Perang Aceh, Semangat Jihad Dan Spirit Subuh Berjamaah 1212

December 11, 2016


"Siapa yang ingin berjihad di jalan Allah, saya tunggu di bukit ini ba'da Subuh"


Kalimat di atas sangat melekat dibenak saya, meski sudah lama saya mendengarnya disebuah film kepahlawanan berjudul Cut Nyak Dien. Kisah kepahlawanan para pejuang Aceh yang gagah perkasa melawan penjajah Belanda ketika itu. Kalimat penuh semangat dan mengandung ruh jihad itu diucapkan oleh seorang panglima perang Aceh, Teuku Umar dihadapan para pejuangnya.

Saya sempat bertanya, "Kenapa ba'da Subuh ?"

Kala itu, jawaban yang saya dapat sangat polos, lumayan masuk akal, namun cukup menggelikan kalau dipikir-pikir. "Orang-orang Belanda itu kan nggak sholat Subuh, jadi kalau pasukan Aceh menyerbu ba'da Subuh, pasukan Belanda masih tidur dan tidak siap menghadapi serangan".

Seiring dengan waktu, saya mendapatkan jawaban yang mudah-mudahan lebih tepat untuk pertanyaan "Kenapa ba'da Subuh ?"

Diantara lima waktu sholat wajib, Subuh dianggap paling berat meskipun jumlah rekaat nya paling sedikit. Bangun Subuh, mendirikan sholat dan berjemaah di mesjid adalah perjuangan berat bagi sebagian orang.
Bangunnya saja perlu perjuangan, beberapa mata tak sanggup terbuka, sebagian bangun dengan bermalas-malasan, ada yang terbangun kemudian terlelap lagi, ada yang bergerak hanya untuk mengambil selimut dan melanjutkan mimpi, dan ada pula yang tak bergerak sama sekali dan terus mendengkur.

Ada orang-orang yang perlu bantuan orang lain untuk bangun Subuh.
Kalaupun sudah bangun, ada yang menunda-nunda sholatnya. Ada pula mendirikan sholatnya dalam keadaan malas, itu terlihat dari gerakan sholatnya yang terburu-buru atau dari sikap berdirinya yang tidak tegap. Dan ada loh yang sholat sambil matanya terpejam atau sholatnya sambil berkali-kali menguap.
Sampai disini sebenarnya sudah lumayan bagus, yang penting masih mau sholat Subuh. tetapi bagi orang-orang yang lebih beriman, ketika Adzan berkumandang ia akan semangat bergegas membasuh muka dan berwudhu. Bahkan sebagian lainya menyesal jika hanya terbangun pada saat Adzan, sebab ia biasanya bangun disepertiga malam (sholat tahajud) dan tak tidur lagi sampai waktu Subuh. Orang-orang ini rela mengorbankan kenikmatan tidurnya serta meminimalkan istirahatnya.

Kesungguhannya semakin teruji ketika ia memilih untuk "membelah" fajar, menerobos udara dingin menuju mesjid untuk sholat berjemaah.
Orang-orang yang bersungguh-sungguh diwaktu Subuh inilah yang dipilih, seperti Muhammad yang terpilih untuk mengangkat Hajar Aswad karena tiba di Ka'bah lebih dahulu.

Maka wajar jika Teuku Umar meminta para pejuangnya berkumpul persis ba'da Subuh, karena ia hanya ingin berjuang bersama orang-orang yang memiliki semangat pengorbanan, yang jiwanya dipenuhi kesungguhan rata-rata kebanyakan orang lainnya.
Mereka yang tak bangun Subuh, bukan saja tertinggal tak ikut berjuang, melainkan memang tak dibutuhkan sama sekali dalam perjuangan karena dianggap tak bersungguh-sungguh.

Pagi tadi, Ummat islam Indonesia kembali menggelorakan semangat jihad melalui gerakan subuh berjamaah 1212 di beberapa masjid raya di berbagai kota di Indonesia. Gerakan sholat subuh berjamaah ini hendaknya bisa menjadi semangat baru bagi kaum muslim Indonesia, semangat untuk semakin mendekatkan diri pada Ilahi, semangat untuk semakin memberikan warna persatuan bagi ummat islam, dan semangat untuk berjihad demi kemuliaan Islam.

Hanya saja, jangan sampai semangat subuh berjamaah ini hanya terpaku pada satu waktu, dan satu gerakan saja. Semangat dan kesungguhan yang diperoleh dari kebiasaan sholat Subuh, bisa kita terapkan dalam mengatasi berbagai masalah kehidupan. Seberat apapun masalah, pasti ada jalan keluarnya.

Masalahnya adalah apakah kita memiliki semangat dan kesungguhan di atas rata-rata untuk mencari jalan keluar nya ? Jika belum, mungkin ada baiknya kita mulai dengan sama-sama memperbaiki Subuh kita. Mau ? 
Perang Aceh, Semangat Jihad Dan Spirit Subuh Berjamaah 1212 Perang Aceh, Semangat Jihad Dan Spirit Subuh Berjamaah 1212 Reviewed by Himam Miladi on December 11, 2016 Rating: 5

Berburu Sunrise di Pantai Matahari Terbit

October 15, 2016
Jarum jam menunjukkan pukul 05.15 WITA ketika motor yang saya kendarai menyusuri jalan raya Puputan. Tujuannya, adalah memburu sunrise (matahari terbit) di salah satu spot terbaik di Bali, yakni Pantai Matahari Terbit. Suasana jalan masih remang-remang gelap, tak banyak kendaraan yang melaju.

Dari Puputan ke Pantai Matahari terbit, saya hanya memerlukan waktu tak kurang dari 10 menit, terlebih karena jalanan masih lengang. Pantai Matahari Terbit, yang terletak di sisi utara pantai Sanur merupakan spot terbaik dan favorit para pemburu foto pemandangan sunrise. Dari pantai yang menghadap langsung lautan lepas arah timur, kita bisa menyaksikan kemunculan sang Surya di ufuk timur, tepat di belakang pulau Nusa Lembongan yang tampak dari kejauhan. Untuk masuk di kawasan pantai Matahari Terbit, anda cukup membayar retribusi 2000 rupiah untuk motor dan 5000 rupiah untuk yang membawa mobil. 

Pagi itu, saya rupanya datang lebih awal. Belum nampak kerumunan para pemburu sunrise lainnya. Namun, sudah terlihat beberapa rombongan pemancing yang hendak berangkat memancing di laut lepas. Mereka biasanya menyewa jukung atau perahu-perahu yang sudah tersedia. Sepanjang pantai Sanur, termasuk juga pantai Matahari terbit ini adalah pintu keberangkatan bagi mereka yang hendak menyeberang ke Nusa Lembongan.

Setelah mengambil tempat yang baik, saya pun menunggu kemunculan sang Surya. Perlahan, semburat jingga nampak di ufuk timur. Ketika saya lihat berkeliling, rupanya Pantai sudah mulai ramai oleh para pemburu sunrise. Mereka pun berpencar, mengambil posisi favorit untuk mengambil pemandangan sunrise seindah mungkin. Tripod-tripod mulai ditegakkan, kamera diatur fokus dan pencahayaannya.





Dan tak lama kemudian, benda angkasa raksasa yang dinanti pun muncul juga. Sayang, ada sedikit bercak mendung di angkasa yang menghalangi sinar lembayung milik sang Surya. Meski begitu, tak menghalangi keindahan pemandangan yang tercipta dari Tangan Sang Kuasa ini. Matahari, muncul perlahan tepat di belakang pulau Nusa Lembongan. Waktu kemunculan, yang biasanya membentuk pemandangan sunrise terindah, hanya sekitar 5 menit saja. 



Setelah itu, sinar sang Surya akan merekah semakin lebar dan menyilaukan. Meski begitu, pagi ini sinar Surya masih bisa dinikmati sedikit lebih lama karena adanya awan mendung yang berpencar.



Berburu Sunrise di Pantai Matahari Terbit Berburu Sunrise di Pantai Matahari Terbit Reviewed by Himam Miladi on October 15, 2016 Rating: 5

Awkarin, Anya Geraldine, Dan Janji Pertolongan Allah Yang Kita Andalkan

October 13, 2016



Berhari-hari saya menahan diri, saat ramai orang membahas Awkarin beberapa waktu lalu.
Remaja pinter berjilbab dari kota kecil, yang kemudian pindah sekolah ke Jakarta, dan menjadi liar dan murahan kemudian.

Anehnya, keLIARan gadis ini, digemari di kalangan remaja dunia maya,
dan bahkan gadis ini bisa dapat uang banyak dari potensi para followernya.
Disebut-sebut, dari popularitasnya, Awkarin bisa dapat bayaran sampai 25juta perbulan, untuk jasa endorse produk-produk yg segmen-nya adalah remaja.
Wow!

Saya tahan untuk tidak menulis tentang Awkarin saat itu,
karena saya yakin, apa yang akan saya tulis, akan sama saja dengan komentar dan 'omelan' emak-emak yang menghiasi Vlog dan akun Sosmed Awkarin.
Tentang moral,
dan tentang agama.

Tapi ternyata..
Beberapa bulan kemudian, Muncul another Awkarin,
Anya Geraldine, alias Nur Amalina Hayati, nama aslinya.
Sama seperti Awkarin, gadis remaja belasan tahun ini juga gemar sekali membagikan video kisah cintanya yang lebih liar dari gaya pacaran Awkarin.
Pertama kali melihat video Anya, saya langsung marah...
Kok bisa!
Kok bisa, saya yang udah menikah 10 tahun lebih... Belum pernah bulan madu di hotel mewah yang lansug berhadapan dengan kolam renang yang juga ada jacuzzinya
Ini kok anak ingusan belasan tahun, nikah enggak,
pacaran baru hitungan bulan..
Kok sudah bulan madu mewah..
Kok bisa?! Mengapa?
Hush!
Salah!
Maksudnya.. Kok bisa.. Remaja begituuuuuuu..
Ini Indonesia kan?
Masih negara dengan muslim terbanyak kan?

Well
Mundur sejenak kebelakang, tahun 2000-an.
Setiap kita, punya zaman.

Waktu Jaman sekolah saya dulu.. Juga ada tokoh sekaliber Awkarin dan Anya,
Jadi FIX, Awkarin bukan 'simbol seks remaja' pertama..
Hanya saja,
Ada 'tokoh'
Di jamannya masing-masing,
Dan dengan level perosotan moral yang sama-sama makin menurun.

Sahabats..
Jaman makin rusak..
Sekeras apapun kita memproteksi internet, agar menjadi internet sehat bagi anak-anak kita..
Sekuat apapun, kita lindungi tontonan anak-anak kita, agar jauh dari tontonan kemaksiatan..
Dunia luar tetap waspada untuk memangsa mereka..
Dunia luar tetap memaksa anak kita mendengar dan melihat hal-hal yg kita tutup-tutupi dan sembunyikan dirumah..
Sehingga..
Pada akhirnya kita hanya akan mengandalkan pertolongan ALLAH saja..
Agar anak-anak saya kelak,
Mengigit erat sunnah Rasulullah dengan gigi gerahamnya,
Erat-se-erat-erat-nya! Agar tak terlepas!
Meski semua orang akan menyebutnya pengecut karena tak mau berbaur dengan kemaksiatan.

Saya akan Berusaha keras membawa pulang harta halal saja..
meski sampai mati kelak,
kami tetap hanya tinggal dari satu rumah kontrakan ke rumah kontrakan lainnya, karena keterbatasan..
Tak apa!
Semuanya, hanya Agar kelak ALLAH berkenan menguatkan anak-anak kami,
Agar kuat menggenggam panasnya bara api Istiqomah ber-agama.
Ditengah dunia yang semakin tua dan semakin gila.
Ya!
Sungguh,
Sebagai orang tua..
Pertolongan ALLAH saja yang bisa kita andalkan..
Hanya ALLAH saja..
Sungguh hanya ALLAH saja..



Maka, tiada henti saya berdo'a sebagaimana do'a Nabi Ibrahim untuk keturunannya.....

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
(Rabbi habli minash shalihin)
“Wahai Rabbku, berilah aku keturanan yang shalih.” (Al Qashshash: 110).


*diambil dari status FB seorang teman
Awkarin, Anya Geraldine, Dan Janji Pertolongan Allah Yang Kita Andalkan Awkarin, Anya Geraldine, Dan Janji Pertolongan Allah Yang Kita Andalkan Reviewed by Himam Miladi on October 13, 2016 Rating: 5

Ghirah Dan Jiwa Kaum Muslim Yang Hilang

October 06, 2016
“Sangat awaslah kalau harta bendanya tersinggung tetapi tak ada perasaannya apabila agamanya kena musibah”
~ Ali bin Abi Thalib, karomallohu wajhah ~

Pernah mendengar kisah pengepungan dan pengusiran kaum Bani Qainuqa' dari bumi Madinah?
Menurut ahli tafsir dan sejarah islam, salah satu penyebab dari peperangan yang terjadi setelah perang Badar ini adalah ketika salah seorang Yahudi Madinah mengganggu seorang Muslimah dengan mengikatkan ujung pakaian bagian belakang Muslimah tersebut ke bagian yang lainnya. Sehingga ketika sang wanita itu bangkit dari duduknya tersingkaplah aurat bagian belakangnya. Dia pun berteriak meminta tolong kepada kaum Muslimin. Salah seorang kaum Muslimin yang mendengar teriakan ini, bergegas datang menolongnya dan berhasil membunuh si Yahudi jahil tersebut. Melihat temannya diserang, serta merta kaum Yahudi menyerbu lelaki Muslim itu sehingga meninggal juga. Kaum Muslimin yang menyaksikan peristiwa ini meminta tolong kepada kaum Muslimin lainnya untuk melawan kaum Yahudi, sehingga terjadilah sesuatu yang tidak diinginkan antara kaum Muslimin dengan kaum yahudi, Bani Qainuqa’ yang berujung pada perintah Rasulullah untuk mengepung kaum Bani Qainuqa' hingga mereka terusir dari Madinah.

Dalam bukunya Ghirah dan Tantangan Terhadap Islam, Buya Hamka menuturkan kisah ini secara khusus dan gamblang. Peristiwa penghinaan seorang muslimah dalam fakta sejarah diatas disebut Buya Hamka sebagai sebuah Ghirah (cemburu; menjaga syaraf diri).

Menurut Buya, Ghirah adalah simbol masih hidupnya jiwa seseorang, utamanya seorang muslim. Artinya, jika sudah tak ada lagi ghirah ini, mengutip pernyataan Buya Hamka, “Ucapkanlah takbir empat kali ke dalam tubuh ummat Islam itu. Kocongkan kain kafannya lalu masukkan ke dalam keranda dan hantarkan ke kuburan.” (hal. 8) Demi menegaskan, Buya Hamka sengaja menyatakan kalimat serupa makna dengan ini di beberapa tempat. Ghirah inilah tanda bahwa kita masih hidup, begitu penulis Tafsir Al-Azhar ini hendak berpesan kepada kita.

Ghirah terhadap agama, sebagaimana dikatakan oleh Ali r.a. di atas adalah sebuah keniscayaan bagi seorang muslim. Sehingga tidak bisa kita menegasikan dengan ketentuan bahwa agama Allah akan menang dengan sendirinya walaupun tidak kita bela. Bukankah Mahakaya, Mahaperkasa, dan tidak membutuhkan makhluk-Nya? Allah ialah Al-Qayyuum, Maha Berdiri Sendiri. Kuasa Allah memelihara Islam sebagai undang-undang-Nya tidak boleh diragukan. Namun, ketahuilah bahwa janji Allah memenangkan Islam ialah satu hal, sedangkan kewajiban kita membelanya adalah hal lain. Ghirah terhadap Islam ini adalah kebutuhan kita sendiri, bukan untuk Allah. Maka, sudah sepantasnya kita bereaksi tatkala Islam dilecehkan.

Bahkan seorang Mahatma Gandhi, yang toleran, tidak fanatik, dan selalu menghargai perbedaan, ternyata dalam beberapa kesempatan ia juga tidak bisa menafikan perlunya ghirah terhadap agamanya, Hindu. Apakah ini salah? Tentu tidak. Asalkan perwujudan kecemburuan seseorang terhadap agamanya masih dalam koridor yang bisa diterima. Sekali lagi, karena ghirah itu adalah nyawa dan jiwa. Raga kita tiada berguna manakala ia telah tiada.
Ghirah Dan Jiwa Kaum Muslim Yang Hilang Ghirah Dan Jiwa Kaum Muslim Yang Hilang Reviewed by Himam Miladi on October 06, 2016 Rating: 5

Kisah Seorang Kyai Dan Kendaraan Mewahnya

October 04, 2016
Alkisah ada seorang kyai membeli mobil mewah seharga hampir 750 jt. 
Padahal, dirumahnya sudah ada mobil yang juga cukup mahal, kira-kira seharga 500 jt-an.
Dipakailah mobil mewah dengan plat F 1 FM itu untuk pengajian.

Suatu ketika ada seorang tamu datang ke kediaman Kyai bersilaturahim.
Melihat dua mobil mewah terparkir di depan rumah, si tamu pun tak betah menahan tanya :
"Mohon maaf Kyai...
itu mobil mewah punya Kyai..?"
"Ya....
itu mobil saya. 
Kenapa..?"
Tanya balik Kyai.
"Enggak apa-apa, Kyai..
Ngomong-ngomong harganya berapa, kok keren banget?” 
Si tamu makin kepo.
Kyai pun menjawab :
"Ah itu mobil murah, 
Cuma Rp. 735 jt”
Mendengar jawaban sang kyai, tamu pun tercengang.
Mungkin benaknya memberontak, tak percaya dengan apa yang dilihatnya : 
("Mana mungkin seorang kiai yang kesibukanya mengajar di pesantren mampu membeli mobil dengan harga fantastis..?!")
Entah apa yang dipikirkan, si tamu tiba-tiba memberanikan diri untuk menegur sang kiai. :
"Mohon maaf, kyai..
Anda ini seorang kyai kenapa Anda mengajarkan kepada santri untuk cinta dengan duniawi..?”
"Kok bisa..?!” 
Sahut Kyai
"Ya jelas...
karena Kyai membeli mobil mewah,
Padahal sudah punya mobil mahal.” jawab tamu.
Kyai-pun menanggapinya dengan dingin : 
"Kalau orang melihat saya beli mobil,
Lalu mereka ingin seperti saya, 
Kenapa kalau saya shalat malam orang tidak ingin seperti saya..?!
Kalau saya dzikir malam 
kenapa mereka tak ingin seperti saya..?! 
Kalau saya rutin shalat dluha
kenapa mereka tak ingin seperti saya..?!
Kalau saya berbuat baik 
kenapa orang tak ingin berbuat baik seperti saya..?!”
Mendengar jawaban sang kiai, si tamu pun terdiam. 
Tampak merenung dengan apa yang disampaikan oleh Kyai.
Ia-pun tersadar bahwa dirinya terkena wabah iri terhadap hal-hal duniawi,
bukan iri terhadap hal-hal ukhrawi.
Sesungguhnya cinta dunia tidak diukur dari seberapa besar harta yang dimiliki. 
Zuhud seseorang bergantung pada sikap batinnya.

Seseorang yang memiliki kecenderungan hati pada kesenangan duniawi, 
Meski tampak tak punya harta sama sekali, itu sudah termasuk masuk cinta dunia
(hubbud dunya). 
Kisah Seorang Kyai Dan Kendaraan Mewahnya Kisah Seorang Kyai Dan Kendaraan Mewahnya Reviewed by Himam Miladi on October 04, 2016 Rating: 5

BerQurban lah Dengan Rasa Berat Hati!

September 12, 2016
Membaca judul diatas, tentu bikin bingung pembaca bukan? Mengapa berqurban harus dengan rasa berat hati? bukankah justru setiap amal ibadah yang kita lakukan harus ikhlas?

Sabar-sabar, jangan buruan esmosi dulu. Tapi beneran lho berqurban itu mindsetnya beda sama orang infak atau sedekah. Kalau infak atau sedekah itu tujuannya untuk membersihkan harta duniawi kita. Jelas beda dengan tujuan qurban.

Bedanya dimana?

Ingat nggak kita ini disyariatkan berqurban meneladani siapa? Yup, ibadah qurban saat ini adalah ibadah yang menapaktilasi apa yang dikerjakan Nabi Ibrahim alaihissalam, atas perintah Allah beliau diminta menyembelih Nabi Ismail. Pertanyaannya apakah Nabi Ibrahim saat menerima perintah Allah tersebut dengan ringan hati langsung menuruti? Tentu saja tidak! Nabi Ibrahim sangat berat untuk mengorbankan buah hati kesayangannya tersebut.

Bayangin coba, betapa tidak berat, sekian lama  puluhan tahun berdoa meminta dikaruniai anak,  baru dikabulkan Allah konon saat usia Ibrahim 100 tahun. Setelah punya anak... eh, disuruh ninggal di padang pasir.  Kebayang nggak perasaan saat itu. Pisah jauh, boleh ketemu lagi setelah anak bisa diajak bermain dan bekerja. Nah pas Nabi Ismail sudah gede, pertemuan menjadi sebuah euforia.. eh malah disuruh menyembelih.

Seandainya kita yang dapat perintah seperti itu, mungkin kita mutung kepada Allah. Kita protes seprotes-protesnya. Tapi tahu nggak, itu iblis gemes banget lihat Ibrahim-Ismail dan berusaha menggagalkan ketaatan anak dan bapak ini sebisa mungkin.

Kok ya ndelalah, Ismail juga anak yang sholeh dan taat, sehingga saat ayahnya menyampaikan kabar ini, dia oke saja.
Lah anak sekarang pintar-pintar, dibilang ayah mendapat perintah menyembelih kamu...bisa-bisa menjawab... kenapa ga abah aja yang udah tua-an.. hahaha. Mikir...

Begitulah... Kadang Allah itu menguji hamba yang paling dicintainya aja, berat kayak gitu.. lha apalagi kita. Makanya Allah bisa jadi gemes kalo ada hamba yang mendapat ujian terus berkata... Why me God.. why me?? Allah menjawab, why not? Apa istimewamu sampe berkata demikian... wong hamba hambaNya yang paling taatpun... ujiannya ugal-ugalan sadis begitu.

Berqurban beda dengan sedekah. Berqurban adalah tindakan yang kita (sebenarnya) berat untuk melakukannya. Jadi parameter berqurban adalah ada rasa berat hati, ‘rasa’ kehilangan yang melukai kita. Bila kita berqurban tapi merasa ikhlas banget... biasanya karena kurang besar. Sudah bagus sebenarnya, karena kita mau menyisihkan sebagaian rejeki kita pada orang lain serta mencoba taat pada perintah Allah, tapi bila kita ingin memperoleh derajat lebih tinggi dan makna qurban yang mendalam... cobalah untuk memberikan yang kita cintai (harta) sampai pada batas kita berat melepaskannya (Berqurban).

Satu kambing merasa ringan... cobalah dua atau tiga. Masih merasa enteng, cobalah sapi. Punya mobil dan beberapa rumah... cobalah dua atau tiga sapi. Berapa saja...sampai pada batas anda ndredeg gemetaran (berat) dalam melepaskan harta anda.

Namun, bila satu kambing saja anda sudah merasa berat, gemeteran... maka selamat!

Karena melepaskan harta dunia dengan berat maka anda sudah masuk kategori berqurban dan memilih menaati perintah Allah saja daripada terus memeluk harta.  Sekali lagi SELAMAT! Anda sudah berhasil menyembelih ego dan rasa cinta anda pada harta.

Saya jadi ingat seorang ustadz pernah berpesan... banyak diantara kita takut mati, karena kita telalu sibuk mengumpulkan sesuatu yang tidak akan kita bawa “pulang” dan kita lupa mempersiapkan bekal semestinya yang seharusnya kita bawa saat kembali.

Kadang, untuk masuk sekolah atau universitas negeri favorit, jurusan tertentu yang diprediksi memberikan masa depan cerah atau masuk menjadi pegawai, kita rela berkorban puluhan bahkan ratusan juta dan  bisa jadi mendholimi orang lain yang mungkin lebih baik dan lebih berhak.
 
Mumpung masih ada tiga hari Tasyrik, belum terlambat untuk menyembelih saldo rekening anda untuk bekal di bawa “pulang”.


Sudah banyak yang mengingatkan untuk puasa arafah, sholat sunnah, membaca tasbih dan semacamnya. Alhamdulillah, bagus,  namun masih jarang yang mengingatkan untuk menyembelih rekening... karena sepertinya ini yang paling kita cintai (nyentil diri sendiri kok).

Boleh tidak sepakat - Semoga Bermanfaat
Tidak meminta kritik dan saran, karena terlalu ngeri saya membayangkannya, kalo boleh malah mohon bimbingannya.

*copas dari grup Whatsapp


BerQurban lah Dengan Rasa Berat Hati! BerQurban lah Dengan Rasa Berat Hati! Reviewed by Himam Miladi on September 12, 2016 Rating: 5

Ketika Produk Haji Hanya Sebagai Label Dan Gengsi Sosial

September 10, 2016
Banyak orang Arab Saudi yang heran dan bingung dengan kondisi Indonesia. Di satu sisi mereka setiap tahunnya melihat jutaan orang Indonesia berkunjung ke tanah suci baik untuk berhaji maupun umroh. Padahal baik haji maupun umroh hanya diwajibkan bagi yang mampu. Menurut orang Arab Saudi melihat fenomena membludaknya jamaah haji dan umroh, maka secara materi orang Indonesia adalah orang kaya. Maka menjadi pertanyaan dikalangan orang Arab, mengapa Indonesia justru banyak mengirimkan TKW dan TKI nya ke Arab Saudi. Pertanyaan yang sebenarnya gampang dijawab, namun tetap sulit dipahami oleh orang Arab Saudi.

Kebingungan orang Arab Saudi tentu juga menjadi kebingungan banyak pihak di Indonesia. Di tengah antrian panjang calon jamaah haji yang mencapai 5-15 tahun, justru terpampang dengan jelas kemiskinan dan kejahatan korupsi. Membludaknya Pak Haji dan Bu Haji serta calon Pak Haji dan Bu Haji yang jumlahnya mencapai jutaan orang ternyata tak berbanding lurus dengan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Lebih miris lagi ternyata membludaknya Pak Haji dan Bu Haji serta calon Pak Haji dan Bu Haji yang jumlahnya mencapai jutaan orang tersebut ternyata tak berbanding lurus dengan moralitas, kesalehan sosial dan masyarakat madani yang berkeadilan.


Justru berita yang kita dengar dan kita baca adalah tertangkapnya pejabat korup, hakim korup, jaksa korup, polisi korup, ustadz korup, anggota legislative korup dan koruptor-koruptor lainnya yang sebagian diantaranya adalah Pak Haji dan Bu Haji. Justru berita yang kita dengar dan kita baca adalah kemiskinan dan kemelaratan dimana-mana, anak kekurangan gizi, aksi biadab premanisme, saling bunuh sesama saudara, rebutan jabatan dan aksi-aksi kriminal lainnya. Lantas di mana keberadaan jutaan Pak Haji dan Bu Haji serta calon Pak Haji dan callon Bu Haji.


Melihat fenomena yang telah dengan terang benderang digambarkan di atas, maka menjadi pertanyaan kita semua mengapa ibadah haji tidak memberikan perubahan dalam kehidupan sosial masyarakat. Jawabannya bisa jadi karena adanya perubahan paradigma di masyarakat bahwa berhaji hanya untuk memenuhi rukun Islam yang ke lima semata. Tidak lebih dan tidak kurang. Paradigma yang lebih mengutamakan meraih gelar haji daripada esensi dan implikasi produk dari berhaji. Selain itu adanya orang yang berhaji tanpa ilmu dan hanya modal nekad juga hanya melahirkan Pak Haji dan Bu Haji tanpa makna. Bisa jadi ada di antara mereka yang berhaji karena hanya ingin mendapatkan label Pak Haji dan Bu Haji untuk meingkatkan gengsi sosial di masyarakat. Dan bisa jadi ada pula yang berhaji hanya karena ingin menikmati wisata spiritual ke tanah suci semata.

Jika sudah demikian niat dan paradigma yang tertanam di kalangan Pak Haji dan Bu Haji, maka jangan pernah berharap Pak Haji dan Bu Haji akan menjadi lokomotif perubahan menuju masyarakat madani yang sejahtera dan berkeadilan. Karena ketika berhaji hanya dipahami sebagai prosesi ritual dan wisata spiritual semata maka yang lahir dari produk haji hanyalah label haji semata, bukan haji mabrur. Sebab haji mabrur adalah haji yang dapat membawa dampak perubahan spiritual dan sosial di masyarakat. Seorang haji mabrur akan terlihat dari peningkatan kualitas akhlak dan moralitasnya tidak hanya pada saat berhaji tapi juga ketika pulang setelah berhaji. Karenanya balasan setimpal bagi haji mabrur adalah surga.


*Tulisan ini adalah salin ulang dari artikel milik teman Ken Hirai di Kompasiana, dengan judul yang sama yang mana artikelnya sudah tidak ada lagi.
Ketika Produk Haji Hanya Sebagai Label Dan Gengsi Sosial Ketika Produk Haji Hanya Sebagai Label Dan Gengsi Sosial Reviewed by Himam Miladi on September 10, 2016 Rating: 5

Muhasabah Ramadhan

June 04, 2016


Perkenankanlah aku mencintai Mu sebisaku
Dengan segala kelemahanku…
Aku tak sanggup mencintaiMu dengan kesabaran menanggung derita....
Umpama Nabi Ayyub, Musa, Isa hingga Al-Musthafa
Karena itu izinkan aku mencintai Mu
Melalui keluh kesah pengaduanku pada Mu
Atas derita batin dan jasadku
Atas sakit dan ketakutanku

Rabbi…
Aku tak mampu mencintai Mu seperti Abu Bakar,
Yang menyedekahkan seluruh hartanya
Dan hanya meninggalkan Engkau dan Rasul Mu bagi diri dan keluarga.
Atau layaknya Umar yang menyerahkan separuh harta demi jihad
Atau Utsman yang menyerahkan 1000 ekor kuda
untuk syiarkan agama Mu
Atau seperti Ali KarramallahuWajha yg hebat semangat kepahlawanannya.

Maka Ya Allah… Izinkan aku mencintai Mu
Melalui seratus-dua ratus perak yang terulur
Pada tangan-tangan kecil di perempatan jalan
Pada wanita-wanita tua yang menadahkan tangan di tepi-tepi jembatan
Pada makanan-makanan sederhana yang terkirim ke handai taulan.

Ilahi… Aku tak mampu mencintai Mu
Dengan khusyuknya sholat salah seorang sahabat Nabi Mu
Hingga tiada terasa anak panah musuh terhunjam di kakinya
Karena itu Ya Allah…
Perkenankanlah aku tertatih menggapai cinta Mu
Dalam sholat yang coba kudirikan tergesa-gesa
Seraya ingatan kadang melayang ke pelbagai permasalahan dunia

Rabbi..
Aku tak dapat beribadah ala para sufi rahib
Yang membaktikan seluruh malamnya untuk bercinta dengan Mu
Maka izinkanlah aku untuk mencintai Mu dalam satu-dua rakaat malamku
Dalam desah nafas kepasrahan tidurku.

Ya Maha Rahman…
Aku tak mampu mencintaiMu bagai para al hafidz dan hafidzah
Yang menuntaskan kalam Mu dalam satu putaran malam
Dari itu.. Perkenankanlah aku mencintai Mu
Melalui selembar dua lembar tilawah harianku
Lewat lantunan seayat dua ayat hafalanku

Ya Rahim… Aku tak mampu mencintai Mu semisal Sumayyah
Yang mempersembahkan jiwa demi tegaknya agama Mu
Seandai para syuhada yang menjual dirinya dalam jihad
Maka perkenankanlah aku mencintai Mu
Dengan mempersembahkan sedikit bakti
dan pengorbanan untuk dakwah Mu
Maka izinkanlah aku mencintai Mu
Dengan sedikit pengajaran bagi tumbuhnya generasi baru.

Allahu Karim… Aku tak mampu mencintai Mu di atas segalanya
Bagai Ibrahim yang rela tinggalkan putera dan istrinya,
Dan patuh mengorbankan pemuda penyejuk matanya

Maka izinkanlah aku mencintai Mu di dalam segalanya
Dengan mencintai keluargaku
Dengan mencintai sahabat-sahabatku
Dengan mencintai manusia dan alam seluruhnya
Allahu RahmanuRahim, Ilahi Rabbi…
Perkenankanlah aku mencintai Mu semampuku..
Agar cinta itu mengalun dalam jiwa
Agar cinta ini mengalir di sepanjang nadiku selamanya.

Muhasabah Ramadhan Muhasabah Ramadhan Reviewed by Himam Miladi on June 04, 2016 Rating: 5

Bilal The Movie: Film Animasi Epik Muadzin Rasulullah

April 10, 2016

 Dari bagian manakah anda mengenal Bilal Bin Rabah, Sang Muadzin Rasulullah itu?


Pertanyaan itu menyembul dalam pikiran saya tatkala melihat teaser sebuah film animasi berjudul "Bilal: A New Breed Of Hero.
Film ini sebenarnya sudah diproduksi dan ditayangkan di beberapa bioskop luar negeri sejak tahun 2015 kemarin. Sayang, di Indonesia belum ada satu pun bioskop yang ingin mengimpor dan menayangkannya di Indonesia. Padahal, film animasi Bilal ini sangat menarik, baik sebagai tontonan untuk keluarga maupun sebagai sebuah pembelajaran sejarah, terutama bagi umat islam.

Kembali ke pertanyaan diatas, saya, dan tentu juga hampir semua umat muslim sekarang ini mengenal cerita tentang Bilal dimulai tatkala dia sudah menjadi budak di kota Mekkah. Karena kegigihannya untuk memeluk dan mengikuti ajaran Muhammad SAW (agama Islam), Bilal harus menuai siksaan dari majikannya, Umayyah. Hingga akhirnya Bilal dibebaskan oleh Abu Bakar As-Shiddiq. Bilal kemudian turut berjuang disisi Rasulullah SAW, bahkan dipercaya sebagai Muadzin, yakni orang pertama yang mengumandangkan adzan sebagai panggilan sholat bagi kaum muslim.

Seperti itulah inti dari kisah Bilal Bin Rabah yang diceritakan oleh ribuan buku-buku sejarah Islam. Seolah kaum muslim mengenal Bilal hanya setengah kehidupan saja, yakni ketika Bilal sudah dewasa dan langsung menjadi budaknya Umayyah.

Setengahnya lagi, yakni masa ketika Bilal masih kecil hingga dia menjadi budak, itulah yang kini diceritakan melalui film animasi ini oleh Barajoun Entertainment, perusahaan film dari Dubai yang membuat proyek film Bilal ini.

Memang, tak ada bukti sejarah yang otentik yang bisa menceritakan bagaimana masa kecil Bilal bin Rabah. Tapi, keping sejarah yang hilang itu bisa dihadirkan kembali oleh Barajoun Entertainment dengan begitu apik dan epik.

Bilal diperkenalkan sebagai anak bahagia 7 tahun dengan rambut dan bercahaya mata dikepang, hidup di gurun dengan ibu yang cantik (seorang putri Abyssinian) dan adik kecilnya Ghufaira. Suatu hari, kampung tempat tinggal mereka diserang dan dirampok oleh sekelompok orang. Bilal dan adiknya Ghufaira akhirnya menjadi yatim piatu dan dijadikan budak untuk kemudian dijual ke negeri Arab.

Adegan film lalu meloncat ke masa Bilal sudah menjadi seorang remaja dan menjadi budak di kota Mekkah.
Pada saat itu, Mekah adalah sebuah desa berdebu dan Batu Hitam diatas Ka'bah " yang dijadikan Sesembahan "sedang marah" dan "menuntut persembahan". Di Mekkah saat itu berkembang agama lokal yang banyak dikuasai dan dijalankan oleh pedagang-pedagang kaya dan berkuasa. Yang paling berkuasa dan paling jahat adalah Umayyah dan adiknya Shafwan, tuan tanah yang memperbudak Bilal dan adiknya Ghufaira. 

Agama lokal ini akhirnya mendapat tantangan dari agama baru yang disebarkan oleh pengikut Muhammad SAW. Salah seorang pemeluk agama yang baru, merupakan seorang pedagang dan penguasa lokal juga (mungkin maksud dari sang produser adalah menceritakan sosok Abu Bakar As-Shiddiq) mengilhami Bilal untuk memperjuangkan kebebasannya, bersama para budak lainnya. 

Sudah tentu para penguasa lokal kota Mekkah tak ingin melepaskan budak-budak mereka begitu saja. Dan perjuangan Bilal bersama budak-budak lainnya tersebut menjadi klimaks dari film animasi ini.

Bagaimana akhir dari film ini? Sayangnya, film ini harus terhenti di tengah-tengah klimaks perjuangan Bilal memperoleh kebebasan dirinya. Tak ada cerita Bilal masuk Islam, atau bagaimana dia berjuang membela Islam dan menjadi Muadzin Rasulullah. Karena pada bagian after credit film ini cuma tertulis "Perang menanti kita....."

Seolah Barajoun Entertainment, produser film ini mengisyaratkan adanya sekuel dari film animasi Bilal.

Membaca beberapa review film ini, seperti yang saya tulis ulang diatas, membuat saya tak sabar untuk segera menontonnya. Sayang, hingga tulisan ini dibuat, belum ada kabar kapan film ini masuk Indonesia....
Bilal The Movie: Film Animasi Epik Muadzin Rasulullah Bilal The Movie: Film Animasi Epik Muadzin Rasulullah Reviewed by Himam Miladi on April 10, 2016 Rating: 5

Rahasia Surat Ar Rahman

February 15, 2016


Pernahkah membaca Al Qur’an surat Ar-Rahman? Satu hal yang menarik dari kandungan surat Ar-Rahman adalah pengulangan satu ayat yg berbunyi:
فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
"Maka nikmat Tuhan kamu yg manakah yang kamu dustakan?"


Kalimat ini diulang sebanyak 31 kali dalam surat ini, dan mengisi 40% dari total ayat dalam surat Ar Rahman. Apa gerangan makna kalimat tersebut?
Surat Ar-Rahman adalah surat yang memuat retorika yang amat tinggi dari Allah SWT. Setelah Allah menguraikan beberapa nikmat yang dianugerahkan kepada kita, Allah bertanya: “Maka nikmat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan?”
Menarik untuk diperhatikan bahwa Allah menggunakan kata “dusta”, bukan kata “ingkari”, “tolak” atau kata sejenisnya. Seolah Allah ingin menunjukkan bahwa nikmat yang diberikan kepada manusia itu tidak bisa diingkari keberadaannya. Yang bisa dilakukan oleh manusia adalah mendustakannya.
Dusta berarti menyembunyikan kebenaran. Manusia sebenarnya tahu bahwa mereka telah diberi nikmat oleh Allah, tapi mereka menyembunyikan kebenaran itu, mereka mendustakannya!
Ketika kita mendapat uang yang banyak, kita katakan bahwa itu akibat kerja keras kita. Kalau kita berhasil menggondol gelar Sarjana itu dikarenakan kemampuan otak kita yg cerdas. Kalau kita mendapat proyek maka kita katakan bahwa itu akibat karena kita pandai melobby?
Pendek kata, semua nikmat yang kita peroleh seakan-akan hanya karena usaha kita saja. Tanpa sadar kita lupakan peranan Allah, kita sepelekan kehadiran Allah pada semua keberhasilan kita dan kita dustakan bahwa sesungguhnya nikmat itu semuanya datang dari Allah.
Ingatlah… baik kita dustakan atau tidak, semua nikmat yang kita peroleh itu akan ditanya di hari kiamat nanti.
“Sungguh kamu pasti akan ditanya pada hari itu akan nikmat yang kamu peroleh saat ini” (QS. 102: 8)
Tidak patutkah kita bersyukur kepada-NYA? Mari mengucap Alhamdulillah sebagai bagian (minimal) dari rasa syukur kita.

YAA SYAKUURU A’INNAA ‘ALAA SYUKRIKA
(Ya Allah Yang Maha Menerima Syukur, berikanlah kami kemampuan untuk selalu bersyukur kepada-Mu).
Rahasia Surat Ar Rahman Rahasia Surat Ar Rahman Reviewed by Himam Miladi on February 15, 2016 Rating: 5

Ketika Mas Gagah Pergi Membuatku Malu....

February 10, 2016


Sepanjang pengalaman saya menonton film Indonesia, cuma ada dua film yang mampu menarik perhatian saya. Bukan lantaran film tersebut termasuk kategori Box Office, tapi karena pesan yang disampaikan dalam film tersebut begitu mengena dan terasa seperti sebuah cermin besar yang bisa menelanjangi diri saya pribadi.

Film pertama adalah Cut Nya' Dhien yang dibintangi oleh Christine Hakim. Dalam film tersebut, ada sebuah adegan yang mampu menyampaikan pesan religius begitu kuatnya. Ini akan saya uraikan lebih lanjut dalam sebuah tulisan khusus.

Sedangkan film yang kedua adalah film baru, Ketika Mas Gagah Pergi....
Setidaknya, menurut saya ada beberapa adegan yang membuat saya menjadi malu sendiri, adegan yang seakan menelanjangi saya bulat-bulat karena menyampaikan sebuah pelajaran yang berharga akan arti religiutas pada diri saya. Nah …saya tak bermaksud mengulas film ini dari plot cerita karena menurut saya lemah sekali (banyak kebetulannya yang mengesankan lebay pol …). Mindset saya dalam menonton film ini adalah mencoba memahami bagaimana anak-anak muda yang main di film ini beramal sholeh dan seberapa gap yang mereka lakukan dengan apa yang saya lakukan. Ternyata …sepanjang menonton film ini hati saya bergetar terus. Bukan karena alur ceritanya yang menohok hati, tapi …duh rasanya saya malu menulisnya ….Tapi harus jujur saya akui, ternyata amalan saya untuk menegakkan agama Allah ini teramat sangat sedikit pol! Tokoh-tokoh utama dalam film ini seperti Gagah dan Yudi sungguh membuat saya tertampar, malu di hadapan Allah. Segmen-segmen di bawah ini menggugah saya untuk bercermin diri:

Adegan yang saya maksud adalah ketika si Gagah (diperankan oleh Hamas Syahid) sedang ngaji surah Ar Rahman di dalam mobil, ditemani adiknya, Gita (diperankan oleh Aquino Umar). Dalam dialog ini jelas sekali sedang terjadi ketegangan hubungan antara kakak beradik ini.
Melafadzkan Al Quran di dalam mobil bersama orang lain, seperti yang dilakukan Gagah kepada adiknya, Gita. Duh, saya rasanya gak pernah pede melafadzkan Quran di depan orang lain, selain istri ataupun anak saya. Itupun kalau di rumah dan tak terdengar orang lain. Bacaan Quran saya masih buruk. Sementara Gagah dengan pedenya melantunkan Ar Rahman di depan adiknya yang sama sekali tak paham Quran, sampai akhirnya mereka cekcok.

Yang paling mengesankan adalah yang dilakukan Yudi (diperankan oleh Masaji Wijayanto), yakni berdakwah di Metro Mini (angkot). Begitu pede nya dia berdakwah, mengajak orang untuk hijrah yang secara baik dia jelaskan bahwa makna hijrah adalah “pindah”. Yudi ini berpindah dari metromini satu ke yang lainnya, persis seperti orang ngamen yang sering kita jumpai di Metro Mini, namun ia tak memungut bayaran dan tetap berdakwah tanpa ada rasa gentar meskipun ia dicaci maki beberapa penumpang. Masya Allah....

Coba …mari kita renungkan … Betapa mulianya yang dilakukan Yudi ini, mendakwahi orang awam untuk diajak hijrah, diajak berpindah menuju kebaikan. Kalau mendakwahi orang-orang di masjid, bekal imannya mungkin sudah ada karena mereka datang ke masjid pasti ada iman nya. Namun penumpang Metro Mini? Mungkin belum semuanya punya iman. Makanya saya salut sekali dengan adegan Yudi melakukan dakwah di angkutan umum ini. Layak ditiru! Salut! Coba …mari kita renungkan satu ayat saja yang kita fahami dengan baik, lalu kita mulai dakwah di tempat umum, misalnya angkot, mall, warung kopi dsb. Imam Hasan Al Banna dulu berdakwah di warung kopi. Masya Allah!...

Beramal sholeh secara langsung dengan mendirikan Rumah Cinta di daerah kumuh yang sebelumnya tak tersentuh dengan hal-hal spiritual. Gagah dan teman-temannya bekerja sama dengan penduduk setempat, termasuk tiga preman, menyulap pantai kumuh menjadi sebuah bangunan semi permanen untuk pusat kegiatan anak dan orang tua melakukan kegiatan kerajinan tangan. Yang perlu kita renungkan adalah, bisa jadi di sekitar rumah kita ada penduduk miskin yang perlu sentuhan spiritual dan materi namun kita belum peduli kepada situasi mereka, pendidikan anak-anaknya dan sebagainya. Segmen ini sungguh memberikan sentuhan tersendiri yang sangat bagus.

Adegan mama Gagah mengunjungi Rumah Cinta yang didirikan oleh Gagah dan teman-temannya, bekerjasama dengan masyarakat, sungguh mengesankan. Seorang ibu yang kelihatannya sangat keduniawian bisa tersentuh dengan apa yang dilakukan anaknya di lingkungan kumuh ini.
Menyelesaikan kasus pencopetan dengan tidak menghakimi sendiri yang dilakukan oleh Yudi di dalam bus Trans Jakarta. Segmen ini juga indah karena Yudi berani menegor pencopet, berkelahi dengannya dan kemudian melerai penumpang lain yang menggebuki si pencopet. Bukankah ajaran Islam indah sekali? Tidak main hakim sendiri merupakan tindakan kesatria yang ditunjukkan Yudi dalam segmen ini.

Secara keseluruhan film ini menurut saya bagus sekali karena berhasil menguak dengan baik permasalahan sosial tanpa harus berlebihan menonjolkan aspek ibadah mahdhoh seperti shalat. Selama film diputar tak ada satupun adegan shalat yang ditunjukkan. Dan untuk ini saya salut sekali karena pada akhirnya agama Allah ini menjadi indah dan memiliki izzah (martabat) mulia ketika perilaku nyata ditunjukkan oleh umat-umat Allah. Salah satu contohnya adalah ketika Yudi menolong seorang ibu Nasrani yang sedang menangis menggendong anak kecil kehilangan suaminya (Yohannes) padahal pemukiman mereka dilanda kebakaran. Yudi tetap bertindak sigap mencari suami ibu tersebut, dengan menyusulnya ke gereja. Inilah toleransi beragama yang benar!!!
Dalam aspek kemanusiaan, Islam mengajarkan kita harus menolong siapapun tanpa melihat agamanya apa, bahkan seorang atheis sekalipun. Wong Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam saja menyuapi seorang pengemis buta, yahudi, dimana pengemis ini setiap saat mencaci Rasul kita. Masya Allah.....

Ah ….saat menulis resensi ini kok saya jadi ingat Salahudin Al Ayyubi di film Kingdom of Heaven ketika ia berhasil menguasai kota, mengatakan bahwa semuanya yang beragama non Islam, baik itu yahudi maupun nasrani, silakan tetap beribadah di sinagog atau gereja mereka masing-masing. Islam tak mengajarkan umatnya memaksa orang lain harus masuk Islam. Negara melindungi mereka yang beragama lain meski Islam berkuasa. Masya Allah …

Mas Gagah memang bukan Salahudin di Kingdom of Heaven

Yudi juga bukan Umar bin Khattab

Namun …yang mereka lakukan sungguh mulia.

Ketika Mas Gagah Pergi Membuatku Malu.... Ketika Mas Gagah Pergi Membuatku Malu.... Reviewed by Himam Miladi on February 10, 2016 Rating: 5

Abjad Cinta Untuk Keluarga

February 04, 2016


Alif: Addib (didiklah adab). Didiklah anak sopan santun

Ba’: Bayyin (jelaskan). Jelaskan pendapat dan nasehat Ayah dan Bunda.

Ta’: Ta’assaf (minta maaflah). Tak ada aib bagi orang tua untuk meminta maaf kepada anaknya.

Tsa’: Tsaqqif (didiklah). Didiklah anak Anda dan bekali mereka dengan pengetahuan. Pengetahuan yang membantu anak membangun kepribadian yang bijak.

Jim: Jaahid (berjihadlah). Berjihadlah bersama anak-anak Anda di jalan Allah. Jenis-jenis jihad sangat banyak, dan berperang di jalan Allah adalah tingkatan yang tertinggi.

Ha: Habbib (buat mereka mencintai). Buatlah mereka mencintai kebaikan.

Kha: Khaalil (jadilah teman). Jadilah teman bagi putra putri Anda. Jadilah teman bicara bagi mereka untuk memahami maksud mereka dan mengetahui rahasia-rahasia mereka. Jadilah kawan bagi mereka untuk selalu menasihati dan mengarahkan mereka.

Dal: Daafi’ (belalah). Belalah putra Anda. Jangan biarkan mereka menjadi umpan empuk Iblis dan para tentaranya, baik dari golongan jin dan manusia.

Dzal: Dzakkir (beri peringatan). Karena peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana dalam firman Allah di surat Adz-Dzariyat : 55.

Ra: Raghghib (beri harapan). Berilah harapan untuk meraih surga yang paling tinggi.

Za: Zayyin (hiasilah). Hiasilah kata dan ucapan Anda. Kata-kata yang baik mempunyai pengaruh di dalam jiwa anak.

Sin: Sallim (ucapkan salam). Ucapkan salam kepada putra dan putri Anda.

Syin: Syaarik (temanilah). Temanilah putra dan putri Anda dalam tanggung jawab mereka ketika mereka meminta Anda secara langsung.

Shad: Shil (eratkan hubungan). Eratkan hubungan Anda dengan anak. Ajarkan mereka bagaimana menjaga tali silaturahmi dengan kerabat. Ini adalah ajaran agama Islam dan merupakan salah satu prinsip interaksi dalam beragama.

Dhad: Dhaarib (ajari bertransaksi). Ajari anak Anda bertransaksi yang halal seperti berdagang dan jual beli. Agama kita menganjurkan kita untuk tidak mengemis, menyerah atau menggantungkan diri pada orang lain.

Tha: Thabbib (obati). Obati putra-putri Anda. Jangan telantarkan mereka karena kesibukan Anda atau prasangka buruk. Bersegeralah bertindak untuk menjaga mereka dari sakit dan efek negatif yang ditimbulkan.

Dzhai: Dzhallil (lindunglah). Naungi anak Anda dengan cinta, kasih sayang dan perlindungan.

‘Ain: ‘Allim (ajarkan). Ajarkan putra-putri Anda dalam ilmu agama dan dunia agar mereka mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik- baik kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Ghoin: Ghayyir (ubahlah). Ubahlah perilaku Anda yang dipandang tidak sedap oleh putra putri Anda baik dengan cara berhenti dari perilaku tidak terpuji atau menambah perilaku yang terpuji.

Fa: Farriq (bedakan). Bedakan antara generasi Anda dan generasi putra putri Anda. Bedakan antara cara pandang Anda dengan cara pandang mereka. Ini bukan berarti kita membiarkan mereka dengan keadaan mereka sehingga mereka menjadi generasi yang tidak sesuai dengan keluarga.

Qof: Qobbil (ciumlah). Ciumlah anak Anda setiap hari. Demikian juga izinkan mereka mencium Anda dan pasangan Anda setiap hari.

Kaf: Karrim (muliakan). Muliakan putra putri Anda. Jauhkan mereka dari kehinaan, kerendahan dan tuduhan kebodohan, bersikap menyia-nyiakan dan buruk etika.

Lam: Laamis (sentuhlah). Sentuhlah anak Anda. Jangan jauhkan dia dari sentuhan yang akan menanamkan cinta di dalam hatinya.

Mim: Maazih (bergurauhlah). Berguraulah dengan anak-anak Anda. Ajaklah mereka bermain. Berikan kebahagiaan di dalam jiwa mereka.

Nun: Naaqisy (ajaklah berdialog). Ajaklah anak Anda berdialog. Ajaklah dia diskusi. Tanda kepribadian seseorang adalah ucapakannya dan bagaimana dia menggunakannya.

Ha: Haddi (tenangkan). Tenangkan diri Anda. Jangan panik dan bersabarlah. Apakah Anda mengira hari, minggu atau bulan berlalu begitu saja tanpa terjadi permasalahan, percekcokan atau perbedaan pendapat? Tentu saja tidak. Ketika terjadi permasalahan, pastikan anak-anak Anda melihat Anda dalam keadaan tenang hingga mereka dapat bersimpati kepada Anda.

Wau: Waddi (antarkan). Antarkan dan jemputlah. Anak memiliki hak untuk diperhatikan hingga mereka merasakan cinta kita kepada mereka.

Ya: Yassir (mudahkan). “Mudahkanlah jangan kalian buat susah”, sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di antara hak anak atas orang tuanya adalah mendapatkan kemudahan dalam berinteraksi. Jangan menuntut anak Anda sesuatu yang tidak mereka bisa. Jika Anda ingin ditaati, mintalah sesuatu yang bisa dikerjakan. Kadang anak tidak bisa melaksanakan tugas yang diberikan. Tolonglah mereka. Kadang mereka gagal dalam menjalankan tugas. Mintalah dan doronglah mereka untuk berusaha lagi di lain waktu.

*Diadaptasi dari kitab / buku : “Kaifa Takuuna Abawaini Mahbubaini”( Menjadi Orangtua yang Dicintai Anak )oleh : Dr. Muhammad Fahd Ats-Tsuwaini, Abyan 1429


Abjad Cinta Untuk Keluarga Abjad Cinta Untuk Keluarga Reviewed by Himam Miladi on February 04, 2016 Rating: 5

Inilah Hukuman Allah Yang Tidak Kita Ketahui

January 22, 2016
Seorang santri bertanya kepada guru nya:
Berapa kali kita bermaksiat kepada Allah سبحانه وتعالى dan Dia tidak menghukum kita?
Maka sang guru pun menjawab :
Berapa kali Allah subhanahu wata’ala telah menghukummu namun kamu tidak mengetahuinya?
Bukankah ketika dihilangkannya dari dirimu akan rasa ni’mat bermunajat kepada-Nya adalah merupakan sebuah hukuman?
Dan tidak ada musibah yang lebih besar menimpa seseorang lebih dari kerasnya hati…
Sesungguhnya hukuman yang paling besar yang mungkin kamu temui adalah sedikitnya taufik kepada perbuatan baik…
Bukankah telah berlalu nya hari-harimu tanpa bacaan Al Quran? (itu adalah sebuah hukuman)
Bukankah telah berlalu malam malam yang panjang sedangkan engkau terhalang dari shalat malam? (itu juga adalah sebuah hukuman)
Bukankah telah berlalu musim-musim kebaikan, Ramadhan, enam hari syawwal, sepuluh hari dzulhijjah, dan lainnya…, sedangkan engkau tidak mendapatkan taufik dan hidayah untuk memanfaatkannya sebagaimana mestinya… hukuman manalagi yang lebih banyak dari ini…?
Tidakkah engkau merasakan beratnya ketaatan?
Tidakkah engkau merasa lemah dihadapan hawa nafsu dan syahwat?
Bukankah engkau sedang diuji dengan cinta harta, kedudukan, dan popularitas..?
Hukuman mana yang lebih banyak dari itu?
Bukankah engkau merasa ringan untuk berghibah, namimah dan dusta..?
Bukankah engkau tersibukkan untuk campur tangan pada hal yang tidak bermanfaat untukmu..?
Bukankah dengan engkau melupakan akhirat menjadikan dunia sebagai tujuan utamamu?
Tipuan ini tidak lain kecuali bentuk hukuman dari Allah…
Hati-hatilah anakku, sesungguhnya hukuman Allah yang paling ringan adalah yang terletak pada materi, harta, anak, kesehatan …
Dan sesungguhnya hukuman terbesar adalah yang ada pada hati…
Maka, mintalah keselamatan kepada Allah, dan mintalah ampunan untuk dosamu…
Karena sesungguhnya seorang hamba yang diharamkan taufik untuk melakukan ketaatan karena sebab dosa yang menimpanya….
Ternyata hukuman Allah yang terberat itu bukanlah hanya ketika kita kehilangan materi, harta dan jabatan, tetapi hukuman yang terberat dari Allah itu adalah ketika Allah subhanahu wata’ala telah menutup diri kita untuk dapat berbuat dan melakukan kebaikan-kebaikan......
Inilah Hukuman Allah Yang Tidak Kita Ketahui Inilah Hukuman Allah Yang Tidak Kita Ketahui Reviewed by Himam Miladi on January 22, 2016 Rating: 5

Berapa Harga Anakmu?

January 12, 2016
Berapa harga anakmu? Bingung pasti.
Karena nilai anak tak bisa diukur dengan materi, tak ternilai..!
Tapi benarkah anak itu tak ternilai?
Kadang atau mungkin seringkali anak bernilai sangat rendah di mata orangtua.
Kadang dia lebih rendah dari sebuah guci kristal.
Ketika guci itu pecah tanpa sengaja, maka rasa marah kemudian memecahkan perasaan anak, merendahkan nilai anak. guci lebih berharga saat itu!

Kadang dia lebih rendah nilainya dari sebuah mangkok atau piring.
Yang jika pecah, suara kemudian meninggi memecahkan hati sang anak.
Atau lebih rendah dari semangkok sayur yang tertumpah, karena tangan kecilnya berusaha membantu ibu di dapur. Mata yang melotot terasa lebih pantas walaupun harus menumpahkan air mata sang anak!

Atau lebih rendah dari sebuah mobil baru yang jika tergores, maka goresannya dianggap lebih berbahaya ketimbang goresan luka di hati sang anak.
Kadang anak jg lebih rendah nilainya dibanding facebook atau pertandingan bola.
sehingga lebih banyak waktu dan keseriusan yang dihabiskan untuk facebook dan nonton bola ketimbang mendengarkan cerita anaknya di sekolah.
Kadang anak lebih rendah nilainya dari handphone.
"gak boleh nanti rusak!"
kekhawatiran HP rusak lebih besar dibanding kekhawatiran rusaknya perasaan sang anak.
〰〰〰〰〰〰〰〰
Berapa nilai anak bagi kita?
Adalah sejauh keikhlasan kita menahan diri hingga tidak merusak hatinya....
Adalah sejauh kemampuan kita menempatkan harga dirinya jauh diatas benda-benda mati yang kita miliki...
Benda itu tidak akan menolong kita di yaumil akhir!
Sementara anak, adalah investasi kita dihadapan Allah.
Dia yg akan memperpanjang usia historis kita dengan doa dan amal sholih yang kita ajarkan dan dia melakukannya.

Semoga kita semua mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat, punya istri/suami dan anak yang sholeh sholeha, di akhirat kembali berkumpul di surga tanpa hisab bersama para Nabi dan Rasul.
Berapa Harga Anakmu? Berapa Harga Anakmu? Reviewed by Himam Miladi on January 12, 2016 Rating: 5

Mewaspadai Ajaran Sinkretisme Islam Oleh GAFATAR

January 11, 2016


Beberapa hari belakangan, pengguna media ramai membicarakan sebuah organisasi bernama GAFATAR, singkatan dari Gerakan Fajar Nusantara. Ramainya pembicaraan tentang Gafatar bermula dari hilangnya Dokter Rica Trihandayani dan anak balitanya, Zafran Alif Wicaksono. Dokter Rica menghilang bersama anaknya dan hanya meninggalkan sepucuk surat bahwa ia ingin berjuang di jalan Allah.

Misteri hilangnya dr. Rica akhirnya terkuak, saat polisi menemukan keberadaan dokter Rica di Kalimantan Tengah.  Ternyata dokter Rica berada di Kalimantan Tengah itu untuk bergabung dengan sebuah organisasi bernama GAFATAR.

Seperti apa sebenarnya GAFATAR itu?
GAFATAR (Gerakan Fajar Nusantara) dideklarasikan pada tanggal 21 Januari 2011,yang diketuai oleh Mahful M Tumanurung. Gerakan ini diduga merupakan kelanjutan dari sebuah aliran kepercayaan yang dipimpin Ahmad Musaddeq. Pada akhir 2006, Musaddeq membawa gerakan Al-Qiyadah al-Islamiyah yang akhirnya diputuskan oleh MUI sebagai aliran sesat karena karena menyimpang dari ajaran Islam dan melakukan sinkretisme agama.

Al-Qiyadah al-Islamiyah adalah sebuah aliran kepercayaan di Indonesia yang melakukan sinkretisme ajaran dari Al-Qur'an, Al-Kitab Injil dan Yahudi, juga wahyu yang diakui turun kepada pemimpinnya. Aliran ini didirikan dan dipimpin oleh Ahmad Moshaddeq/Musaddeq/Musadek alias Abdussalam yang juga menyatakan diri sebagai nabi atau mesias. Dikatakan wahyu yang diterima Musaddeq bukan berupa kitab tapi pemahaman yang benar dan aplikatif mengenai ayat-ayat Al-Quran yang menurut pendapat Mushaddeq telah disimpangkan sepanjang sejarah. Gerakan ini sempat disorot secara besar-besaran pada akhir tahun 2006 yang kemudian mengakibatkan keluarnya stempel sesat dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 4 Oktober 2007, setelah menjalani penelitian secara subyektif selama 3 bulan karena menyimpang dari ajaran Islam dan melakukan sinkretisme agama.
Meski pernah menyatakan diri bertobat Musaddeq hingga kini dianggap masih menyebarkan ajarannya dengan menggunakan nama lain diantaranya Milah Abraham dan Gafatar yang masih aktif di beberapa wilayah Indonesia.

Lantas, di mana letak kesesatan ajaran GAFATAR?
Meski mengaku islam, anggota Gafatar ternyata mencampur adukkan (SINKRETISME) ajaran islam dengan ajaran agama-agama lainnya. Ajaran Gafatar mengkaji 5 kitab suci bukan hanya Alquran, termasuk Injil, Taurat dan Zabur. Mereka menarik benang merah dari semua kitab itu, dan menemukan akan adanya juru selamat yang nantinya menolong manusia di akhir zaman. Sehingga mereka tak lagi membedakan setiap agama.

Seperti yang diakui oleh ketua DPD Gafatar Sultra, Andi Ardian. Mereka meyakini adanya penolong di akhir zaman, karena ada kitab yang menyatakan hal tersebut.
"Kami agama Islam, kami akui ada juru selamat karena manusia telah kotor dari bawah hingga atas," katanya.

Dalam ajaran Gafatar, ibadah ritual yang diwajibkan dalam Islam seperti sholat, puasa zakat dan haji tidak lagi berguna jika 7 sistem (penulis masih menelusuri seperti apa 7 sistem Gafatar) belum dilaksanakan di Indonesia. Para anggota Gafatar juga DIMINTA untuk TIDAK PERCAYA pada hadist Rasulullah s.a.w. bahkan didoktrin bahwa Nabi Muhammad adalah keturunan dari Fir'aun (Naudzubillah). Tak ketinggalan juga anggota Gafatar diwajibkan mempercayai bahwa Ahmad Moshadeq adalah seorang Nabi dan penerima wahyu!

Setiap anggota baru GAFATAR juga diharuskan mengucapkan janji/sumpah setia, yang berbunyi:

Atas Nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Saya Berjanji
1. Saya menyatakan janji ini kepada Allah disaksikan oleh penyampai risalah Allah yang bertanggung jawab (Ulangan 29:9-13)

2. Saya menyatakan janji ini secara sadar dan sungguh-sungguh ikhlas tiada paksaan dari siapapun juga (1 Petrus 5:1-3)

3. Saya menyatakan iman kepada Allah dan Rasul-Nya serta meninggalkan segala bentuk pengabdian selain kepada Allah dan sanggup mengemban tugas sebagai penyampai risalah Allah untuk mengajak manusia menegakkan jalan kebenaran di bumi allah (Yohanes 15:1-17, Matius 10:5-8, Matius 12:17-21)

4. Saya tidak akan mencuri, tidak akan berzinah, tidak akan membunuh, tidak akan berdusta dan tidak akan berbuat durhaka terhadap ajaran Allah. (Keluaran 20:1-17)

5. Saya siap menerima bimbingan dari penyampai firman Allah yang menjadi Pembina saya. (Kisah Para Rasul 8:30-31)

6. Kiranya Allah membenarkan janji yang saya nyatakan ini, serta membimbing saya menjadi ummat yang diberkati-Nya (Matius 9:35-38)

7. Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Allam, Allah Abraham. (Matius 22:32, Kejadian 13:14, Kejadian 17:1-8, 15-21, Matius 3:9-10).


Lantas, mengapa GAFATAR tidak banyak diketahui masyarakat sebagai ajaran sesat? Tak lain karena GAFATAR kini berakulturasi menjadi sebuah organisasi kemasyarakatan (ormas). Dilihat dari program-programnya sebagai ormas, harus diakui banyak kegiatan yang bermanfaat. Tak jarang mereka juga kerap melakukan program kerja sosial seperti donor darah, pemberian bantuan bencana serta program pemberian keterampilan bagi anak-anak muda. Tapi, sebenarnya itu semua hanya sekedar KEDOK untuk mendapat pengakuan dari masyarakat dan menghilangkan jati diri sebagai sebuah ajaran sesat.

Ajaran GAFATAR kini makin banyak menyasar anak-anak muda. Sebuah hal yang lumrah bagi semua ajaran sesat. Mengapa? Selain karena faktor IMAN yang masih belum kuat, juga lantaran ada embel-embel KEMUDAHAN dalam menjalankan ritual wajib agamanya. Jika ada anak muda islam yang imannya masih belum kuat didoktrin bahwa ritual wajib seperti puasa, sholat, zakat dan haji itu tidak berguna serta tidak diwajibkan lagi, siapa yang bakal tidak tertarik?

Memang, semakin mendekati akhir zaman, akan banyak bermunculan ajaran-ajaran berkedok ISLAM, namun sesungguhnya malah menyesatkan dan menyimpang. Mereka membawa nama ISLAM, tapi sebenarnya mencampuradukkan ajaran ISLAM yang HAQ dengan sebuah KESESATAN.


sumber 1
sumber 2



Mewaspadai Ajaran Sinkretisme Islam Oleh GAFATAR Mewaspadai Ajaran Sinkretisme Islam Oleh GAFATAR Reviewed by Himam Miladi on January 11, 2016 Rating: 5
Powered by Blogger.