikut ber­perang dengan kamu … !”

Tiba-tiba ketika mereka tengah berbicara itu, masuklah pengawal yang memijita idzin bagi pembunuh ‘Ammar untuk menghadap. “Suruhlah masuk!” seru Abdullah, “dan sampaikan berita gembira kepadanya bahwa ia akan jadi umpan neraka!”
Bagaimana juga tenang dan shabarnya Mu’awiyah, tetapi ia tak dapat mengendalikan amarahnya lagi, lalu bentaknya kepada ‘Amr: “jangan kamu dengarkah katanya itu?” Tetapi dengan ketenangan dan kepasrahan orang yang taqwa, Abdullah kembali menegaskan kepada Mu’awiyah bahwa apa yang dikata­kannya itu barang haq dan bahwa pihak yang membunuh ‘Ammar tidak lain dari orang-orang aniaya dan pendurhaka. Kemudian sambil mengalihkan mukanya kepada bapaknya, katanya:. “Kalau tidaklah Rasulullah menyuruh anakanda agar mentaati ayahanda, tidaklah anakanda akan menyertai perjalanan ayahanda ini.

Mu’awiyah dan ‘Amr pergi keluar memeriksa pasukan. Alangkah terkejutnya mereka ketika mengetahui bahwa anak buahnya sedang mempercakapkan nubuwat Rasulullah terhadap ‘Ammar: “Kamu akan dibunuh oleh pihak yang aniaya!”
Kedua pemimpin itu merasa bahwa desas-desus itu dapat meningkat menjadi tantangan dan pembangkangan terhadap Mu’awiyah. Maka mereka pun memikirkan suatu muslihat, yang kemudian mereka peroleh lalu dilontarkan kepada khalayak ramai, kata mereka:  “Memang benar, bahwa Rasulullah pernah mengatakan kepada ‘Ammar bahwa ia akan dibunuh oleh pihak yang aniaya. Nubuwat Rasulullah itu benar, dan buktinya se­karang ‘Ammar telah dibunuh! Nah, siapakah yang membunuh­nya? Pembunuhnya tidak lain dari orang-orang yang telah mengajaknya pergi ikut berperang . . . !”

Dalam suasana kacau balau dan tak menentu seperti itu, berbagai logika dan alasan akan dapat diberikan! Demikianlah keterangan dan logika Mu’awiyah dan ‘Amr laria dan mendapat pasaran …
Kedua pasukan pun mulai bertempur lagi, sementara Abdul­lah bin ‘Amr kembali ke mesjid dan ibadahnya ….

Abdullah bin ‘Amr menjalani kehidupannya dan tidak mengisinya kecuali dengan mengabdikan diri dan beribadat. Tetapi ikut sertanya pergi ke shifhin semata-mata kepergiannya saja, senantiasa merupakan sumber kegelisahannya. Ingatan itu tak hendak hilang-hilang dari fikirannya, sampai-sampai ia menangis, keluhnya: “Oh, apa perlunya bagiku Shiffin … ! Oh, apa perlunya bagiku memerangi Kaum Muslimin … !”

Pada suatu hari, sewaktu ia sedang duduk-duduk dengan. beberapa orang shahabatnya di mesjid Rasul, lewatlah Husein bin Ali r.a. dan mereka pun bertukaran salam. Tatkala Husein telah berlalu, berkatalah Abdullah kepada orang-orang sekeliling­nya: “Sukakah kalian kutunjukkan penduduk bumi yang paling dicintai oleh penduduk langit … ? Dialah yang baru saja lewat di hadapan kita tadi …. Husein bin Ali .            Semenjak perang Shiffin, ia tak pernah berbicara denganku . . . Sungguh, ridla­nya terhadap diriku, lebih kusukai dari barang berharga apa pun juga … ! “

Abdullah berunding dengan Abu Sa’id al-Khudri untuk berkunjung kepada Husein. Demikianlah akhirnya kedua orang termulia itu bertemu muka di rumah Husein. Lebih dulu Abdul­lah bin ‘Amr membuka percakapan, hingga sampai disebut-sebut soal Shiffin. Husein mengalihkan pembicaraan ini sambil sertanya: “Apa yang membawamu sehingga engkau ikut berperang di fihak Mu’awiyah?”

Ujar Abdullah: “Pada suatu hari aku diadukan bapakku ‘Amr bin ‘Ash menghadap Rasulullah saw., katanya: “Abdullah ini shaum setiap hari dan beribadat setiap malam. Kata Rasul­ullah kepadaku: “Hai Abdullah, shalat dan tidurlah, Serta shaum dan berbukalah, dan taatilah bapakmu . . . !” Maka sewaktu perang Shiffin itu, bapakku mendesakku dengan keras agar ikut pergi bersamanya. Aku pun pergi, tetapi demi Allah tak pernah aku menghunus pedang, melemparkan tombak atau melepaskan anak panah … !” Ia pun menjelaskan apa yang ter­jadi dengan Mu’awiyah tentang ‘Ammar.

Tatkala usianya meningkat yang diberkati itu ketujuh puluh dua tahun …. Ia sedang berada di mushallanya, selagi ia men­dekatkan diri memohon dan munajat ke hadapan Allah Robbul Alamin, bertashbih dan bertahmid, tiba-tiba ada suara memanggil untuk melakukan perjalanan jauh, yaitu perjalanan abadi yang takkan kembali ….

Disambutnya panggilan itu dengan hati yang telah lama rindu, dan terbang melayanglah ruhnya menyusul teman-temannya yang telah mendahuluinya mendapat kebahagiaan, sementara suara hiburan menghimbaunya dari Rafiqul A’la:
“Wahai jiwa yang tenang tenteram!
Kembalilah kamu kepada Tuhanmu dalam keadaan ridla dan diridlai … !
Maka masuklah dalam golongan ummat-Ku dan masuklah ke dalam sorga-Ku …!”


60 Sahabat Nabi: Abdullah Bin 'Amr Bin 'Ash, Tekun Beribadat Dan Bertaubat 60 Sahabat Nabi: Abdullah Bin 'Amr Bin 'Ash, Tekun Beribadat Dan Bertaubat Reviewed by Himam Miladi on June 18, 2014 Rating: 5

60 Sahabat Nabi: Abdurrahman Bin Abi Bakar, Pahlawan Sampai Saat Terakhir

June 17, 2014

Ia merupakan lukisan nyata tentang kepribadian Arab dengan segala kedalaman dan kejauhannya . . . . Sementara bapaknya adalah orang yang  pertama beriman, dan “Shiddiq” yang memiliki corak keimanan yang tiada taranya terhadap Allah dan Rasul-Nya, serta orang kedua ketika mereka berada dalam gua.

Tetapi Abdurrahman termasuk salah seorang yang keras laksana batu karang menyatu menjadi satu, senyawa dengan Agama nenek moyangnya dan berhala-berhala Quraisy … !
Di perang Badar ia tampil sebagai barisan penyerang di pihak tentara musyrik.
Dan di perang Uhud ia mengepalai pasukan panah yang dipersiapkan Quraisy untuk menghadapi Kaum Muslimin . . . . Dan sebelum kedua pasukan itu bertempur, lebih dulu seperti biasa dimulai dengan perang tanding. Abdurrahman maju ke depan dan meminta lawan dari pihak Muslimin. Maka bangkit­lah bapaknya yakni Abu Bakar Shiddiq r.a. maju ke muka melayani tantangan anaknya itu …. Tetapi Rasulullah menahan shahabatnya itu dan menghalanginya melakukan perang tanding dengan puteranya sendiri ….

Bagi seorang Arab asli, tak ada ciri yang lebih menonjol dari kecintaannya yang teguh terhadap apa yang diyakininya . . . . . Jika ia telah meyakini kebenaran sesuatu agama atau sebuah pendapat, maka tak ubahnya ia bagai tawanan yang diperbudak oleh keyakinannya itu hingga tak dapat melepaskan diri lagi. Kecuali bila ada keyakinan baru yang lebih kuat, yang memenuhi rongga akal dan jiwanya tanpa syak wasangka sedikit pun, yang akan menggeser keyakinannya yang pertama tadi.

Demikianlah, bagaimana juga hormatnya Abdurrahman kepada bapaknya, serta kepercayaannya yang penuh kepada kematangan akal dan kebesaran jiwa serta budinya, namun keteguhan hatinya terhadap keyakinannya tetap berkuasa hingga tiada terpengaruh oleh keislaman bapaknya itu. Maka ia berdiri teguh dan tak beranjak dari tempatnya, memikul tanggung jawab aqidah dan keyakinannya itu, membela berhala-berhala Quraisy dan bertahan mati-matian di bawah bendera dan panji-panjinya, melawan Kaum Mu’minin yang telah siap mengurbankan jiwanya.

Dan orang-orang kuat semacam ini, tidak buta akan ke­benaran, walaupun untuk itu diperlukan waktu yang lama. Kekerasan prinsip, cahaya kenyataan dan ketulusan mereka, akhir kesudahannya akan membimbing mereka kepada barang yang haq dan mempertemukan mereka dengan petunjuk dan kebaikan.

Dan pada suatu hari, berdentanglah saat yang telah ditetap­kan oleh taqdir itu, yakni saat yang menandai kelahiran baru dari Abdurrahman bin Abu Bakar Shiddiq . . . . Pelita-pelita petunjuk telah menyuluhi dirinya, hingga mengikis habis baying-­bayang kegelapan dan kepalsuan warisan jahiliyah. Dilihatnya Allah Maha Tunggal lagi Esa di segala sesuatu yang terdapat di sekelilingnya, dan petunjuk Allah pun mengurat-mengakar pada diri dan jiwanya, hingga ia pun menjadi salah seorang Muslim . . . !
Secepatnya ia bangkit melakukan perjalanan jauh menemui Rasulullah untuk kembali ke pangkuan Agama yang haq. Maka bercahaya-cahayalah wajah Abu Bakar karena gembira ketika melihat puteranya itu bai’at kepada Rasulullah saw.

Di waktu kafirnya la adalah seorang jantan! Maka sekarang ia memeluk Islam secara jantan pula! Tiada sesuatu harapan yang menariknya, tiada pula sesuatu ketakutan yang mendorongnya
Hal itu tiada lain hanyalah suatu keyakinan yang benar dan tepat, yang dikaruniakan oleh hidayah Allah dan taufik-Nya! Dan mulai saat itu Abdurrahman pun berusaha sekuat tenaga untuk menyusul ketinggalan-ketinggalannya selama ini, baik di jalan Allah, maupun di jalan Rasul dan orang-orang Mu’min.

Di masa Rasulullah saw. begitupun di masa khalifah-khalifah sepeninggalnya, Abdurrahman tak ketinggalan mengambil bagian dalam peperangan, dan tak pernah berpangku tangan dalam jihad yang aneka ragam ….
Dalam peperangan Yamamah yang terkenal itu, jasanya amat besar. Keteguhan dan keberaniannya memiliki peranan besar dalam merebut kemenangan dari tentara Musailamah dan orang-orang murtad . . . . Bahkan ialah yang menghabisi riwayat Mahkam bin Thufeil, yang menjadi otak perencana bagi Musai­lamah, dengan segala daya upaya dan kekuatannya ia berhasil mengepung benteng terpenting yang digunakan oleh tentara murtad sebagai tempat yang strategis untuk pertahanan mereka.
Tatkala Mahkam rubuh disebabkan suatu pukulan yang menentukan dari Abdurrahman, sedang orang-orang sekelilingnya lari tunggang langgang, terbukalah lowongan besar dan luas di benteng itu, hingga prajurit-prajurit Islam masuk berlompatan ke dalam benteng itu . . . .

Di bawah naungan Islam sifat-sifat utama Abdurrahman bertambah tajam dan lebih menonjol. Kecintaan kepada ke­yakinannya dan kemauan yang teguh untuk mengikuti apa yang dianggapnya haq dan benar, kebenciannya terhadap bermanis mulut dan mengambil muka, semua sifat ini tetap merupakan sari hidup dan permata kepribadiannya. Tiada sedikit pun ia terpengaruh oleh sesuatu pancingan atau di bawah sesuatu tekanan, bahkan juga pada saat yang amat gawat, yakni ketika Mu’awiyah memutuskan hendak memberikan bai’at sebagai khalifah bagi Yazid dengan ketajaman senjata!

Mu’awiyah mengirim surat bai’at itu kepada Marwan guber­nurnya di Madinah dan menyuruh dibacakannya kepada Kaum Muslimin di mesjid. Marwan melaksanakan perintah itu, tetapi belum lagi selesai ia membacakannya, Abdurrahman bin Abu Bakar pun bangkit dengan maksud hendak merubah suasana hening yang mencekam itu menjadi banjir protes dan perlawanan keras katanya:  “Demi Allah, rupanya bukan kebebasan memilih yang anda berikan kepada ummat Nabi Muhammad saw., tetapi anda hendak menjadikannya kerajaan seperti di Romawi hingga bila seorang kaisar meninggal, tampillah kaisar lain sebagai penggantinya … !”

Saat itu Abdurrahman melihat bahaya besar yang sedang mengancam Islam, yakni seandainya Mu’awiyah melanjutkan rencananya itu, akan merubah hukum demokrasi dalam Islam di mana rakyat dapat memilih kepala negaranya secara bebas, menjadi sistem monarki di mana rakyat akan diperintah oleh raja-raja atau kaisar-kaisar yang akan mewarisi takhta secara turun temurun … !
Belum lagi selesai Abdurrahman melontarkan kecaman keras ini ke muka Marwan, ia telah disokong oleh segolongan Muslimin yang dipimpin oleh Husein bin Ali, Abdullah bin Zubeir dan Abdullah bin Umar.

Di belakang muncul beberapa keadaan mendesak yang memaksa Husein, Ibnu Zubeir dan Ibnu Umar berdiam diri terhadap rencana bai’at yang hendak dilaksanakan Mu’awiyah dengan kekuatan senjata ini. Tetapi Abdurrahman tidak putus-­putusnya menyatakan batalnya baiat ini secara terus terang!
Mu’awiyah mengirim utusan untuk menyerahkan uang kepada Abdurrahman sebanyak seratus ribu dirham dengan maksud hendak membujuknya. Tetapi Abdurrahman melempar­kan harta itu jauh-jauh, lalu katanya kepada utusan Mu’awiyah: “Kembalilah kepadanya dan katakan bahwa Abdurrahman tak hendak menjual Agamanya dengan dunia … !”

Tatkala diketahuinya setelah itu bahwa Mu’awiyah sedang bersiap-siap hendak melakukan kunjungan ke Madinah, Abdur­rahman segera meninggalkan kota itu menuju Mekah. Dan rupanya iradat Allah akan menghindarkan dirinya dari bencana dan akibat pendiriannya ini ….
Karena baru saja ia sampai di luar kota Mekah dan tinggal sebentar di sana, ruhnya pun berangkat menemui Tuhannya. Orang-orang mengusung jenazahnya di bahu-bahu mereka dan membawanya ke suatu dataran tinggi kota Mekah lalu memakam­kannya di sana, yakni di bawah tanah yang telah menyaksikan masa jahiliyahnya …. dan juga telah menyaksikan masa Islam­nya . . . ! Yakni keislaman seorang laki-laki yang benar, berjiwa bebas dan kesatria … !


60 Sahabat Nabi: Abdurrahman Bin Abi Bakar, Pahlawan Sampai Saat Terakhir 60 Sahabat Nabi: Abdurrahman Bin Abi Bakar, Pahlawan Sampai Saat Terakhir Reviewed by Himam Miladi on June 17, 2014 Rating: 5
Powered by Blogger.