Berburu Sunrise di Pantai Matahari Terbit

October 15, 2016
Jarum jam menunjukkan pukul 05.15 WITA ketika motor yang saya kendarai menyusuri jalan raya Puputan. Tujuannya, adalah memburu sunrise (matahari terbit) di salah satu spot terbaik di Bali, yakni Pantai Matahari Terbit. Suasana jalan masih remang-remang gelap, tak banyak kendaraan yang melaju.

Dari Puputan ke Pantai Matahari terbit, saya hanya memerlukan waktu tak kurang dari 10 menit, terlebih karena jalanan masih lengang. Pantai Matahari Terbit, yang terletak di sisi utara pantai Sanur merupakan spot terbaik dan favorit para pemburu foto pemandangan sunrise. Dari pantai yang menghadap langsung lautan lepas arah timur, kita bisa menyaksikan kemunculan sang Surya di ufuk timur, tepat di belakang pulau Nusa Lembongan yang tampak dari kejauhan. Untuk masuk di kawasan pantai Matahari Terbit, anda cukup membayar retribusi 2000 rupiah untuk motor dan 5000 rupiah untuk yang membawa mobil. 

Pagi itu, saya rupanya datang lebih awal. Belum nampak kerumunan para pemburu sunrise lainnya. Namun, sudah terlihat beberapa rombongan pemancing yang hendak berangkat memancing di laut lepas. Mereka biasanya menyewa jukung atau perahu-perahu yang sudah tersedia. Sepanjang pantai Sanur, termasuk juga pantai Matahari terbit ini adalah pintu keberangkatan bagi mereka yang hendak menyeberang ke Nusa Lembongan.

Setelah mengambil tempat yang baik, saya pun menunggu kemunculan sang Surya. Perlahan, semburat jingga nampak di ufuk timur. Ketika saya lihat berkeliling, rupanya Pantai sudah mulai ramai oleh para pemburu sunrise. Mereka pun berpencar, mengambil posisi favorit untuk mengambil pemandangan sunrise seindah mungkin. Tripod-tripod mulai ditegakkan, kamera diatur fokus dan pencahayaannya.





Dan tak lama kemudian, benda angkasa raksasa yang dinanti pun muncul juga. Sayang, ada sedikit bercak mendung di angkasa yang menghalangi sinar lembayung milik sang Surya. Meski begitu, tak menghalangi keindahan pemandangan yang tercipta dari Tangan Sang Kuasa ini. Matahari, muncul perlahan tepat di belakang pulau Nusa Lembongan. Waktu kemunculan, yang biasanya membentuk pemandangan sunrise terindah, hanya sekitar 5 menit saja. 



Setelah itu, sinar sang Surya akan merekah semakin lebar dan menyilaukan. Meski begitu, pagi ini sinar Surya masih bisa dinikmati sedikit lebih lama karena adanya awan mendung yang berpencar.



Berburu Sunrise di Pantai Matahari Terbit Berburu Sunrise di Pantai Matahari Terbit Reviewed by Himam Miladi on October 15, 2016 Rating: 5

Awkarin, Anya Geraldine, Dan Janji Pertolongan Allah Yang Kita Andalkan

October 13, 2016



Berhari-hari saya menahan diri, saat ramai orang membahas Awkarin beberapa waktu lalu.
Remaja pinter berjilbab dari kota kecil, yang kemudian pindah sekolah ke Jakarta, dan menjadi liar dan murahan kemudian.

Anehnya, keLIARan gadis ini, digemari di kalangan remaja dunia maya,
dan bahkan gadis ini bisa dapat uang banyak dari potensi para followernya.
Disebut-sebut, dari popularitasnya, Awkarin bisa dapat bayaran sampai 25juta perbulan, untuk jasa endorse produk-produk yg segmen-nya adalah remaja.
Wow!

Saya tahan untuk tidak menulis tentang Awkarin saat itu,
karena saya yakin, apa yang akan saya tulis, akan sama saja dengan komentar dan 'omelan' emak-emak yang menghiasi Vlog dan akun Sosmed Awkarin.
Tentang moral,
dan tentang agama.

Tapi ternyata..
Beberapa bulan kemudian, Muncul another Awkarin,
Anya Geraldine, alias Nur Amalina Hayati, nama aslinya.
Sama seperti Awkarin, gadis remaja belasan tahun ini juga gemar sekali membagikan video kisah cintanya yang lebih liar dari gaya pacaran Awkarin.
Pertama kali melihat video Anya, saya langsung marah...
Kok bisa!
Kok bisa, saya yang udah menikah 10 tahun lebih... Belum pernah bulan madu di hotel mewah yang lansug berhadapan dengan kolam renang yang juga ada jacuzzinya
Ini kok anak ingusan belasan tahun, nikah enggak,
pacaran baru hitungan bulan..
Kok sudah bulan madu mewah..
Kok bisa?! Mengapa?
Hush!
Salah!
Maksudnya.. Kok bisa.. Remaja begituuuuuuu..
Ini Indonesia kan?
Masih negara dengan muslim terbanyak kan?

Well
Mundur sejenak kebelakang, tahun 2000-an.
Setiap kita, punya zaman.

Waktu Jaman sekolah saya dulu.. Juga ada tokoh sekaliber Awkarin dan Anya,
Jadi FIX, Awkarin bukan 'simbol seks remaja' pertama..
Hanya saja,
Ada 'tokoh'
Di jamannya masing-masing,
Dan dengan level perosotan moral yang sama-sama makin menurun.

Sahabats..
Jaman makin rusak..
Sekeras apapun kita memproteksi internet, agar menjadi internet sehat bagi anak-anak kita..
Sekuat apapun, kita lindungi tontonan anak-anak kita, agar jauh dari tontonan kemaksiatan..
Dunia luar tetap waspada untuk memangsa mereka..
Dunia luar tetap memaksa anak kita mendengar dan melihat hal-hal yg kita tutup-tutupi dan sembunyikan dirumah..
Sehingga..
Pada akhirnya kita hanya akan mengandalkan pertolongan ALLAH saja..
Agar anak-anak saya kelak,
Mengigit erat sunnah Rasulullah dengan gigi gerahamnya,
Erat-se-erat-erat-nya! Agar tak terlepas!
Meski semua orang akan menyebutnya pengecut karena tak mau berbaur dengan kemaksiatan.

Saya akan Berusaha keras membawa pulang harta halal saja..
meski sampai mati kelak,
kami tetap hanya tinggal dari satu rumah kontrakan ke rumah kontrakan lainnya, karena keterbatasan..
Tak apa!
Semuanya, hanya Agar kelak ALLAH berkenan menguatkan anak-anak kami,
Agar kuat menggenggam panasnya bara api Istiqomah ber-agama.
Ditengah dunia yang semakin tua dan semakin gila.
Ya!
Sungguh,
Sebagai orang tua..
Pertolongan ALLAH saja yang bisa kita andalkan..
Hanya ALLAH saja..
Sungguh hanya ALLAH saja..



Maka, tiada henti saya berdo'a sebagaimana do'a Nabi Ibrahim untuk keturunannya.....

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
(Rabbi habli minash shalihin)
“Wahai Rabbku, berilah aku keturanan yang shalih.” (Al Qashshash: 110).


*diambil dari status FB seorang teman
Awkarin, Anya Geraldine, Dan Janji Pertolongan Allah Yang Kita Andalkan Awkarin, Anya Geraldine, Dan Janji Pertolongan Allah Yang Kita Andalkan Reviewed by Himam Miladi on October 13, 2016 Rating: 5

Ghirah Dan Jiwa Kaum Muslim Yang Hilang

October 06, 2016
“Sangat awaslah kalau harta bendanya tersinggung tetapi tak ada perasaannya apabila agamanya kena musibah”
~ Ali bin Abi Thalib, karomallohu wajhah ~

Pernah mendengar kisah pengepungan dan pengusiran kaum Bani Qainuqa' dari bumi Madinah?
Menurut ahli tafsir dan sejarah islam, salah satu penyebab dari peperangan yang terjadi setelah perang Badar ini adalah ketika salah seorang Yahudi Madinah mengganggu seorang Muslimah dengan mengikatkan ujung pakaian bagian belakang Muslimah tersebut ke bagian yang lainnya. Sehingga ketika sang wanita itu bangkit dari duduknya tersingkaplah aurat bagian belakangnya. Dia pun berteriak meminta tolong kepada kaum Muslimin. Salah seorang kaum Muslimin yang mendengar teriakan ini, bergegas datang menolongnya dan berhasil membunuh si Yahudi jahil tersebut. Melihat temannya diserang, serta merta kaum Yahudi menyerbu lelaki Muslim itu sehingga meninggal juga. Kaum Muslimin yang menyaksikan peristiwa ini meminta tolong kepada kaum Muslimin lainnya untuk melawan kaum Yahudi, sehingga terjadilah sesuatu yang tidak diinginkan antara kaum Muslimin dengan kaum yahudi, Bani Qainuqa’ yang berujung pada perintah Rasulullah untuk mengepung kaum Bani Qainuqa' hingga mereka terusir dari Madinah.

Dalam bukunya Ghirah dan Tantangan Terhadap Islam, Buya Hamka menuturkan kisah ini secara khusus dan gamblang. Peristiwa penghinaan seorang muslimah dalam fakta sejarah diatas disebut Buya Hamka sebagai sebuah Ghirah (cemburu; menjaga syaraf diri).

Menurut Buya, Ghirah adalah simbol masih hidupnya jiwa seseorang, utamanya seorang muslim. Artinya, jika sudah tak ada lagi ghirah ini, mengutip pernyataan Buya Hamka, “Ucapkanlah takbir empat kali ke dalam tubuh ummat Islam itu. Kocongkan kain kafannya lalu masukkan ke dalam keranda dan hantarkan ke kuburan.” (hal. 8) Demi menegaskan, Buya Hamka sengaja menyatakan kalimat serupa makna dengan ini di beberapa tempat. Ghirah inilah tanda bahwa kita masih hidup, begitu penulis Tafsir Al-Azhar ini hendak berpesan kepada kita.

Ghirah terhadap agama, sebagaimana dikatakan oleh Ali r.a. di atas adalah sebuah keniscayaan bagi seorang muslim. Sehingga tidak bisa kita menegasikan dengan ketentuan bahwa agama Allah akan menang dengan sendirinya walaupun tidak kita bela. Bukankah Mahakaya, Mahaperkasa, dan tidak membutuhkan makhluk-Nya? Allah ialah Al-Qayyuum, Maha Berdiri Sendiri. Kuasa Allah memelihara Islam sebagai undang-undang-Nya tidak boleh diragukan. Namun, ketahuilah bahwa janji Allah memenangkan Islam ialah satu hal, sedangkan kewajiban kita membelanya adalah hal lain. Ghirah terhadap Islam ini adalah kebutuhan kita sendiri, bukan untuk Allah. Maka, sudah sepantasnya kita bereaksi tatkala Islam dilecehkan.

Bahkan seorang Mahatma Gandhi, yang toleran, tidak fanatik, dan selalu menghargai perbedaan, ternyata dalam beberapa kesempatan ia juga tidak bisa menafikan perlunya ghirah terhadap agamanya, Hindu. Apakah ini salah? Tentu tidak. Asalkan perwujudan kecemburuan seseorang terhadap agamanya masih dalam koridor yang bisa diterima. Sekali lagi, karena ghirah itu adalah nyawa dan jiwa. Raga kita tiada berguna manakala ia telah tiada.
Ghirah Dan Jiwa Kaum Muslim Yang Hilang Ghirah Dan Jiwa Kaum Muslim Yang Hilang Reviewed by Himam Miladi on October 06, 2016 Rating: 5

Kisah Seorang Kyai Dan Kendaraan Mewahnya

October 04, 2016
Alkisah ada seorang kyai membeli mobil mewah seharga hampir 750 jt. 
Padahal, dirumahnya sudah ada mobil yang juga cukup mahal, kira-kira seharga 500 jt-an.
Dipakailah mobil mewah dengan plat F 1 FM itu untuk pengajian.

Suatu ketika ada seorang tamu datang ke kediaman Kyai bersilaturahim.
Melihat dua mobil mewah terparkir di depan rumah, si tamu pun tak betah menahan tanya :
"Mohon maaf Kyai...
itu mobil mewah punya Kyai..?"
"Ya....
itu mobil saya. 
Kenapa..?"
Tanya balik Kyai.
"Enggak apa-apa, Kyai..
Ngomong-ngomong harganya berapa, kok keren banget?” 
Si tamu makin kepo.
Kyai pun menjawab :
"Ah itu mobil murah, 
Cuma Rp. 735 jt”
Mendengar jawaban sang kyai, tamu pun tercengang.
Mungkin benaknya memberontak, tak percaya dengan apa yang dilihatnya : 
("Mana mungkin seorang kiai yang kesibukanya mengajar di pesantren mampu membeli mobil dengan harga fantastis..?!")
Entah apa yang dipikirkan, si tamu tiba-tiba memberanikan diri untuk menegur sang kiai. :
"Mohon maaf, kyai..
Anda ini seorang kyai kenapa Anda mengajarkan kepada santri untuk cinta dengan duniawi..?”
"Kok bisa..?!” 
Sahut Kyai
"Ya jelas...
karena Kyai membeli mobil mewah,
Padahal sudah punya mobil mahal.” jawab tamu.
Kyai-pun menanggapinya dengan dingin : 
"Kalau orang melihat saya beli mobil,
Lalu mereka ingin seperti saya, 
Kenapa kalau saya shalat malam orang tidak ingin seperti saya..?!
Kalau saya dzikir malam 
kenapa mereka tak ingin seperti saya..?! 
Kalau saya rutin shalat dluha
kenapa mereka tak ingin seperti saya..?!
Kalau saya berbuat baik 
kenapa orang tak ingin berbuat baik seperti saya..?!”
Mendengar jawaban sang kiai, si tamu pun terdiam. 
Tampak merenung dengan apa yang disampaikan oleh Kyai.
Ia-pun tersadar bahwa dirinya terkena wabah iri terhadap hal-hal duniawi,
bukan iri terhadap hal-hal ukhrawi.
Sesungguhnya cinta dunia tidak diukur dari seberapa besar harta yang dimiliki. 
Zuhud seseorang bergantung pada sikap batinnya.

Seseorang yang memiliki kecenderungan hati pada kesenangan duniawi, 
Meski tampak tak punya harta sama sekali, itu sudah termasuk masuk cinta dunia
(hubbud dunya). 
Kisah Seorang Kyai Dan Kendaraan Mewahnya Kisah Seorang Kyai Dan Kendaraan Mewahnya Reviewed by Himam Miladi on October 04, 2016 Rating: 5
Powered by Blogger.